Aku ingin seperti matahari yang menyinari bumi tanpa tahu rasa lelah.-unknown
Pagi harinya Anya bangun merasakan tubuhnya pegal karena posisi tidur yang sangat-sangat tidak nyaman. Badannya sakit semua. Dia menggeliat merenggangkan otot-ototnya yang kaku.
"Uh asem emang, remuk badan gue."
Dia melihat kakaknya masih tidur pulas dengan damai, Anya mengambil handuk kecil yang ada dikening Dyan dan baskom berisi air hangat berniat menggantinya. Anya segera keluar dari kamar Dyan dan menuju ke dapur. Tak hanya mengganti kompres yang dipakai Dyan, Anya juga membuat sarapan. Dia membuat bubur dan susu putih.
Selesai itu semua Anya bergegas mandi dahulu lalu langsung membawakan kompres dan sarapan untuk kakaknya. Sedangkan Dyan masih saja meringkuk ditempat tidurnya. Anya membangunkan kakaknya yang setia memejamkan matanya sedari kemarin sore itu.
"Bang, bangun." Anya menepuk-nepuk pipi Dyan dengan pelan, namun tak mendapat respon.
"Bangun." Sekarang Anya sedikit menggoncangkan tubuh kakaknya, lalu kakaknya itu membuka mata perlahan.
"Apa sih." Dyan menatap wajah adiknya dengan mata sayu.
"Sarapan, Ara udah buatin." Anya tersenyum. Dyan segera bangun dan menyenderkan tubuhnya dikepala tempat tidur. Anya meletakkan nampan berisi sarapan itu dipaha Dyan.
"Suapin." Dyan merengek seperti anak kecil.
"Dasar kalo sakit aja manja." Cibir Anya.
"Cepet suapin." Dyan merengek lagi seperti anak kecil, Anya menanggapinya dengan senyum geli dan segera mengambil semangkuk bubur yang ada dinampan. Anya menyuapi Dyan dengan telaten.
"Udah habis, pinter. Sekarang tidur lagi aja." Anya menepuk kepala Dyan seperti anak kecil dan ditanggapi cibiran kesal oleh Dyan.
Namun Dyan menurut juga, dia membaringkan lagi tubuhnya menarik selimut sampai dadanya dan mulai terlelap. Anya yang melihat itu tersenyum tulus dan dia menempelkan tangannya pada kening Dyan, lalu berdecak kesal saat tak ada perubahan. Pasti kakaknya itu merasakan pusing yang luar biasa dan badan yang sungguh tidak enak dan nyaman, namun mengapa tidak mengeluh. Lebih baik Dyan mengeluh daripada menahan sakit itu sendirian dan membuat Anya tidak tega.
Anya melihat Dyan menggeliat tidak nyaman dan kerutan halus dikening Dyan yang menandakan tidurnya tidak benar-benar nyaman. Pasti kakaknya itu merasakan pusing yang luar biasa dan badan yang sungguh tidak enak dan nyaman, namun mengapa tidak mengeluh. Lebih baik Dyan mengeluh daripada menahan sakit itu sendirian dan membuat Anya tidak tega.
Anya sedikit mendekat ke kakaknya dan memijit perlahan pelipis Dyan. Setelah memastikan tidur Dyan nyenyak Anya beranjak dari kasur dan membenahkan selimut yang dipakai Dyan. Anya lalu mengompres kakaknya lagi dan keluar dari kamar Dyan untuk membantu Bi Uli membersihkan rumah.
"Udah non, biar Bibi aja." Cegah Bi Uli ketika Anya akan mencuci piring kotor yang dipakai kakaknya tadi.
"Ih gapapa Bi, Anya lagian gak ada kerjaan." Ucap Anya.
"Ya tapi kan ini tugas Bibi, biar Bibi aja." Cegah Bi Uli lagi.
"Bibi mending cuci baju deh, kan cucian udah numpuk. Ini gapapa Anya aja yang kerjain orang cuma sedikit." Kekeuh Anya dan Bi Uli pun pergi mencuci baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings✔
Ficção AdolescenteDulu kita saling melindungi Dulu kita saling menyayangi Dulu kita saling menjaga Namun sayang hanya kata 'dulu' yang mendominasi. Sekarang berbeda, tak ada lagi kata 'kita', sekarang hanya ada kamu, kamu ya kamu, dan aku ya aku. ⚠Cerita ini asli...