"Hai. " tiba-tiba ada yang mengagetkan Anya.
Siapa itu?
"H... Hai. " Anya membalas sapaannya dengan gugup.
"Nama gue Farrel. Farrel Aditya. " Laki-laki tinggi berkaca mata itu mengulurkan tangannya.
"Anya. " Anya mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu.
"Eh iya gue cuma mau kenalan kok. Daaa. " Farrel melambaikan tangannya dan berlalu pergi.
Ha?
Gila tu cowok.
Ngapain ngajak kenalan segala coba.
Tapi ganteng juga ya, gak nyangka gue ternyata banyak cogan disini.
Batin Anya bertanya."Dek. " tiba-tiba ada yang menepuk pundak Anya.
"Pulang gak? " tanya kakaknya.
"Ish Bang Niel ngagetin aja. " omel Anya.
"Abisnya malah ngalamun. Tau gak sih? Tadi itu Abang udah nyariin ke kelas terus ke parkiran sekolah, eh taunya malah disini. Capek tau gak nyariinnya. " oceh Dyan.
"Hah iya-iya maaf tadi kan Anya pengen baca buku jadi kesini aja. " elak Anya.
Yakali baca buku orang tadi disini nyelesein masalah tapi ujung-ujungnya yang punya masalah malah ngacir duluan gak tau kemana. Udah gitu malah ketemu orang aneh lagi.
Batin Anya."Hei malah ngelamun lagi. Udahlah abang tinggal aja. " Dyan lalu beranjak dari tempatnya.
"Woi Bang tungguin bego, udah kesini ngapain malah pulang sendiri. "
Anya berteriak sambil berlari mengambil tas dan mengejar kakaknya.Setelah langkahnya sudah sejajar dengan Dyan, Anya mengamit lengan kakaknya.
"Bang jangan marah dong. Abang gak bego deh, Abang pinter banget. "
Heleh pinter darimana coba.
Dosa gue seberapa banyaknya coba bohongin kakak sendiri dua kali."Serah. " jawab Dyan dengan ketus.
"Ih Bang jangan marah, nanti Ara nangis loh. "
"Masuk. " suruh Dyan dengan singkat sesampainya mereka di depan mobil.
Duh mampus marah nih abang tercintah gue. Mampus. Mampus. Batin Anya.
Anya pun masuk ke mobil dengan perasaan kesal dan sedih.
"Bang maafin Ara, kan tadi cuma bercanda. Abang ngambekan ih kayak cewek. Jangan marah laa Bang. Ya ya ya plissss jangan marah. " bujuk Anya.
"Diem. "
Anya lalu diam dan mengalihkan pandangannya keluar jendela. Awalnya dia mau menangis tapi ya gitu gak jadi dan malah ketiduran.
Memang jika kakaknya marah Anya akan takut sekali. Jika sekali marah kakaknya itu pasti menjelma menjadi makhluk yang menyeramkan.
☆☆☆
Sesampainya di rumah....
"Ra turun. " suruh Dyan masih dengan nada ketusnya.
"Ra. "
Tak ada jawaban lagi. Dyan menengok ke arah Anya. Nafasnya teratur, mungkin dia ketiduran. Dyan menghela nafas.
Dyan lalu keluar mobil dan ke pintu sebelah Anya. Dia kaget saat hidung Anya mengeluarkan darah segar. Dengan segera Dyan membuka pintunya dan menggendong Anya ke kamarnya."Kok bisa gini sih. Gak sadar lagi kalo mimisan. " Dyan membersihkan darah dari hidung Anya. Setelah itu membuang tisu untuk membersihkan darah Anya tadi ke tempat sampah. Sedangkan Anya masih terlelap sedari tadi. Dyan tidak tega kalau melihat Anya seperti ini. Prinsipnya adalah satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings✔
Teen FictionDulu kita saling melindungi Dulu kita saling menyayangi Dulu kita saling menjaga Namun sayang hanya kata 'dulu' yang mendominasi. Sekarang berbeda, tak ada lagi kata 'kita', sekarang hanya ada kamu, kamu ya kamu, dan aku ya aku. ⚠Cerita ini asli...