“Wajahmu pucat, kau pasti tidak makan dengan benar. Apa makanan di sini tidak enak? Atau karena kau tidak tidur dengan cukup? Kenapa diam saja?”
“H-hyung, ini sungguhan kau?”
“Kenapa?”
Jungkook hanya tidak menyangka. Dia pikir dirinya bermimpi. Jika memang mimpi Jungkook harap tidak ada yang membangunkannya, sebab paras Taehyung di hadapannya kini tampak begitu nyata. Jungkook takut, jika dia menyentuhnya Taehyung akan hilang, secepat sapuan angin. Lenyap dari pandangannya. Jungkook hanya tidak ingi hal itu terjadi,
“Aku hanya takut, apakah hyung nyata? Hyung sungguh berada di sini? Menemuiku?”
“Iya, aku di sini. Besok adalah waktu sidangmu. Menurutlah pada Sersan Jung dan jadi anak baik seperti biasanya. Aku kemari karena ada sesuatu yang harus aku katakan.” Taehyung manarik nafas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. “Maaf—apa aku terlalu egois karena tidak memikirkan sisi pandangmu, Jungkook? Jika aku pikir lagi, rasanya memang hanya kau yang memberi dan aku selalu pihak menerima. Aku tidak pernah tahu alasan dibalik semua sampai kau bisa berada di sini, selain alasan karenaku. Aku merasa jadi hyung yang buruk. Maaf—“
“Tidak, hyung. Ini memang salahku. Aku terlalu pendendam dan tidak sabaran. Aku masih kekanakan dan tidak berpikir dewasa. Maaf harus meninggalkan hyung sendirian di rumah. Dan untuk perasaanku, hyung lupakan saja. Tidak terlalu penting untuk diingat.”
“Bagaimana kau bisa mudahnya berkata seperti itu, Jungkook? Lupakan katamu—keterlaluan sekali. Apa ini memang sifat barumu? Kamu menodongku dengan perkataan cinta dan kemudian saat aku tertembak kau meninggalkanku tanpa mau bertanggung jawab?” Taehyung berkata sambil menatap Jungkook dalam, dia menemukan Jungkook terkejut dan kebingungan dengan apa yang baru saja pemuda itu dengarkan.
Jungkook ingin membalas ucapan Taehyung, tapi keterkejutan dalam dirinya mengambil semua logikanya. Selain itu, Jungkook tidak ingin terlalu berspekulasi, mungkin apa yang baru saja diucapkan Taehyung tidak sejalan dengan pemikirannya.
“Kenapa tidak menjawabku, Jungkook?”
“Hyung, aku tidak mengerti.” Sambil melirik jam dinding yang terpasang di belakang Taehyung, Jungkook menautkan jemarinya dengan perasaan gelisah. Waktu kunjungannya akan berakhir dalam tujuh menit menit. Tidak banyak waktu lagi, namun Taehyung justru menjebaknya dengan kata-kata membingungkan.
“Kau harus bertanggung jawab atas semua kesalahanmu. Lancang sekali berkata untuk melupakan ucapanmu, padahal kau sudah tidak sopan dengan menyukai hyungmu sendiri. Sekarang, hiduplah dengan baik di sini, jadilah anak baik agar masa hukumanmu dapat diringankan.” Taehyung meletakkan rantang nasi di atas meja, mendorongnya ke arah Jungkook. “Makalah dengan baik, jangan sampai sakit. Aku tidak akan menerimamu di rumah jika aku melihatmu menjadi jelek. Kalau mau jadi kekasihku, kau harus menjadi tampan seperti Jeon Jungkook biasanya. Anak manis yang selalu berusaha melindungiku,”
Jungkook melihat Taehyung yang kembali tersenyum hangat padanya, bukan tatapan dingin seperti kemarin. Sampai-sampai Jungkook tidak bisa menahan air matanya atas perasaan yang meledak-ledak di dalam hatinya. Taehyung menerimanya tanpa perlu Jungkook minta. Tanpa perlu mengungkit semua janji yang Taehyung layangkan, untuk menuruti semua keinginannya apapun itu. Taehyung telah mengabulkannya lebih dulu. Jungkook merasa bahagia sekali.
“Aku tidak bisa datang ke persidanganmu besok. Aku tidak akan sanggup melakukannya. Dan, ini juga kunjungan terakhirku. Maaf—tapi aku selalu menunggumu untuk pulang. Kau tidak punya tujuan pulang selain aku, kan?”
“Hyung benar. Tidak apa-apa. Aku akan menjaga diriku baik-baik di sini dan pulang kepada hyung. Terima kasih.”
-ooOoo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Out ✅
Fiksi Penggemar[ KookV - Fanfiction ] "I'm strong on the surface. Not all the way through." ㅡLinkin Park 'Leave Out All the Rest' Genre : Romance; Hurt/Comfort; Crime Rate : T - M