TWENTY SEVEN ||

925 58 12
                                    

Bagian dua puluh tujuh

Sejak satu jam lalu, Dhania tampak berfokus menyimak ceramah salah satu ustaz yang di rekomendasikan oleh ustazahnya sewaktu pesantren kilat lalu, tetapi fokusnya tiba-tiba pecah saat dia ingat suatu kejadian.

"Apa mereka dulu pernah satu sekolah ya waktu SMP? Atau malah sejak SD, makanya bisa akrab gitu?" Dhania mulai bermonolog sembari berhenti menatap ceramah di tabletnya.

"Tapi! Kenapa baru sekarang, lihat mereka akrab?" lanjutnya, kini ia memutuskan untuk mem-pause videonya, karena dia sudah kehilangan fokus untuk menyimak.

"Di kelas, mereka kayak orang asing. Aneh, ini aneh. Bener-bener aneh!" lagi, ia kembali bemonolog.

"Astaghfirullah... kenapa aku jadi kepikiran mereka?" ujarnya mengusap wajahnya.

"Dhania, tidur! Udah malem." seru Ibuk mengendor pelan pintu kamarnya.

22.30

Bener, udah malem, batinnya setelah melirik jam lantas ia menaruh tabletnya di lemari belajarnya, lalu beranjak ke tempat tidur dan menyalakan lampu tidurnya untuk menggantikan lampu kamar, kemudian ia mengecilkan suhu udara di kamarnya, baru ia memejamkan mata.


__________


Matahari kian menanjak, memancarkan sinarnya dengan terang hingga menembus kaca jendela kamar. Perempuan yang seharusnya sudah berangkat ke sekolah itu, terlihat masih sibuk kesana-kemari untuk mencari peniti yang ia gunakan kemarin.

"Ah, ini dia." ujarnya senang, ketika berhasil menemukan penitinya.

Segera ia memakai kerudung segiempatnya, yang jarang sekali ia pakai atau mungkin tidak pernah ia pakai sejak lulus SMP, karena dirinya lebih menyukai kerudung instan seperti bergo tali, yang simple tanpa harus khawatir miring dan sebagainya.

Sebelum ibuk memanggilnya, ia segera keluar dari kamar.

"Buk, aku langsung berangkat ya, nanti sarapan di sekolah aja. Ada les pagi soalnya," kata Dhania dengan cepat seraya menyalami kedua orangtuanya.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam, hati-hati ya nak.."


__________


Sebelum sampai di kelas, Dhania bertemu dengan Nadine. Untung saja, ia pikir ia akan masuk  ke kelas sendirian. Hari ini kelas XII mulai aktif kembali mendapat jam tambahan di pagi hari, setelah libur karena ujian try out.

"Nad!"

Nadine menoleh ke arah Dhania dengan tersenyum, "Hai, Hal!"

"Baru dateng?"

"Enggak, tadi abis dari toilet,"

Dhania ber-o singkat bebarengan dengan anggukkan kepala.

Mereka berjalan beriringan memasuki ruang kelas yang begitu dingin saat pagi hari begini.

"Thanks ya Nad," ucap Dhania saat dirinya ingin melipir ke mejanya.

Nadine mengangguk-angguk sambil mengacungkan jempolnya.


"Fat belum dateng?" tanya Dhania bersamaan dengan bel berbunyi dan rasa penasaran yang masih menyelimuti dirinya.

Dear Ketua RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang