27

2.1K 200 37
                                        

Bau obat tercium begitu menyeruak. Badan gue terasa kaku. Hidung gue terasa risih akan sesuatu. Meskipun gue belum bangun sepenuhnya, tapi gue bisa ngerasain seseorang megang tangan gue.

Dengan sedikit memaksa, gue membuka mata perlahan-lahan. Bayangan orang-orang berkerumun di sekitar gue tergambar buram. Namun gue juga tahu, ada sosok papa dan juga Eunwoo oppa di sana.

Dan yang megang tangan gue adalah.. mama.

"Sohyun?"

Mama memanggil gue. Ada butiran bening yang jatuh membasahi punggung tangan gue. Dan gue yakin butiran itu berasal dari mama.

"Ma..."

Gue memanggil mama lirih.

Akhirnya...gue balik ke dunia nyata.

...................................

"Maafin Papa, Hyun. Papa yang salah..."

Gue melihat Papa dengan sedih hati. Sekarang, papa yang gue lihat adalah papa yang penuh penyesalan.

Penyesalan memang datang terlambat bukan?

Bahkan gue udah paham. Kalo aja dari dulu gue bisa jaga sikap, mungkin Dahyun nggak akan ngefitnah gue, papa nggak akan menampar gue, dan gue nggak akan terjebak dalam alam mimpi yang penuh derita itu.

Ngomong-ngomong soal alam mimpi... gue sepenuhnya belum bisa lupain Taeyong.

"Sohyun... apa.. keadaanmu sudah benar-benar membaik?"

Dan kini oppa yang bertanya ke gue. Setiap melihat mukanya, yang ada dalam memori gue hanyalah oppa yang gue benci. Ya.. gue tahu. Kali ini adalah beneran oppa yang cinta sama gue.

"Gue baik-baik aja kok sekarang.."

"Pa..."

Kini pandangan gue kembali beralih ke papa.

"Sohyun juga mau minta maaf karena selama ini Sohyun belum bisa jadi anak yang baik, yang bisa banggain Papa. Selama ini kerjaan Sohyun cuma bikin Papa sama Mama malu. Sohyun nyesel Pa. Sohyun janji.. akan berubah jadi lebih baik lagi."

"Apakah kamu beneran anak Papa?"

"Apa maksud Papa?"

"Kenapa kamu jadi lembut seperti ini? Ada apa dengan otakmu? Apa kamu cidera?"

"Ah Papa! Sohyun serius. Emangnya Papa nggak mau punya anak yang baik?"

"Eh.. jangan marah dong. Papa kan bercanda. Tentu Papa sama Mama mau punya anak yang baik. Jujur.. Papa hanya terkejut saja mendengar apa yang kamu katakan."

"Mama seneng dengernya."

Sahut mama. Kedua orang tua gue pun pada akhirnya mendekap gue dalam pelukan mereka.

Senangnya..

Tok tok tok..

Pintu ruangan gue terketuk dari luar. Eunwoo oppa yang peka lalu membukakan pintu.

"Dahyun?"

Gue melongo. Ini beneran Dahyun?

Gue kangen sama dia. Bukannya kangen ngebully, tapi.. gue kangen ketemu sama orang-orang baik sepertinya. Toh.. gue juga nggak menyalahkan dia atas kejadian yang nimpa gue.

Lucid Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang