Hari besok sama seperti kemarin. Jungkook masih tidak punya satu pun teman bicara di sekolah. Di jam istirahat ini dia sendirian di taman. Duduk di salah satu bangku panjang, memangku sebuah buku gambar, sambil sesekali memakan sosis dan roti isi yang dibuatkan papa. Kotak makannya dia letakkan di sampingnya.
Suara anak-anak tertawa memenuhi telinga Jungkook. Tapi dia tidak menoleh sekedar melihat teman-temannya asik bermain papan luncur dan ayunan di depannya. Ada sebuah tangis pecah, itu hal biasa. Anak nakal yang bertubuh lebih besar akan menjahili anak yang tubuhnya lebih kecil-dan penakut.
Jungkook mendongak saat seorang anak mendekatinya. Oh, si anak gendut yang nakal. Jika sudah dalam situasi seperti ini, rasanya Jungkook ingin cepat lulus playgroup dan masuk ke sekolah Taehyung. Setidaknya di sana ada Taehyung.
"Hei, pembunuh."
Jungkook menunduk lagi, mengamati buku gambarnya yang sudah separuh terisi. Dia menggambar Taehyung, papa, dan dirinya. Tapi tidak menunjukkanya pada teman-teman seperti yang Taehyung katakan.
"Apa yang kau lakukan di sini? Mau membunuh kami ya?"
Jungkook mendongak, menatap mata anak gendut di hadapannya. Di belakang teman-teman anak gendut itu berdiri, seperti akan menghajar Jungkook jika dia macam-macam.
"Namaku Jungkook dan aku bukan pembunuh."
Anak gendut itu tertawa, "Kau yang reporter di televise bicarakan. Ayahmu inspektur kepolisian Busan dan kau menembaknya. Ayahmu mati karenamu, 'kan. Itu artinya kau pembunuh."
"Kata Papa itu tidak sengaja. Aku juga sedih kehilangan Ayah."
Anak gendut itu maju satu langkah, melihat gambaran Jungkook. Dia mendecih dan menarik paksa buku gambar Jungkook.
"Apa yang kau lakukan?!" Jungkook berteriak. Beberapa anak menoleh padanya. Dia mencoba mengambil kembali buku gambarnya. Tapi anak gendut itu menjauh berlari. Jungkook mengejarnya, harusnya dia bisa berlari lebih cepat dari anak itu. Tapi kaki Jungkook masih terlalu kecil, untuk mengejar.
Anak itu berlari melewati kotak pasir, dia menuju kolam ikan di sisi dinding taman.
Jungkook masih berlari. Dia tahu akan sulit untuk sampai ke sana agar buku gambarnya tidak dijatuhkan ke dalam kolam. Orang tua murid yang sengaja datang mengantarkan bekal makan siang bahkan tidak berniat untuk membantu. Mereka berdiri bak penonton yang disuguhkan tontonan menarik.
"JANGAN!" Jungkook berteriak lebih keras, "Jangan dibuang ke kolam!"
Jungkook berhenti berlari. Napasnya tersengal, wajahnya merah karena emosi. Dia menatap benci anak gendut itu. Jungkook tidak menyukainya. Dia merunduk melepas sepatunya dan melemparnya sampai mengenai anak gendut itu. Mengenai bahunya. Sampai buku gambar Jungkook jatuh tidak sengaja ke dalam kolam. Jungkook mengejar sepatunya, tapi anak gendut itu lebih dulu menjangkau sepatunya. Dan melemparnya ke dalam kolam juga.
"Mengapa kau lakukan itu!" Jungkook berteriak di depan anak gendut, mendorongnya hingga jatuh. Hanya jatuh. Tapi anak gendut itu menangis kencang. Tidak ada yang berdarah, hanya pakaian yang kotor karena debu. Tapi tangis anak itu semakin kencang saat ibunya datang menghampiri dengan guru mereka.
Jungkook menatap sendu sepatu dan buku gambarnya yang mengambang di atas kolam. Dia ingin mengambilnya tapi ibu anak gendut itu mencekal tangannya dan marah-marah.
"Pembunuh! Apa yang kau lakukan?!"
Gurunya menarik Jungkook, bertanya dengan nada lembut. "Jungkook, kenapa mendorong Sungkyu?"
"Dia melempar buku dan sepatuku ke kolam-"
"Dia melemparku dengan sepatunya, Bu," kata Sungkyu pada ibunya. "Aku hanya ingin melihat buku gambarnya. Tapi dia malah melemparku dengan sepatu."
"Aku memang-"
"Ssaem, anak ini tidak bisa dibiarkan. Lihat kelakuannya, dia sudah seperti psikopat!"
"Nyonya Kim, maafkan aku. Tapi biarkan Jungkook bicara, ini juga hanya masalah anak-anak."
"Hanya?! Anak ini bahkan bisa membunuh Ayahnya sendiri. Dia ini tidak waras."
Guru mereka menghela napas mendengar suara keras kepala ibu Sungkyu. "Jungkook, minta maaf ya?"
Sorot mata Jungkook berkilat tajam. Dia terluka. "Maafkan aku. Tapi aku tidak bersalah."
-ooOoo-
Taehyung datang bersama papa ke sekolah Jungkook. Papa menjemput Taehyung lebih awal, mengatakan jika pihak sekolah menelpon karena Jungkook terkena masalah dengan temannya. Mereka langsung melangkah cepat menuju ruang guru begitu turun dari mobil.
Jungkook berdiri di samping meja kepala sekolah. Dia menunduk dalam. Rasa takut itu pelan kembali menyergap dirinya. Taehyung dan papa pasti akan memarahinya setelah ini. Jungkook pasti akan ditinggalkan lagi, tapi....
"Jungkookie!" Taehyung berlari memeluk Jungkook, rautnya cemas sekali. "Jungkookie baik-baik saja?"
Jungkook mengangguk. "Hyung, aku tidak salah."
"Maaf sebelumnya. Saya wali Jungkook. Ada apa sampai anda memanggil saya?" tanya papa, duduk di kursi di samping ibu Sungkyu.
"Begini Tuan Kim. Sungkyu mengatakan bahwa Jungkook melemparnya dengan sepatu dan mendorongnya sampai jatuh. Dan Jungkook sudah mengakui jika dia memang melakukannya, tapi Jungkook tetap berkukuh kalau itu bukan kesalahannya. Jungkook bilang Sungkyu yang lebih dulu melempar sepatu dan buku gambarnya ke kolam. Tapi anak-anak lainnya tetap mengatakan jika itu kesalahan Jungkook. Ibu Sungkyu juga berkata ada di sana saat Jungkook mendorong Sungkyu."
Papa menoleh pada Jungkook yang berwajah sendu. "Jungkook, ingin bicara sesuatu pada Papa?"
Jungkook memeluk Taehyung semakin erat. Tapi matanya tidak lepas dari papa. "Mereka memanggilku pembunuh."
Hening. Sampai Jungkook mulai bersuara lagi.
"Sungkyu merebut buku gambarku dan lari. Aku mengejarnya, tapi dia lebih dulu sampai di tepi kolam. Jadi aku melemparnya dengan sepatu agar bisa mengejarnya, tapi buku gambarku jatuh dan Sungkyu melempar sepatuku ke kolam, dan karena itu aku mendorongnya. Maafkan aku Papa."
"Tuan Kim, bagaimana juga sikap Jungkook yang membalas temannya tidak bisa dikategorikan baik. Anda mengerti itu. Kami harap anda membimbing Jungkook agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali," ujar kepala sekolah. Papa mengangguk.
"Atau keluarkan saja Jungkook dari sekolah," ketus ibu Sungkyu.
"Kesalahan juga ada pada anak Nyonya. Dan sikap anda yang terlalu memihak pada Sungkyu serta terlalu menyudutkan Jungkook dengan kata kasar juga bukan satu hal yang bijak. Jungkook masih anak-anak, dia bisa tertekan hanya dengan perkataan anda tadi."
Ibu Sungkyu memalingkan wajah acuh setelah mendengar perkataan kepala sekolah.
"Papa, aku tidak mau sekolah saja."
.
.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Out ✅
Fanfiction[ KookV - Fanfiction ] "I'm strong on the surface. Not all the way through." ㅡLinkin Park 'Leave Out All the Rest' Genre : Romance; Hurt/Comfort; Crime Rate : T - M