Dua tahun kemudian...
Gadis itu berlarian dengan senang mengelilingi halaman belakang rumahnya. Senyumnya membuat paras cantik diwajahnya semakin kentara. Dia berlari lalu menubruk kakaknya. Sedangkan laki-laki yang ditubruk membalas pelukannya.
"Seneng banget sih."
Gadis itu menganggukkan kepalanya semangat, "IYA DONG, KAN ARA BISA JALAN LAGI."
Dyan tertawa dan menggoyangkan tubuhnya kekanan dan kekiri sehingga tubuh adiknya ikut terbawa.
"Berarti habis ini liburan kan Bang?"
Dyan mengerutkan keningnya, "Hah? Liburan?"
Anya memajukan bibir bawahnya, wajahnya terlihat kesal.
"Katanya Abang mau ajak Ara jalan-jalan kalau udah sembuh!" seru gadis itu.
"Masa sih?"
Anya menghentakkan kakinya kesal dan melepas pelukan kakaknya, tangannya bersedekap didepan dada.
Dyan menarik pipi adiknya karena merasa gemas. Sebenarnya dia hanya berpura-pura lupa hanya untuk menggoda adiknya.
"Nyebelinnn." Anya melepas tangan kakaknya yang masih menarik pipinya.
Anya berlari menjauhi kakaknya dan menuju kursi yang ada disana. Namun, belum sampai dikursi dan duduk gadis itu sudah terjatuh duluan.
"Auwh!"
Dyan dengan sigap berlari ke arah adiknya dan mengangkat tubuhnya untuk didudukkan dikursi.
"Yang suruh lari-larian terus siapa?!" kesal Dyan.
Gadis itu bertambah kesal, sudah kakaknya lupa untuk membawanya liburan sekarang jatuh kena omel lagi.
"Sakit?!"
"IYA SAKIT!" balas Anya sangat kesal.
Dyan berdecak, "Makanya jangan lari-larian dulu, tau baru aja sembuh udah petakilan."
Anya menunduk, merasa bersalah karena sudah membentak kakaknya, "Ya, maaf."
Laki-laki itu menghela nafas. Mengelus kepala adiknya sayang, lalu mengecup pucuk kepalanya.
"Minggu depan kita ke Jepang."
Mata Anya menjadi berbinar senang, "Beneran?!"
"Iyaaa."
"Aaaa." Anya memeluk kakaknya
★★★
"ABANG AYO CEPETAN." teriak Anya dari luar kamar hotel.
Dyan keluar sambil menggelengkan kepalanya, "Ini hotel Ara bukan rumah."
"Abang lama sih."
"Siap-siap dulu biar keliatan ganteng. Siapa tau ada cewek Jepang kecantol."
Anya mencibir pelan.
Dyan mendorong tubuh adiknya menuju kamar sahabatnya, "Bangunin Atha sana."
"Atha mah, gak ada yang ajak liburan dia ngikut aja."
Dyan terkekeh pelan, "Orang abang yang ajak dia kok. Kan kebetulan juga, dia pengen liburan. Tiket buat Dave sayang kalau gak kepake."
Anya menghentakkan kakinya kesal. Bibir bawahnya maju. Tangannya mengepal gemas, siap menggedor keras pintu kamar hotel yang dipakai Atha.
Anya melayangkan tangannya kearah pintu itu, namun bukan suara ketukan pintu yang ia dapat tetapi malah suara orang mengaduh. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan mendapati tangannya melayang didepan wajah Atha, sepertinya tangan mungilnya tak sengaja memukul hidung mancung Atha.
Sedangkan Atha yang mendapat pukulan itu memandang gadis dihadapannya dengan wajah setengah kesal.
"Hih." pekik Atha gemas. Melihat wajah bingung Anya membuatnya ingin mencubit pipi gadis itu.
Sadar atas perbuatannya Anya berlari terbirit meninggalkan kedua laki-laki yang berekspresi kontras.
Atha mengedipkan matanya beberapa kali lalu mengejar adik Dyan itu.
"Aduh, kok lari-larian lagi." gumam Dyan.
Hari ini mereka lebih memilih menghabiskan waktu dengan berwisata kuliner.
"Abang mau itu."
Dyan mengerutkan keningnya, "Di Indonesia kayak gitu banyak yang jual Ra."
Anya mengerucutkan bibirnya kesal, "Tapikan mau itu. Pasti rasanya beda."
Atha tersenyum miring, "Abang lo kayak orang kere Nya."
Laki-laki yang mengejek tadi mengeluarkan dompetnya dan memesan dua harum manis. Memberikan satu pada Anya. Diterima gadis itu dengan antusias
Namun baru saja menggenggam harum manis itu tubuhnya sudah oleng.
"Eh eh."
Dyan menangkap tubuh adiknya yang akan terjatuh.
"Sakit ya?"
Anya mengangguk pelan, memang kakinya masih sering terasa nyeri dan terkadang mati rasa setelah ia bisa berjalan. Apalagi bila dia beraktivitas berlebihan.
"Atha gendong!" suruh Dyan mutlak.
Atha menunjukkan wajahnya yang cengo, "Loh kok gue?"
Dyan mendelik, "Tadi yang buat adik gue lari-larian siapa?!"
Sedangkan Anya meremas baju kakaknya. Tidak kuat menahan beban tubuhnya sendiri.
"Abang sakit." lirihnya.
Dengan sigap Atha berjongkok disebelah Anya. Anya yang sudah tidak kuat menundukkan tubuhnya ke punggung Atha. Atha berdiri, satu tangannya menahan tubuh Anya, sedangkan satu tangannya memegang harum manis. Sama dengan Anya yang satu tangannya menggenggam harum manis dan tangan satunya dikalungkan pada leher Atha.
"Lihat sini!" seru Dyan.
"Satu... Dua... Tiga..."
Ckrek
Terambilah satu foto Atha dan Anya. Dengan pose Anya yang tersenyum pada kamera dan Atha tersenyum sambil memandang wajah gadis yang disukainya.
"Cieee."
Wajah gadis yang digendong itu sudah memerah. Sedangkan laki-laki yang menggendong sudah tersenyum tidak jelas.
Kode bahwa sudah mendapat restu dari calon kakak ipar- Atha.
☆☆☆
Halo, aku ingin benar-benar mengakhiri cerita ini. Jadi Dyan Anya atau Niel Ara sudah cukup sampai disini yaaa... Maaf kalau aku itu suka update lama. Sampai ketemu aku lagi di cerita lain(semoga) -N
Goodbye readers, makasih banyak udah ngikutin kisah aku dan Abang. -Ara
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings✔
Teen FictionDulu kita saling melindungi Dulu kita saling menyayangi Dulu kita saling menjaga Namun sayang hanya kata 'dulu' yang mendominasi. Sekarang berbeda, tak ada lagi kata 'kita', sekarang hanya ada kamu, kamu ya kamu, dan aku ya aku. ⚠Cerita ini asli...