TWENTY THREE ||

843 50 0
                                    

Bagian dua puluh tiga

Dhania berjalan mengitari rak-rak buku di perpustakaan SMAN 7 yang terkenal dengan kelengkapan buku-buku ensiklopedianya ke-2 se-Lumajang, setelah SMA Internasional itu dengan langkah segan, pandangannya tak luput dari judul-judul buku yang menurutnya membosankan itu.

Beberapa orang melihat Dhania dengan tatapan heran, pasalnya ini merupakan pemandangan yang sangat langka, melihat seorang Dhania masuk perpustakaan.

Setelah mendapat buku yang ia cari, Dhania mengedarkan pandangannya ke segala sudut, mencari tempat duduk yang nyaman untuk ia mengerjakan tugas.

Kantin. Tempat ternyaman menurut Dhania, karena disana bisa makan juga.

Alih-alih duduk ditempat kosong, ia malah belok kiri menuju meja kantin yang dihuni oleh dua orang laki-laki.

"Hai," sapa Dhania, pandangannya berpendar mengamati satu persatu lelaki berseragam putih abu-abu yang melongo. Kecuali satu orang, yang sibuk mengetik sesuatu di laptop.

"Halo, Dhania." balas Nuril dan Kevlar bersamaan.

Dhania mengalihkan pandangan pada lelaki yang fokus pada layar 14 inchi itu.

"Madani!" panggilnya.

Yang dipanggil mendongak, lantas tersenyum, menatap perempuan berkuncir satu kebelakang itu malu-malu, "Ya?" sahutnya,

"Kamu masih ngedit PPT-nуа?" tanya Dhania, sembari mengintip ke arah layar laptop.

Madani mengangguk singkat.

"Boleh aku bantu? Itung-itung juga sama mempelajari materi buat presentasi dan menebus absenku tidak hadir saat kerja kelompok." tawar Dhania, yang terdengar menggiurkan bagi ketiga sahabat Madani.

"Ngg--"

"Boleh kok, Dhaniaa!" belum selesai bibir Madani melengkapi kata 'Nggak', Kevlar yang sedari tadi hanya memandangi keduanya otomatis menyela, dengan mengiyakan tawaran dari Dhania, yang langsung saja disambut semringah oleh Dhania.

Nuril memejamkan mata, sembari menarik napas.

"Makasih mas Kev.." ujar Dhania, sembari menaruh bokongnya di seberang Madani, lantas menggeser posisi laptop.

"Sama-samaa," sahut Kevlar, sedangkan Madani berekspresi kurang suka dengan sikap Kevlar.

Dhania segera mengalihkan pandangannya pada Madani, dan kemudian pada layar laptop.

"Jadi, mana aja nih yang belum di edit?" buka Dhania.

Madani yang sedari tadi diam, memilih berdeham sesaat sebelum menyahuti lawan bicaranya, untuk menyejajarkan pikiran dan hatinya.

"Biar saya aja, kamu dapat tugas pengganti waktu nggak masuk kan?"

"Iya, tapi bukunya udah aku pinjam kok. Jadi bisa dikerjain di rumah. Jadi yang mana aja nih, yang belum?"

Madani menghela napas.

"Hem, yang ini dan slide ke sepuluh, ke empat belas, dan penutupnya belum dibuat." jawab Madani, sembari menunjuk layar laptop yang tengah menampilkan barisan slide.

Dear Ketua RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang