"RANA AWAS!"
Anya mendorong Rana ke tepi trotoar otomatis membuat mereka tersungkur ketika melihat mobil melaju kencang. Membuat semua orang menoleh pada pintu belakang rumah Kevin.
"ARGH!"
"ARGH!"
Teriakan kesakitan terlontar dari kedua orang itu bersamaan. Anya mendorong Rana sehingga kepala Rana terbentur tepi trotoar. Namun kaki Anya malah terlindas mobil yang melaju cepat tadi. Kejadian itu berlangsung cepat tanpa ada yang menyadari.
Anya melihat darah yang merembes dari kepala Rana.
"Kita cewek kuat Ran." ujar Anya lirih.Mata Rana menjadi sayup-sayup membuat Anya panik, ia ingin bergerak lebih mendekati Rana namun kakinya terasa sangat sakit.
"Ber- bertahan, gue mohon." suara Anya mirip dengan orang tercekik.
"Gue sayang semua orang Nya." balas Rana setelah itu matanya terpejam rapat.
Semua orang yang ada dihalaman belakang masih termangu, mencerna apa yang sebenarnya terjadi karena mereka tadi sibuk dengan diri sendiri. Lalu Dyan berlari ke kedua orang yang ia sayangi itu.
"RANA! ARA!"
"Cepet ba- bawa Rana, ke- ke rumah sakit Bang."
Dyan segera mengangkat tubuh Rana dan membawanya masuk kedalam mobil Kevin. Tadi Kevin dengan segera mengambil mobilnya yang berada di garasi begitu pula Dave yang mobilnya sengaja ia parkirkan dibelakang rumah Kevin untuk membuat kejutan ulang tahun Anya tadi.
Atha dengan cekatan membawa tubuh Anya ke mobil Dave. Anya mencengkram lirih kemeja flanel yang dipakai Atha agar rasa sakit dikakinya berkurang. Mobil Dave melaju dibelakang mobil Kevin saat Atha sudah membawa Anya masuk.
Anya meringis saat kakinya tergoyang karena pergerakan Atha.
"Sorry." ucap Atha dengan sangat panik.
"Demi a- apapun, ini sa- sakit." lirih Anya dengan mata setengah terpejam.
"Buka mata lo, sebentar lagi kita sampe rumah sakit."
Anya menatap wajah Atha dengan sayu, "Ke- kenapa mata gue be- berat banget ya Tha."
"Gue tau mata lo berat kalau dibuka, tapi gue mohon jangan tutup mata lo saat ini." mohon Atha sambil lebih erat mendekap Anya.
Anya menggeleng pelan, "Gak bisa, gak-"
Ucapan Anya terpotong ketika ia benar-benar menutup matanya. Atha menepuk-nepuk pipi orang yang diam-diam dicintainya itu.
"Anya!"
"Lebih cepat Dave!"
"Diamlah! Sebentar lagi kita sampai."
Tak berselang lama mereka sampai di rumah sakit terdekat dari rumah Kevin. Dengan segera Atha dan Dyan membawa kedua gadis itu keluar dari mobil dan secepat mungkin meminta bantuan. Segera kedua orang itu dibawa oleh perawat ke ruang unit gawat darurat.
Yang lain tadi segera menyusul. Sekarang mereka semua menunggu dua gadis itu dengan cemas. Dyan yang bersandar pada dinding dan diam-diam air matanya merembes keluar. Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Menahan isakan yang akan keluar.
Siapa sangka dihari bahagia adiknya ini malah berujung dengan kesedihan? Kalau sudah begini dia akan menyalahkan siapa? Rana? Tidak mungkin ia menyalahkan orang yang mencintainya dan dicintainya. Kevin? Untuk apa? Walau dia yang memiliki ide seperti ini tetapi pasti dia juga tak mau kejadian seperti ini terjadi. Adiknya? Mungkin iya, kalau adiknya tidak ogah-ogahan berjalan seperti itu pasti mereka tidak akan celaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings✔
Ficção AdolescenteDulu kita saling melindungi Dulu kita saling menyayangi Dulu kita saling menjaga Namun sayang hanya kata 'dulu' yang mendominasi. Sekarang berbeda, tak ada lagi kata 'kita', sekarang hanya ada kamu, kamu ya kamu, dan aku ya aku. ⚠Cerita ini asli...