002

8.7K 1.1K 80
                                    

Jungkook terbangun dengan rasa luar biasa lemas. Kelopak matanya mengerjap berat; enggan sekali untuk terbuka. Lalu saat Jungkook menemukan kesadaraannya utuh, membuka mata sepenuhnya, yang dia temukan adalah warna putih memenuhi sekelilingnya. Gorden jendela di samping kirinya dibiarkan terbuka. Jungkook bisa melihat kegelapan di luar sana, berarti ini sudah malam.

Sekarang Jungkook paham, dia berada di kamar rumah sakit dengan infus dan selimut tebal menutupi tubuhnya. Jungkook bertanya dalam diam, siapa yang membawanya kemari? Padahal sebelumnya dia hanya tidur di kamarnya. Dan tidak merasakan apapun setelah itu.

"Dia bukan anakku lagi!"

Jungkook mendengar suara ibunya menjerit dari balik pintu. Apa yang terjadi?

"Suamiku meninggal! Dia dibunuh oleh anaknya sendiri!"

Ayahnya meninggal? Karenanya? Jungkook bisa merasakan jantungnya yang seakan berhenti sesaat. Rasa gelisah berkecamuk; takut membaur dengan bersalah yang tidak pernah Jungkook rasakan sebelumnya seolah menderap di seluruh aliran darahnya.

"Itu tidak disengaja, Nyonya. Jungkook hanya tidak tahu jika pistol yang digunakannya adalah pistol sungguhan. Justru ini kesalahan suami anda yang lalai menaruh benda berbahaya tidak pada tempatnya. Pistol itu harusnya disimpan jauh dari jangkauan anak-anak atau siapapun."

"Kenapa suamiku! Jungkook seharusnya paham jika dia tidak boleh menggunakan pistol itu! Setidaknya dia bisa bertanya pada suamiku lebih dulu!" Ibunya kembali berteriak. Seorang pria berusaha memberi pengertian pada ibunya.

"Jungkook hanya bocah lima tahun yang belum mengerti apapun! Justru disinilah peran anda seharusnya Nyonya Jeon. Bukan malah mengurung Jungkook dan tidak memberinya makan. Tindakan anda ini bisa masuk kategori kekerasan terhadap anak!"

Jungkook bergerak turun, membawa serta tiang infus bersamanya. Dia menarik pintu hati-hati, mencoba mengintip siapa yang berbicara dengan ibunya. Apa yang sebenarnya terjadi. Jungkook tahu ayahnya meninggal karenanya, dia berharap itu bisa termaafkan. Tapi ternyata....

"Aku akan menghapusnya dari anggota keluarga. Jungkook bukan lagi anakku! Aku akan meninggalkannya di sini. Tidak peduli apa yang terjadi setelahnya. Jika kau mau ambil saja anak sialan itu! Pembunuh!"

Jungkook seperti tidak mengenal ibunya. Wanita itu bukan seperti ibunya. Ibunya tidak pernah membentak, kemana kelembutan ibunya pergi?

Ibunya berbalik, menghentak keras saat pria berseragam polisi itu menahannya untuk tidak pergi. Jungkook mengerti, ayahnya meninggal karena ulah bodohnya. Ibunya pergi karena membencinya yang menjadi anak nakal. Karena Jungkook membunuh ayahnya maka ibunya membuangnya. Jungkook mencoba untuk tidak menangis. Tapi dia tidak bisa menahan air matanya saat pria berseragam polisi itu menemukannya mengintip dari celah pintu yang terbuka.

Jungkook tidak mengeluarkan isak tangis, bahkan saat pria itu menghampiri dan memeluknya erat sekali. Jungkook masih menatap pada lorong yang kosong, dimana ibunya pergi menghilang di belokan.

"Paman, kemana Ibu pergi? Paman, aku ingin melihat Ayah."

"Jungkook, aku Paman Kim. Teman kerja Ayahmu, Jungkook bisa memanggilku Ayah, bagaimana?"

Jungkook menatap bingung pada pria di hadapannya, "Kenapa memanggil Paman, Ayah?"

"Jungkook sekarang jadi anak Paman, kalau tidak mau panggil Ayah, bagaimana Papa?"

"Itu hanya beda penyebutan. Tapi kalau Paman tidak akan meninggalkanku seperti Ibu. Itu mungkin oke, Papa?"

Paman Kim tersenyum, memeluk Jungkook dengan penuh perasaan hangat. Jungkook balas memeluk, dia terus memanggil paman Kim dengan sebutan papa. Tetapi, Jungkook masih merasa kesepian. Dia masih menginginkan ibu dan ayahnya. Jungkook merindukan mereka.

Leave Out ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang