20

1.3K 162 11
                                    

"Sohyun.. apa mungkin lo suka sama gue?"










.










Gue terbangun. Sinar matahari terasa begitu menyilaukan.

"Ah sial!! Gue telat!!"

Buru-buru gue turun dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi.
.
.



.

"Eomma.. aku berangkat!"

"Yak! Makan dulu!"

"Sudah telat eomma.. daa..."

Gue udah ada di luar gerbang. Gue lihat hp dan ternyata banyak panggilan tak terjawab.

Di luar rumah, seseorang menunggu gue di atas motornya. Syukurlah, entah.. gue ngerasa sangat beruntung aja. Ternyata, gue nggak salah pilih. Dia, Eunwoo Oppa, emang selalu ada disaat gue butuh. Bahkan, meski sekarang pukul 7 kurang 5 menit, dia masih berdiri disana dengan senyuman dan ketenangan.

Mana ada sih sekarang cowok yang mau diajak susah? Tapi.. Eunwoo Oppa beda. Gue lega ngeliat senyuman itu di wajahnya. Seketika.. rasa cemas gue akan terlambat sekolah hilang.

"Oppa... masih disini?"

"Tentu saja. Aku kan sudah bilang. Kita akan berangkat bersama.. setiap hari."

"Meskipun sekarang Oppa terlambat gara-gara aku??"

"Tidak ada kata terlambat selama kamu bersamaku."

Gue menarik garis lengkung di bibir. Menghela nafas bahagia. Baiklah... mari lupakan mimpi semalam karna pada kenyataannya, Sohyun, lo itu emang udah ditakdirin buat sama oppa.

.................................

Sekarang jam istirahat. Tapi, kemana oppa? Biasanya dia langsung ke kelas gue dan ngajakin gue ke kantin kalo nggak ke taman. Ngga biasanya..

"Sohyun!"

"Eh.. Hyunmi. Ada apaan?"

"Bukannya tadi lo dapet tugas ya?"

"Tugas??"

"Lo nggak inget? Astaga! Berapa sih umur lo. Masih muda udah pikun aja!"

"Tadi Pak Jaehyun ngasih hukuman ke lo supaya lo bantu bersih-bersih perpus dan beresin buku disana!"

Lanjut Hyunmi.

Iya. Gue inget. Karena hari ini gue telat pas pelajarannya Pak Jaehyun, alhasil gue kena hukum.

Mau gimana lagi? Sebenernya gue males banget. Tapi nggak tau kenapa batin gue nyuruh gue supaya nurut aja sama titah Pak Jaehyun.

Dengan berat hati gue langkahkan kaki ke lantai tiga, dimana tempat perpus berada. Koridor demi koridor terlewati. Dan tepat di koridor paling sepi ini gue denger suara orang ribut.

Mungkin terdengar samar. Ketika gue mencari-cari ke sumber suara, ternyata dari sinilah kericuhan itu berasal. Di dalam ruang musik.

Lucid Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang