023

3.5K 488 37
                                    


Jungkook kembali pulang lewat tengah malam. Dia lagi-lagi membuat alasan lama pada Taehyung. Seperti yang sebelumnya sudah dia lakukan, bertemu dengan teman-teman sekolahnya, dan membantu mereka mengerjakan tugas mengingat Jungkook masih menjadi juara akademilk nomor satu di sekolahnya. Padahal isi tas Jungkook bukan buku-buku melainkan bekas jaketnya yang ternoda darah serta pistol yang belum sempat dikembalikannya pada Namjoon.

Jungkook pulang sangat terlambat karena masih harus membantu Namjoon membereskan semua kekacauan. Mereka memasukan jasad Yoo Seung Ho ke koper dan mengirimkan ke rumah orang tuanya. Mereka juga mengubur jasad dua perempuan itu dan semua barang bukti seperti bed cover yang penuh noda darah ke tempat yang jauh dari pemukiman warga.

Awalnya Namjoon ingin menenggelamkan semuanya ke sungai Han tapi dia khwatir dengan kemungkinan jika jasad itu akan mengapung.

Saat memasuki rumah lampu ruang tamu sudah dimatikan, Taehyung pasti sudah tidur—terka Jungkook, namun kakaknya itu masih duduk di sofa sambil menonton siaran komedi di tv.

“Hyung, kau belum tidur?”

“Jungkookie—aku menunggu, kenapa pulang malam sekali?”

“Maaf, aku ketiduran di rumah Mingyu,” kata Jungkook, dia melanjutkan. “Aku ke kamar ya, hyung. Taehyung hyung juga lekas tidur. Besok hyung harus kuliah, kan”

“Iya—ah, sebentar Jungkook.” Taehyung memanggil, mencekal tangan Jungkook. Dia mengeryit saat mencium bau alkohol dari tubuh Jungkook. Wajah Taehyung terlihat tidak suka, walau begitu dia mengendus lebih dekat sampai di hadapan wajah Jungkook untuk memastikan sekali lagi.

“Hyung, hentikan—kau terlalu dekat,” bisik Jungkook, saat wajah mereka hanya berjarak sepuluh cm.

“Kau minum—jujur padaku, Jungkookie. Kau minum bersama teman-temanmu?”

“Iya, hyung. Maaf, kau marah soal itu?” Jungkook bertanya—dia merasakan pusing karena alkohol mempengaruhi aliran darahnya. Ingin segera pergi tidur untuk menjernihkan pikirannya yang keruh.

“Tentu saja! Kau itu masih SMA. Kali ini aku maafkan, tapi lain kali jangan ulangi lagi.” Taehyung kemmbali menarik lengan Jungkook saat adiknya hendak melangkah pergi. Ada sesuatu yang perlu dia pastikan. Dalam bawah pengaruh alkohol seseorang akan lebih jujur, bukan?

“Jungkook?”

“Ada apa, hyung?”

“Itu…, selamat malam. Tidur nyenyak. Besok biar aku saja yang menyiapkan sarapan.”

“Terima kasih, hyung.”

Taehyung ingin bertanya tentang apa yang dia dengar di malam itu, saat mereka menginap di rumah nenek. Tentang Jungkook yang menyukainya. Apakah itu benar? Taehyung terlalu takut untuk mendengar jawabannya jadi dia membiarkan Jungkook pergi.

-ooOoo-

Langit masih gelap saat Taehyung bangun. Ingat bahwa dia semalam menjanjikan Jungkook untuk membuat sarapan membuat Taehyung bangun lebih awal, bahkan dia bangun sebelum matahari terbit. Taehyung belum terbiasa membuat sarapan semenjak papa meninggal. Jungkook lah yang lebih sering membuat sarapan untuk mereka, namun Taehyung menyadari ada yang sedikit berubah dari sikap Jungkook setelah kepergian papa.

Jungkook menjadi lebih dingin dari yang terakhir Taehyung ingat. Tidak banyak senyum yang Jungkook tunjukkan. Adiknya itu juga lebih sering pulang malam. Taehyung cukup khawatir pada perubahan Jungkook, tapi dia tidak ingin mengekang Jungkook dan membatasi kebebasannya. Taehyung hanya takut Jungkook menjadi muak jika dia berperilaku posesif, kemudian pergi meninggalkannya. Karena tidak ada siapapun lagi yang dia miliki selain, Jungkook.

Leave Out ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang