Bagian dua puluh sembilan
Selepas shalat zuhur berjamaah, Dhania duduk di tangga depan masjid untuk mengikat tali sepatunya, setelah itu dia beranjak dan melihat beberapa siswa perempuan bergerombol hendak memasuki masjid, ada Najwa disana. Teman Gemma waktu SMP yang dia juga kenal tapi tidak terlalu akrab.
"Hai, Dhania!" tegur Najwa.
Dia tersenyum seraya membalas sapaan Najwa, "Halo!"
"Tumben kamu ada di masjid, kesambet setan apa kamu?" celetuknya enteng, yang sontak membuat Dhania terdiam cukup lama, hingga akhirnya dia memilih pamit tanpa membalas kesinisan Najwa.
Sesampainya di kelas, Kirana dan Gemma menyambut kedatangannya.
"Masjid masih rame nggak, Dhan?"
"Udah enggak kok, kalian shalat sekarang aja." gelengnya, wajahnya murung.
"Yuk Gem," ajak Kirana seraya beranjak dari tempat duduknya dan tak lupa membawa mukena katun miliknya.
"Yuhuu," kini Gemma yang menyahut, namun langkah terhenti, "Dek, ada apa? Kok murung gitusih mukamu?" tanyanya.
Sebuah gelengan, adalah jawaban Dhania. Lantas membiarkan kedua temannya pergi.
"Hal,"
"Ha?"
"Sini deh, aku punya buku bagus." ajak Nadine dengan semringah.
Melupakan rasa sakit hatinya terhadap Najwa, Dhania memilih untuk berdiskusi dengan Nadine sebelum bel masuk berbunyi.
"Eh, Nad. Aku boleh nanya sesuatu nggak?"
"Boleh dong," angguk Nadine.
"Emm. Apakah Allah masih mau nerima taubat hambanya yang pendosa kayak aku gini ya Nad?"
Nadine tersenyum, "Allah kan Maha pengampun, Maha penerima taubat Hal, jadi sebanyak apapun dosa kita kalau kita memohon ampun kepada Allah dan nggak akan ngulangin kesalahan insyaAllah terampuni. Apalagi manusia tuh nggak luput dari dosa, maka kita dianjurkan setiap saat itu untuk minta ampun sama Allah.."
Kalimat Nadine cukup menenangkan hatinya, meskipun dia nggak sepenuhnya lupa dengan kesinisan Najwa tadi. Semoga dia mendapat hidayah-Nya, doanya tulus dalam hati.
__________
Hari-hari yang dilewati Dhania saat ini begitu sibuk, selain mempersiapkan diri untuk UN, dia juga banyak duduk di perpustakaan tepatnya di dekat rak koleksi buku-buku agama. Di meja, buku-buku menumpuk hingga jika ada yang duduk di kursi depannya, Dhania mungkin tak akan terlihat, saking banyaknya buku yang ia pinjam.
Sebuah senyuman terlukis di bibir Madani, ia tengah memperhatikan gerak-gerik Dhania dari kejauhan sembari dirinya membaca al-qur'an.
"Bukan mahram, Mad! Istigfar." celetuk Nuril yang tiba-tiba muncul dan duduk di kursi di depannya.
Madani segera beristighfar dan melanjutkan kegiatannya dengan membaca arti dari surah yang tadi ia baca. Tapi pikirannya malah flashback ke waktu dia bertemu dengan Dhania di tangga kamar peserta putri, ia tersenyum mengingat Dhania mengatakan, "Aku mau ikut kamu ke surga, Madani." wajah Dhania terlihat tulus saat mengatakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Ketua Rohis
Teen Fiction(DO)AKAN TERBIT♡♡ 📍 Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Indonesia. 12 maret 2018 - 14 juli 2020 -- Dhania, dihukum oleh ayahnya untuk ikut suatu kegiatan yang diselenggarakan ekstrakulikuler Rohis karena telah berbuat dosa kepada Allah. Nadine sebagai...