021

3.5K 484 15
                                    

Daegu.

Masih di Daegu, tepat jam enam sore mereka sampai di rumah nenek. Wajah nenek tampak bahagia melihat kedua cucu tersayangnya datang berkunjung. Melihat Taehyung dan Jungkook datang dalam keadaan basah kuyup, nenek buru-buru menyuruh mereka untuk masuk ke rumah dan lekas mengganti baju usai mandi dengan air hangat.

Jungkook mengamati isi lemari di kamar Taehyung, beberapa baju Taehyung masih tertinggal di sini. “Hyung, aku tidak yakin ada yang muat untukku.” Kata Jungkook, begitu Taehyung memasuki kamar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Aku ingat masih ada beberapa baju baru yang tidak pernah aku pakai.” Taehyung berdiri di samping Jungkook, membantu Jungkook mencarai baju untuk dikenakannya. “Nenek selalu membelikanku baju dengan ukuran XXL,” katanya, menarik satu lembar pakaian untuk Jungkook. Warnanya putih bersih dengan sablon gambar beruang di tengahnya.

“Uh, lucu sekali untukmu,” komentar Taehyung, dia tersenyum puas melihat Jungkook tampak menggemaskan dengan pakaian gambar beruang.

“Terima kasih,” tukas Jungkook ketus. Tidak suka disebut menggemaskan. Ia keluar dari kamar dan menghampiri nenek yang tengah menyiapkan makan malam untuk mereka. Aromanya yang wangi benar-benar bisa menggugah selera makan. Jungkook menarik kursi dan duduk di sana.

“Taehyung belum selesai?”

“Belum, Nek,” jawab Jungkook. Dia membantu nenek menata piring dan sumpit, juga menaruh nasi ke mangkuk. Tanpa menyadari nenek terus saja memandangnya sambil tersenyum. Jungkook kecil mereka telah tumbuh begitu banyak. Namun masih polos seperti anak remaja semestinya. Di mata nenek Jungkook seperti buku yang terbuka, mudah sekali dibaca hanya dengan melihat ke dalam matanya.

“Apa semua baik di Seoul? Bibi Hyera masih mengunjungi kalian?”

“Baik, Nek. Bibi Hyera masih mengunjungi kami setiap hari. Mengundang kami sarapan dan makan malam. Tapi kadang jika Bibi Hyera mengikuti Paman Haneul pergi dinas, aku dan Taehyung hyung merawat diri kami sendiri. Membuat sarapan bersama, saling menunggu untuk makan malam. Semuanya terasa menyenangkan dan kami baik-baik saja, Nek, karena kami sudah dewasa.”

“Nenek mengerti, Jungkook. Sejak kejadian Taehyung sakit untuk pertama kali saat kalian masih kecil dulu. Saat itu kau berkata dengan segenap hatimu, kalau kau akan melindungi dan menjaga Taehyung.”

Jungkook menoleh pada nenek yang tersenyum padanya.

“Aku percaya kau selalu mencoba melakukan yang terbaik untuk Taehyung. Ini hanya naluri orang tua, Jungkook. Jangan terlalu dipikirkan, tapi nenek ingin kau tahu, tidak semua berjalan dengan yang kau harapkan. Jika suatu hari nanti terjadi hal yang buruk dan kalian mungkin berkelahi, jangan terlalu cemas. Taehyung masih memiliki aku dan Bibi Hyera serta Paman Haneul yang akan merawat kalian dengan tangan terbuka. Apapun kondisinya, ingatlah kalau kalian masih memiliki kami.”

“Terima kasih, Nek.”

“Kamu juga cucuku, Jungkook.”

—“Ah, leganya.” Taehyung datang, langsung duduk di sisi meja di depan Jungkook. Dia memperhatikan nenek dan Jungkook secara bergantian. “Kenapa suasannya aneh sekali—kalian baru saja membicarakan aku, ya!?”

“Percaya diri sekali, hyung,” cibir Jungkook. Nenek tertawa dan kemudian berkata tidak.

“Nenek hanya bertanya kepada Jungkook bagaimana rasanya homeschooling. Apakah Jungkook merindukan teman-temannya atau tidak.”

Sontak Taehyung menyahut, “Tentu saja Jungook merindukan teman-temannya. Dia bahkan sering pulang larut setelah belajar untuk bermain bersama teman-temannya.”

Leave Out ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang