Jungkook duduk di ruang tengah dengan buku-bukunya. Dia ditemani bibi Hani karena Taehyung pergi sekolah. Sejak kejadian—dimana dia meminta tidak pergi ke sekolah. Papa memutuskan mendatangkan guru privat. Memutuskan jika Jungkook lebih baik homeschooling. Jungkook sudah melakukan tiga kali sesi pertemuan dalam satu minggu ini dengan guru privatnya.
Guru privat Jungkook seorang wanita muda yang cantik. Masih mahasiswa semester empat di salah satu universitas Busan.
“Bibi Hani, kapan Joohyun ssaem akan sampai?” tanya Jungkook pada bibi Hani yang duduk di sampingnya. Wanita ini tetangga mereka. Usia bibi Hani sudah menginjak kepala lima, suaminya meninggal karena gagal jantung dan bibi Hani tinggal di rumah sendirian sementara dua anaknya merantau ke Seoul. Itu kenapa bibi Hani tidak keberatan saat papa meminta tolong untuk menemani Jungkook di rumah.
“Sepuluh menit lagi, Jungkook. Itu tidak lama,” jawab bibi Hani sambil mengamati Jungkook yang terlihat menikmati diri dalam aktifitas menggambarnya.
Lama waktu yang mereka tunggu. Sampai suara telepon rumah berdering memecah hening. Bibi Hani kemudian bangkit dan mengangkat telepon. Jungkook diam memerhatikan bibi Hani yang sedang berbicara di telepon. Menunggu sampai bibi Hani selesai dan menghampirinya.
“Jungkook-ah, Joohyun ssaem tidak bisa datang hari ini. Kata Joohyun ssaem dia ada kuis mendadak hari ini.”
Jungkook mengangguk saja. “ Tidak apa-apa.”
Bibi Hani tersenyum mengusap rambut hitam Jungkook. Dia masih tidak mengerti, kenapa anak semanis Jungkook sangat ditakuti orang-orang. Jungkook hanya anak berumur lima tahun. Guru privatnya bahkan tidak mengeluhkan apapun, justru memuji jika Jungkook anak yang sangat penurut, juga cepat tanggap dengan semua pelajarannya.
Jungkook anak yang cerdas. Begitu yang sering Joohyun ssaem katakan.
Bibi Hani juga berpikiran sama. Dia tidak pernah melihat Jungkook menangis, atau berbuat nakal seperti anak kebanyakan. Jungkook terlampau tenang untuk anak seusianya, mungkin ini yang menjadikan pihak kepolisian terus mengawasinya bersama badan perlindungan anak.
Jungkook dan bibi Hani memandang ke arah pintu masuk saat mendengar suara Taehyung, mengucapkan—selamat bertugas lagi, papa. Dan tidak lama setelah itu Taehyung masuk ke rumah dengan langkah cepat sementara Papa sudah pergi lagi setelah mengantarnya pulang. Hanya menurunkan Taehyung di depan rumah.
“Jungkookie! Hyung pulang!”
Taehyung melepas sepatunya serampangan. Rindu di hatinya terlalu membuncah mendebarkan. Dia rindu sekali dengan Jungkook, padahal hanya tidak bertemu selama tujuh jam.
Jungkook meninggalkan buku gambarnya, memilih menghampiri Taehyung yang sudah melentangkan tangan. Siap memeluknya.
“Taetae hyung!”
Taehyung menangkap tubuh Jumgkook, mereka berpelukan layaknya teletubies. Taehyung mencium puncak kepala Jungkook.
“Papa bilang Joohyun ssaem tidak datang, ya?”
“Ada kuis mendadak katanya,” ujar Jungkook. Dia menarik lengan baju Taehyung. “Hyung. Hyung bilang kemarin mau mengajariku naik sepeda?”
“Maka dari itu hyung pulang cepat. Ayo Jungkookie.” Taehyung menarik Jungkook ke garasi, dimana sepeda lamanya berada. Papa sudah memperbaiki dan mencuci sepeda lama Taehyung yang pernah dipakai saat Taehyung masih seumuran Jungkook.
Ada dua roda pembantu di roda belakang. Jungkook terlihat ragu untuk menaiki awalnya. Tapi Taehyung berkata akan memegangi Jungkook agar tidak jatuh. Jadi Jungkook menurut saja. Awalnya hanya di halaman rumah yang di paving. Tapi kemudian saat Jungkook bisa mengendarai sepeda roda empatnya dengan cukup lancar, mereka pindah ke jalan kompleks di depan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Out ✅
Fanfiction[ KookV - Fanfiction ] "I'm strong on the surface. Not all the way through." ㅡLinkin Park 'Leave Out All the Rest' Genre : Romance; Hurt/Comfort; Crime Rate : T - M