THIRTIETH [END] ||

371 19 4
                                    

Bagian tiga puluh

Pagi hari ini, sebuah hajatan besar terselenggara di SMAN 7, tepatnya di hall Satria, yang tak lain adalah sebuah pesta perpisahan untuk siswa-siswi kelas dua belas. Tema kegiatan perpisahan kali ini ialah, "Precious Farewell" yang dikemas dengan menampilkan perjalanan kisah peserta didik dari awal masuk hingga selesai yang ditampilkan dalam bentuk video dan galeri foto yang dicetak dalam bentuk spanduk, seperti yang ada di depan hall yang saat ini tengah dikerumuni oleh murid kelas dua belas. Terlihat mereka sedang tertawa semringah sembari melihat foto-fotonya.

Acara dimulai setengah jam lagi, panitia memberi instruksi kepada murid kelas dua belas untuk segera berbaris sesuai absen kelas masing-masing. Kelas XII ESC mendapat urutan pertama untuk masuk ke dalam hall, disusul XII SSC, XII ELC, dan lainnya. Sementara para siswa kelas dua belas mengantre masuk ke dalam hall, panitia gantian mempersilakan wali murid untuk duduk di kursi di halaman depan hall yang beratapkan tenda berhiasan selendang warna pastel dengan layar proyektor besar. Pemilihan tempat outdoor untuk wali murid ini merupakan usulan dari mereka sendiri, yang katanya lebih fleksibel, apalagi untuk wali murid yang membawa anak kecil.

"Selamat datang di PRECIOUS FAREWELL! Acara ini dimulai dengan sesi berfoto bersama tiap kelas, silakan kelas dua belas ESC naik ke panggung bersama wali kelas," sambut kedua MC bersemangat.

"Aku mau duduk sebelah bapak wali kelas tercinta, minggir-minggir." ujar Gemma yang dihadiahi "Huuuuh.." dari teman-temannya.

"Iri bilang rakyat-rakyatkuu, hahahahaaa.." balas Gemma yang membuat suasana hangat diatas panggung, sedangkan pak Soenaryo hanya tersenyum saja melihat anak didiknya.

"Dhan, duduk sebelahku!" ajak Kirana seraya menggandeng tangan Dhania.

Semuanya tampak berpose dengan humor tapi santun.

CEKREK CEKREK CEKREK!

Selesai acara sesi berfoto bersama tiap kelas, acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, dan yang paling terakhir dan meriah ialah sambutan dari mantan ketua OSIS yaitu Leo Arion Safardan. Dia membahas tentang kesenangan di masa sekolah, yang membuat teman-temannya haru karena masa putih abu-abu telah berakhir.

"Ganteng juga Leo, ternyata.." gumam Gemma.

Kirana menoleh setelah menyeka air matanya, "Baru sadar kamu, Gem?"

"Iya hahaha.." tawanya.

Leo turun dari panggung diiringi dengan tepuk tangan meriah dan siulan melengking. Acara selanjutnya adalah penghargaan terhadap murid kelas dua belas yang berprestasi. Ada nama Nadine Keysha yang lolos SNMPTN di prodi Pendidikan Dokter, Fathiyah di prodi Teknik Industri, Haikal Alterio Tonda di prodi Kesehatan Masyarakat, Kevlar Jaasir Kalandra di prodi Hubungan Internasional dan disusul oleh siswa lainnya. Pada sesi acara penghargaan murid kelas XII yang berprestasi tersebut, mereka dipanggil ke atas panggung dengan diiringi oleh tarian tradisional yang dimainkan oleh anggota ekstrakulikuler Tari. Hal ini membuat acara tersebut terkesan unik sehingga banyakmenarik perhatian.

"Wah, nggak nyangka si pecicilan Kevlar lolos SNMPTN," sanjung Nuril bertepuk tangan sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Iya ya Ril. Perasaan dia santuy bet orangnya," sahut teman disebelah kirinya,

"Orang santuy kalau ambis, ngeri coi damage nya!" kini suara itu dari teman sebelah kanan Nuril.

Sedangkan di barisan tempat duduk murid laki-laki kelas XII ESC, Madani ikut memamerkan senyumnya meskipun hatinya masih kecewa ketika harus melepaskan kesempatan lolos SNMPTN.

"Temanmu bukan, itu?" tanya Septian.

"Iya, dia sahabatku." angguknya.

Disisi barisan perempuan, Dhania menampilkan gelak manis melihat teman-temannya berbahagia di atas panggung, lalu sorot matanya bertemu dengan wanita paruh baya yang berdiri disisi Fathiyah, spontan dia mengangguk santun.

Dear Ketua RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang