009

5.3K 866 48
                                    

Hari itu hujan turun mengejutkan masyarakat kota. Karena menurut ramalan cuaca, hari ini kota Seoul tidak akan hujan. Tetapi kenyataannya, hujan membuat jalanan menjadi licin-semua orang berlari ke emperan toko untuk sejenak berteduh karena sebagian besar dari mereka tidak membawa payung.

Jungkook mengulurkan tangan untuk menyentuh tetes hujan yang jatuh melewati atap sekolah. Dia menunduk melihat sepatunya yang kemarin baru dicuci. Tidak mungkin dia menerobos hujan untuk pulang sekalipun dia sudah mengenakan mantel hujan sejak kelas berakhir. Sepatunya bisa menjadi kotor lagi.

Setiap sebelum berangkat sekolah papa selalu berpesan pada Jungkook dan juga Taehyung untuk selalu membawa mantel hujan mereka di dalam tas, karena hujan bisa datang tanpa diduga seperti sekarang ini.

Bibi Hyera tidak terlihat dimanapun, pagi tadi Jungkook berangkat bersama papa. Kelas pun bukan bibi Hyera yang mengajar tapi guru lain yang lebih tua dari bibi Hyera dan Jungkook tidak menyukainya karena guru wanita itu sama sekali tidak murah senyum.

Jungkook melihat sekolah sudah semakin sepi, beberapa temannya telah dijemput oleh orangtua mereka. Tidak sedikit juga yang nekat menerobos hujan tanpa memakai mantel hujan ataupun payung. Mereka basah kuyup di bawah guyuran hujan. Jungkook tidak mau terkena demam karena bermain hujan, karena nanti bukan hanya dia yang menderita dengan pening di kepala, tetapi papa pasti juga akan kerepotan, dan Taehyung tidak akan mau berangkat ke sekolah. Taehyung pasti akan merengek untuk menemani Jungkook sampai Jungkook sembuh.

Namun Jungkook tetaplah anak-anak dengan separuh jiwa yang masih diselimuti kabut putih tanpa rasa cemas. Dia sudah menimang sejak lima menit lalu, jika semua temannya telah pulang dan papa belum menjemputnya, Jungkook akan memilih pulang sendirian sambil bermain hujan.

Maka Jungkook tidak bisa menahan diri untuk tidak berlari melawan hujan, saat melihat siapa yang muncul di depan gerbang sekolahnya sambil melambai tangan. Bukan papa, tetapi Taehyung. Yang juga mengenakan mantel hujan, memanggil nama Jungkook untuk pulang bersama.

"Hyung!"

"Jungkookie, ayo main hujan sampai rumah!" Taehyung mengajak Jungkook melangkah di jalan yang penuh genangan air sampai sepatu mereka basah. Jungkook bisa merasakan air yang masuk ke sepatu saat genangan air lebih tinggi dari mata kakinya. Mereka melompat di atas genangan air membuat cipratan besar, lantas tertawa keras.

"Ini menyenangkan!"

Jungkook tidak berpikir lagi akan resiko akibat hujan yang sejak tadi memmbuatnya terpengkur di teras sekolah. Tidak peduli lagi akan sepatunya yang kemarin baru dicuci papa. Toh, dia tidak sendiri. Ada Taehyung, andai papa marah-marah nanti karena mereka pulang tanpa menunggu papa yang terlambat menjemput, Jungkook tidak akan dimarahi sendirian. Ada Taehyung.

Setidaknya itu yang sekarang ini mendominasi pikiran Jungkook.

Mereka berlari di sekitar jalanan kompleks yang sepi, mengejar genangan air di depan mata dan kembali membuat cipratan besar yang mengotori pagar tetangga. Tetapi hujan masih lebih deras untuk menghapus noda yang mereka timbulkan.

Sampai di depan gerbang, Jungkook melihat papa dengan raut cemas baru keluar dari rumah hendak berlari ke mobil tapi tidak jadi karena objek apa yang membuat papa cemas sudah berdiri di depan gerbang rumah dengan cengiran lebar.

Taehyung dan Jungkook. Papa menghela lega, dia terlambat menjemput karena terlalu fokus mengerjakan berkas kepolisian sampai lupa waktu. Papa melambai, memaksudkan Taehyung dan Jungkook untuk segera masuk ke rumah, karena hujan semakin deras. Tapi tidak tahu apa yang memenuhi pikiran kedua putranya, mereka tampak bahagia. Justru saling mengejar di halaman rumah. Taehyung bahkan melepas tudung mantelnya, dan mengadah ke langit, membiarkan wajahnya basah oleh hujan.

Leave Out ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang