💫29💫

3.1K 175 7
                                    

Anya hampir meneteskan air matanya lagi ketika dia berpikiran untuk menyerah. Ternyata beraktifitas dengan kaki yang belum bisa digunakan dengan sempurna sangat menyusahkan.

Membersihkan badannya sendiri saja ia kesusahan, harus dibantu dengan Bi Uli yang sengaja ditugaskan untuk mengurus Anya.

"Non jangan nangis dong. Nanti Bi Uli kena marah sama Den Dave kalo gitu."

Anya menghembuskan nafasnya lelah, "Susah Bi, Anya capek kaya' gini terus."

"Gak boleh gitu dong Non, harus semangat." Bi Uli mengusap lembut kepala Anya.

Anya mencibikkan bibirnya kesal, "Big Bear mana bi?"

Belum sempat Bi Uli menjawab pintu ruangan Anya terbuka membuat Anya yang sedang duduk dikursi roda dengan Bi Uli disebelahnya menoleh.

"Big Bearrr."

Anya merentangkan tangannya saat Dave masuk membuat Dave terkekeh dan memeluk adiknya.

"Kenapa? Tumben sekali."

"Kapan aku bisa pulang?" tanya Anya tanpa melepaskan pelukannya pada pinggang kakaknya itu.

"Entah, mungkin masih lama."

Anya mencibikkan bibirnya kesal dan melepaskan pelukannya.

"Aku sudah tak apa kenapa masih lama pulangnya?"

Dave berjongkok menyamakan tingginya dengan Anya.

"What about your feet dear? You must undergo therapy later."

Anya mengalihkan pandangannya pada kedua kakinya. Nafasnya berhembus pelan.

"But i want to go home now."

"Well, I'll talk about it with doctor Gavin."

Senyum Anya mengembang, "Thanks Big Bear."

Tok... Tok... Tok...

Pintu terketuk membuat senyum Anya tambah mengembang.

Itu pasti abang kalau gak temen-temen. Batin Anya senang.

Namun bibir yang melengkung menunjukkan bahagia itu perlahan memudar digantikan senyum kecut.

"Oh My God, what happened with you my little girl."

Maura menubruk keponakannya itu dengan pelukan hangat dan Anya membalasnya. Pelukan hangat yang sejenak itu mereka lepaskan. Maura meneliti tubuh Anya dan matanya berhenti ketika melihat kaki Anya.

"You're strong little girl."

Gadis itu menganggukkan kepalanya, "Aku memang gadis kuat Aunt."

"Good girl."

"Tunggu, dimana Uncle mu tadi?" lanjut Maura.

"Kau berjalan seperti orang kesetanan Maura." Bobby menyandarkan tubuhnya ditembok dekat pintu.

Maura terkekeh, "Maafkan aku, aku hanya khawatir dengan gadis ku ini."

Mendengar kata gadis ku Bobby segera beranjak dan memeluk Anya.

"Ada apa denganmu Ara? Uncle sangat khawatir." Bobby mengusap pipi Anya sayang.

Anya mengerjapkan matanya polos, "Harus berapa kali aku menjawab pertanyaan yang sama?"

Semua yang ada disana terkekeh kecuali Anya. Dia malah mengerucutkan bibirnya membuat Bobby gemas.

"Permisi."

Siblings✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang