018

4.2K 654 21
                                        


Jungkook menempatkan mobilnya pada bengkel dua puluh empat jam di kawasan sebelah kompleks rumahnya. Mobilnya mengalami pecah ban saat hendak melaju pulang, setelah dia menurunkan Namjoon kembali ke club. Misi mereka berjalan dengan hasil yang memuaskan. Ya, Jungkook berhasil membunuh ibunya beserta komplotannya, dan kekasih sialan ibunya itu. Namjoon bahkan mencuri beberapa senjata untuk di bawa. Jungkook terlampau masa bodoh, tidak peduli, dan tidak mau tahu untuk apa Namjoon membawa senjata-senjata itu; belati, revolver, gas bius, dan beberapa obat-obat juga.

Dua dini hari, hujan jatuh mengguyur Seoul. Jungkook berpamitan pada paman yang sedang memperbaiki ban mobilnya. Dia akan mengambil mobilnya besok pagi, karena Taehyung mengirimi banyak sekali pesan dan panggilan tidak terjawab ketika Jungkook baru menyalakan handphone yang tadi dia matikan selama menjalankan misinya.

Sambil memandangi layar handphone yang menyala, tertetesi rintik hujan karena Jungkook nekad menembus bagaimana derasnya hujan yang membuatknya basah kuyup. Dia semakin mempercepat langkah untuk pulang saat satu pesan Taehyung baru saja masukㅡ

Taehyung, menunggunya.

Sampai di rumah dan berhenti di depan pintu, Jungkook mengatur napas yang tersengal, menegakkan tubuhnya dan menahan semua nyeri pada luka di punggung, lengan, dan kakinya. Dia memang kembali dari misi dengan selamat, tapi bukan berarti tanpa luka.

Ada luka baret panjang yang dalam di punggungnya. Seseorang menyerang Jungkook dari belakang ketika dia lengah. Betis kanannya tertembus peluru, Namjoon yang mengobati semua luka-lukanya. Mereka sepakat tidak pergi ke rumah sakit, ketimbang berakhir di kantor kepolisian, akibat luka yang pasti akan membuat siapa saja curiga, tidak ada warga sipil biasa yang menggunakan pistol.

Jungkook masuk ke rumah tanpa mengetuk pintu, dia mendengar suara televisi menyala di ruang tengah. Mendapati Taehyung tidur meringkuk di sofa dengan tubuh terbungkus selimut tebal dan lengan memeluk handphone, layar yang menyala menampilkan chat room dengan nama Jungkook. Ada dua gelas kopi kosong di atas meja, dan di meja makan, makan malam yang belum tersentuh mendingin percuma.

Hyung,” panggilnya, mengusap jejak air mata yang membekas di pipi Taehyung. Pasti Taehyung menangis karena terlampau panik Jungkook menghilang semalam tanpa kabar. “Ayo, pindah ke kamar,” bisik Jungkook, membungkus Taehyung dalam pelukannya. Mengangkat Taehyung untuk kembali ke kamar. Jungkook merasakan nyeri di sekitar otot lengannya yang terluka. Perih. Lukanya seperti tertekan, dan darah mungkin merembes mengotori kain kassa dan membercak di jaketnya yang basah. Namun Jungkook abai, dia terus menaiki undakan tangga sambil menggendong Taehyung yang masih tertidur.

Saat membuka pintu kamar, Taehyung meleguh, terjaga dari tidur, “Jungkookie?”. Hanya seperti itu, lantas kembali tertidur dan meyamankan diri dalam pelukan Jungkook.

Saat terbaring di atas kasur yang empuk dan hangat, Taehyung seperti bermimpiㅡalam bawah sadarnya bergerak pada sesuatu yang menyenangkan hatinya. Membuat perasaan nyaman dan tenang timbul dalam dadanya. Dia bermimpi, seseorang mengucapkan mimpi indah dan mencium bibirnya. Lama sekali.

-ooOoo-

Taehyung bangun, memandang sekeliling. Matanya menyipit melihat cahaya di balik gorden tipisnya. Waktu pasti sudah lewat dini hari. Menoleh pada jam waker, jarum jam pendek mengarah di angka sepuluh. Taehyung terkejut, dia menyibak selimut dan berlari keluar kamar. Apa Jungkook masih belum kembali?!

Kaki tergesa Taehyung berhenti di tengah undakan tangga. Dia menemukan Jungkook bediri di balik meja dapur. Dengan asap mengepul dari didihan air di dalam panci. Tubuh Jungkook membelakanginya, hanya mengamati punggung kokoh Jungkook berbalut kaos polos putih lengan panjang dari kejauhan.

Pelan. Taehyung berjalan turun. Ada kelegaan dalam dirinya menemukan Jungkook di dalam rumah dalam keadaan baik-baik saja. “Jungkookie?”

Jungkook berbalik, menutup pintu kulkas dengan kakinya. “Hyung sudah bangun?” pertanyaan retoris. Jelas saja. Jika belum bangun mana mungkin Taehyung berdiri di sini, ‘kan. Jungkook meletakan semua bahan masakan di meja dapur. Dia melentangkan tangan melihat sisa kekhawatiran di wajah Taehyung. Lantas memeluk Taehyung dalam dekapannya, yang di balas Taehyung dengan menekan punggungya kuat, membuat Jungkook meringis. Ah, dia seharusnya tidak mengenakan baju putih jika tidak ingin ada noda darah yang terlihat. Luka dalam dengan jahitan amatir tentu akan lama penyembuhannya.

Hyung, duduklah. Biar aku selesaikan sarapan kita. Oke?”

“Makan malamㅡ“

“Ah, pulang aku memakannya. Lapar sekali. Teman-temanku rindu sejak aku homeschooling. Jadi kami menghabiskan waktu di Hongdae dan pergi karaoke,” jelas Jungkook. Membuang semua sorot khawatir dari mata Taehyung. “Mobilku di bengkel karena aku mengalami pecah ban saat memasuki kawasan komplek. Aku akan mengambilnya nanti saat kita selesai sarapan.”

Taehyung terdiam, tidak tahu mau merespon seperti apa. Jungkook ada di sini bersamanya saja sudah membuat Taehyung merasa bahagia.

“Apa kita bisa jalan-jalan setelahnya? Mengambil mobilmu dan pergi ke suatu tempat. Um, mengunjungi Papa, dan bersenang-senang. Bagaimana? Aku tidak tahu Jungkookie sibuk apa di luar hingga pulang lewat tengah malam belakangan ini. Aku sedikit merindukan waktu kita berdua.”

Ah. Sial! Taehyung merutuk dalam hati. Kenapa hanya meminta pada adiknya untuk pergi jalan-jalan Taehyung jadi berdebar danㅡapa wajahnya memerah sekarang ini?! Karena Taaehyung merasa panas pada pipinya. Ketika dia mencoba melihat bagaimana reaksi Jungkook. Taehyung tertegun.

Jungkook tersenyum. Manis sekali. Ah, adiknya bisa setampan ini.

“Oke. Apapun untuk hyung.”

.
.

-tbc-

.
.

Leave Out ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang