TWENTY EIGHT ||

968 41 13
                                    

Bagian dua puluh delapan

Setelah kejadian itu, persahabatan mereka berjarak. Tidak ada sapaan akrab di pagi hari, makan bekal bersama-sama, jajan bareng di kantin, ke kamar mandi di tengah-tengah mapel demi bisa merefresh pikiran, dan masih banyak lagi.

Semua pertanyaan yang tidak sempat ia utarakan pada Fathiyah perlahan-lahan mulai terjawab dengan sendirinya.

Siapa si 'cowok kalem' yg menempati hati Fathiyah,

Mengapa Dia mengajak ke kafe Damay pada saat itu,

Dhania mendongakkan kepalanya, melihat sekeliling ruang kelas. Semua sibuk dengan buku masing-masing, buku yang disiapkan khusus oleh pihak sekolah untuk persiapan UN dalam waktu dekat ini.

"Elah, capek lama-lama aku dah Na.. Ini itu dari sini hasilnya, nanti masukkin ke rumus yang ini baru ketemu jawaban yang ono... Plis, kali ini kau harus jawab 'Iya, Gemma. Aku ngerti.'" kata Gemma gemas sendiri, karena sudah berkali-kali ia menjelaskan materi kimia pada Kirana, namun belum juga paham.

Bibirnya tersungging melihat kedua temannya, meski sekarang sudah jarang sekali hangout bareng di luar jam sekolah karena fokus ujian, namun mereka tetap menyempatkan untuk pergi bersama setidaknya jalan-jalan keliling sekolah saat istirahat atau pas ke kamar mandi.

"Eh, nilai try out minggu lalu udah keluar lho..." seru salah satu murid XII ESC dari arah pintu, yang sontak membuat satu kelas mendongak.

Tak lama kemudian, segerombolan murid yang tadinya berdiam dalam kelas kini berjejal-jejalan di depan mading demi bisa melihat hasil usahanya di selembar kertas putih bertuliskan angka-angka dan kata "Lulus".

__________

Lain halnya dengan keramaian di depan mading, di teras masjid, empat murid berseragam lengkap itu terlihat saling bertukar cerita dengan sesekali tertawa kecil.

"Aku seneng Yo, kamu bisa kembali ditengah-tengah kita."

Leo mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Ya. Leo dan Madani telah mengakhiri perang dinginnya semenjak kejadian dimana Dhania di dorong oleh Fathiyah lalu. Leo sadar bahwa perang dingin yang dilakukannya tak ada benarnya dan tak akan menjadi benar.

"Aaah, jadi baper!"

Suara itu adalah milik Kevlar, ia yang sejak tadi mengamati layar ponselnya tiba-tiba bersuara membuat ketiga temannya langsung menatapnya bingung serta ilfeel.

Kevlar langsung berdeham, "Jadi, gimana persiapan kamu, Yo?"

"Alhamdulillah, baik. Mulai sabtu depan aku mulai latihan renang lagi, setelah izin fokus ujian try out."
"Butuh tim hore nggak nih?" tawar Kevlar.
"Hm, no. But, thanks."

Kevlar mengendikkan bahunya acuh, kembali fokus pada smartphone.

"Kamu gimana, Mad?"

Madani tersenyum, hatinya sedikit ngilu ketika ditanya apa persiapan selanjutnya setelah ia lulus SMA. Dalam lubuk hatinya, ia ingin sekali kuliah, apalagi setelah tau bahwa namanya lolos seleksi SNMPTN.

"Belum tahu, mungkin bantuin mas Adam di Kafe, mas."

__________

Kertas berisikan hasil try out terakhir yang di tempel pagi tadi, seperti magnet yang membuat seluruh murid kelas 12 mendekatinya hingga menimbulkan hiruk-pikuk.

"Peringkatku naik!"
"Peringkatku juga!"

Dibalik riuhnya para murid, ada pemandangan yang tak terekspos oleh umum, Fathiyah terlihat mundur perlahan, senyumnya merekah dengan salah satu tangannya mengangkat telfon. Sebelumnya, tatapan mereka sempat saling bertemu.

Dear Ketua RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang