026

3.5K 400 35
                                    

Seoul,

Tujuh tahun, dan semua tampak berubah. Jungkook menghirup udara bebas yang telah lama dia rindukan. Dia membungkuk sopan pada penjaga gerbang lapas yang mengantarnya keluar.

Tidak ada yang menjemputnya, Jungkook merasa sedikit sedih, tapi tidak apa. Walau telah tujuh tahun, namun Jungkook masih ingat jalan pulang ... rumahnya, tidak pernah dia lupakan barang sedetik saja.

Jungkook berjalan kaki setalah turun di halte bus terdekat dari rumahnya. Langit hari ini redup, penuh kelabu, namun enggan merintikan hujan. Di sepanjang jalan Jungkook mengamati bangunan-bangunan yang nampak asing di matanya. Dan, beberapa toko baru didirikan.

Kota ini terlihat semakin ramai sejak terakhir kali Jungkook tinggalkan. Beberapa tetangganya juga berganti wajah. Namun, gerbang rumahnya masih sama. Tidak ada yang berubah, hanya catnya mengalami pembaruan tanpa mengganti warna.

Lapangan basket dan tiangnya juga masih berada di sana.

Pukul dua siang, apakah Taehyung berada di rumah? Jungkook tidak tahu, sebab sejak dia masuk penjara---sejak saat itu, Jungkook tidak pernah bertemu dengan Taehyung sama sekali.

Tiap kali bibi Hyera atau paman Haneul datang berkunjung, mereka tidak pernah mengatakan lebih dari "Taehyung baik-baik saja, Jungkookie tidak perlu khawatir."

Hanya itu.

Apakah Taehyung berubah banyak? Apakah Taehyung masih mau menerimanya? Jungkook tidak tahu.

Sepuluh menit Jungkook menunggu, tidak ada yang menyahut salamnya. Pintunya dikunci. Rumah bibi Hyera juga sepi sekali. Jungkook memutari rumah, namun semua sisinya terkunci rapat. Dia berjinjit untuk mengintai, dan kekosongan yang dia dapat. Tidak ada siapapun di dalam.

Kemana perginya semua orang?

Kemudian sebuah mobil masuk ke pekarangan. Jungkook kenal sekali, itu mobil lamanya. Dan, Taehyung keluar bersama seorang gadis kecil.

Keduanya saling menatap terkejut.

"Jungkook? Kau pulang hari ini?"

"Ya, sehari lebih cepat."

Jungkook melirik gadis kecil dalam gandengan Taehyung. "Hai, siapa namamu?"

"Namaku Nara," Mata bulat gadis kecil itu menatap Jungkook. Lucu, polos, dan menggemaskan.

"Ayo masuk, kau pasti lelah. Maaf tidak bisa menjemput. Kami kira kau akan kembali besok." kata Taehyung membuka kunci rumah. Jungkook mengekor di belakang.

"Tidak apa, aku mengerti."

Gadis kecil bernama Nara itu, mengambil alih kantong belanja dari tangan Taehyung dan membawanya berlari ke dapur. Kemudian kepalanya menyembul, mata bulatnya yang polos menatap Jungkook, "Apa Paman mau segelas jus jeruk? Aku akan menuangkannya, untuk Paman."

"Terima kasih," kata Jungkook. Dia meletakan tasnya hati-hati di sofa, tapi Taehyung langsung menarik tasnya.

"Kamarmu sudah aku rapikan kemarin, biar aku letakkan ini di sana. Se-sebaiknya kau mandi dulu dan makan siang, setelah itu kau bisa istirahat. Aku antarkan ke kamar?"

"Terima kasih." Tidak ada kata yang bisa Jungkook ucapkan selain itu. Juga, tidak ada yang bisa dia perbuat selain mengikuti semua perkataan Taehyung.

Kamarnya---tidak ada yang berubah, semua masih sama. Dan, terawat dengan amat baik. Wanginya pun segar sekali, Taehyung pasti mencuci rutin semua sprei, gorden, dan karpet di dalam kamarnya.

Taehyung meletakan tas Jungkook di meja. Dia berbalik dan terkejut, Jungkook berdiri tepat di hadapannya. Tapi, tidak ada satu pun dari mereka yang bicara, walau mata saling menatap satu sama lain dengan padangan bingung.

Leave Out ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang