007

5.7K 897 33
                                    

Seoul, Gangam-gu

Jungkook masih belum melepas genggaman tangan Taehyung sejak mereka turun dari mobil. Papa memilih mengendarai sendiri mobilnya dari Busan ke Seoul. Mereka sempat mampir ke motel untuk beristirahat semalam sebelum melanjutkan perjalanan dan tiba di sebuah rumah minimalis yang bergaya kontemporer. Bertingkat dua dan memiliki lapangan basket di halaman samping. Menurut Jungkook lebih bagus dari rumah mereka sebelumnya. Tapi rumah mereka di Busan memiliki suasana pedesaan yang kental.

Disekitar mereka ada beberapa bangunan yang serupa. Suasana di sini lebih tenang. Mungkin karena ini masih pagi sekali. Jungkook juga masih mengantuk karena papa membangunkannya saat matahari belum muncul. Tidur di mobil tidak membuatnya nyaman. Padahal Taehyung duduk di sampingnya sambil memeluknya.

Jungkook masuk ke rumah dituntun Taehyung. Ruang tamu mereka sudah ditata rapi, tapi masih ada sekitar tiga box besar di sudut ruangan. Kata papa itu barang pribadi, sebelum pindah papa sudah meminta tolong jasa design interior untuk menata rumah mereka agar bisa langsung menempati rumah. Wajah papa tampak puas dengan hasil penataan ruang yang benar-benar rapi, pas, dan nyaman dipandang.

“Kamar Jungkookie dan Taehyung di lantai dua. Kamar Taehyung yang dekat tangga, ya.”

Taehyung mengangguk, mengajak Jungkook pergi ke kamar mereka. Sedang papa pergi ke dapur untuk memanaskan sarapan. Bibi Hani menyiapkan mereka banyak sekali bekal untuk dibawa. Katanya biar papa tidak kelelahan karena papa juga harus menyetir dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Belum lagi papa masih harus menata barang pribadi yang masih tersimpan di dalam box. Jadi bekal makanan dari bibi Hani ini sungguh membantu papa.

Jungkook ikut masuk ke kamar Taehyung, mereka terpana melihat satu set meja komputer. Mereka tidak punya komputer di rumah lama mereka, hanya sebuah laptop di ruang kerja papa. Tempat tidur Taehyung terletak di samping jendela. Ada lemari besar berwarna putih yang masih kosong.

“Ayo kita lihat kamarmu Jungkookie,” ajak Taehyung setelah puas melihat kamarnya. Jungkook mengangguk saja, dia mengikuti Taehyung di belakang. Pintu kamar mereka sama-sama bercat putih, tapi ada gantungan nama di daun pintu yang bertuliskan nama masing-masing pemilik kamar.

Kamar milik Jungkook didominasi oleh warna cerah serta figure Iron Man. Selimut dan sarung bantal Jungkook bergambar Iron Man. Ada meja belajar juga lemari yang sama seperti milik Taehyung. Kotak mainan dan rak yang masih kosong. Hanya itu, dan wajah Jungkook berubah keruh.

“Kenapa tidak ada komputer seperti di kamar hyung?”

“Nanti kalau Jungkookie sudah lulus playgroup Papa pasti akan belikan Jungkookie komputer seperti hyung.”

“Aku mau cepat besar dan dibelikan komputer, juga video game!”

Taehyung mengangguk, mencubit gemas pipi gembil Jungkook. “Iya Jungkookie.”

-ooOoo-

Selepas beristirahat dan membereskan barang pribadi hingga tidak dirasa waktu sudah berganti sore. Papa mengajak Taehyung dan Jungkook untuk menyapa tetangga mereka, mengantar satu kotak kue beras yang sempat papa beli di jalan. Yang mereka kunjungi pertama kali adalah tetangga sebelah rumah. Tepat di sebelah kanan.

Seorang wanita cantik yang tampak lebih muda dari papa membukakan pintu tidak lama setelah papa memencet bel. Taehyung menyodorkan kotak kue beras yang dia pengang, sambil mengucapkan kata perkenalan yang sudah diajarkan papa tadi.

“Selamat sore Bibi, aku Taehyung, kami tetangga baru yang pindah tadi pagi. Kami mengantar kue beras sebagai salam perkenalan. Kami dari keluarga Kim berasal dari Busan,” ucap Taehyung, papa mengusap bahu Taehyung dengan bangga sementara Jungkook membungkuk hormat.

Leave Out ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang