tigapuluhdelapan

95 6 0
                                    

Setelah devin menemui tara sekarang dia harus ke apartemen mesa karena mesa belum mematikan telfon saat tara menyuruhnya pulang, devin berdeham menemukan mesa menatap kosong ke arah jendela. Dia tahu mesa masih butuh waktu tapi tidak bagus memberi waktu banyak-banyak kepada mesa terlalu banyak membuang waktu, devin mengambil segelas airputih lalu duduk di hadapan mesa sama menatap ke arah luar jendela.

Mesa sempat melirik sekilas tanpa berbicara atau berdeham, devin menghela nafas berat melihat mesa kacau seperti ini. Dia juga tidak tahan melihat mesa lama-lama berdiam berdiri tanpa melakukan suatu tindakan sedangkan dia sudah mendengar penjelasan tara.

"lo masih diam disini atau lo mau kehilangan kesempatan?" tanya devin geram. Mesa diam tanpa menjawab perketaan devin.

"gue bingung harus lakuin apa" devin menjambak rambutnya frustasi menyesali sifat temannya yang ganteng-ganteng tulalit. Please deh seharusnya mesa harus menjemput tara dan meminta maaf bukan bengong meratapi nasib bahwa semua sudah menjadi kenyataan.

"udah cukup lo nyesel nggak jelas, sekarang lo ambil jaket jelasin ke tara kalau lo salah paham" ucap devin emosi.

"dia gak bakal maafin gue dev" devin naik darah mendengar jawaban datar mesa, haruskah dia menyeret mesa agar mau menjemput tara kembali.

"ooh god. Gue nggak habis pikir kalau pemikiran lo itu sempit, gue nggak mau dengar ucapan lo yang ngggak berguna skerang lo pergi jelasin ke tara kalau lo salah paham" jelas devin berdiri menyerahkan kunci mobil dan jaket.

"ayo tunggu apalagi sebelum lo nyesel kalau tara berubah pikiran" ucap devin enteng berlalu meninggalkan mesa menuju ke arah dapur mengambil makanan, dia lapar karena sibuk menyelesaikan masalah mesa.

Mesa menghembuskan nafas melirik devin mengunyah apel yang menatapnya tajam, ok tidak salahnya dia menemui tara untuk meminta maaf dan menyuruh tara pulang.

Devin mengangguk senang melihat kepergian mesa dan kembali mengunyah apel dengan lapar, kasihan perutnya tidak makan dari siang. Sekarang dia harus menghabiskan makanan di apartemen mesa, yuhhhuuuy dia bebas karena dia bisa menghabiskan semua makanan tanpa ada marah-marah kepadanya. Devin terduduk menghidupkkan tv menonton pertandingan balapan motor melihat idolanya.

Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda mesa mengetuk apartemen dina berulang kali tapi tidak ada yang membuka mesa menghela nafas berat membelakangi pintu memikirkan tara. Saat pintu apartemen di buka mesa berbalik menemukan tara yang terdiam terkejut menutup pintu reflek, mesa mendahului tara menahan pintu agar tidak di tutup.

"mau apalagi lo kesini" bentak tara menatap tajam ke arah mesa.

"semua udah jelas gue yang bunuh liam, puas" mesa diam melihat tara menahan tangis.

"maafin gue, gue tau gue salah nuduh lo yang nggak-nggak tanpa nanya ke elo apa yang sebenarnya terjadi" jelas mesa menahan pintu.

"kenapa? Lo dengar semua dari devin, gue ceritain ke devin itu Cuma bohongan" ucap tara mendorong mesa agar bisa menutup pintu.

"tara gue benar-benar minta maaf atas perlakuan gue selama ini ke elo"

"gue nggak mau dengar semua omong kosong lo" ucap tara berusaha menutup pintu dengan kekuatan lemah dan membuat mesa berhasil masuk ke dalam apartemen, tara berbalik menjauh tapi mesa menahannya dan memeluk tara dari belakang. Tara menangis terguncang ingin membalas pelukan mesa tapi dia ingat semua perlakuan mesa kepadanya, jujur dia rindu mesa.

"tara maafin gue, gue bakal perbaiki atas kesalahan gue" tara menangis mendengar ucapan mesa, dia merasakan air membasahi bahunya. Mesa menangis, dia tidak pernah melihat mesa si tukang bully menangis di hadapannya.

"tara gue mau lo pulang, gue rindu lo" ucap mesa tulus, tara menghapus airmata berbalik menghadap mesa, mesa memeluk tara erat menyandarkan kepala di bahunya. Tara mendorong mesa kuat hingga mesa mundur beberapa langkah.

"semua omongan lo bullshit" ucap tara dingin berlalu meninggalkan tara menuju kamar dan membantingnya. Dina melihat semua itu hanya bisa diam mendekati mesa yang menyisir rambut dengan jemari menyesali semua perbuatannya.

"gue tahu ini cobaan paling berat yang lo alami, tapi tara butuh waktu untuk maafin lo. Gue bakal bantu tara kembali ke elo" ucap dina melipat tangan kasihan melihat mesa.

"gue janji bakal bujuk tara sekolah dan pulang" jelas dina memberi janji kepada mesa. Mesa menatap dina tersenyum terimakasih setidaknya dia sudah melihat tara dan memeluknya.

"sekarang lo pulang istirahat tenangin diri, tara juga khawaitirn keadaan lo. Jangan sampai lo sakit karena tara masih peduli" ucap dina membuat mesa meninggaalkan apartemen dengan berat hati, sebelum meninggalkan apartemen dia sempat melirik ke arah kamar tempat tara beristirahat.

Dina mengunci pintu apartemen segera menemui tara, dia tahu temannya itu sedang menangis menyesali perbuatannya kepada mesa. Jadi kenapa harus jaga image sih kalau di suruh pulang, pakek acara ngambekan gitu. Tanya dina tidak habis pikir.

"tara" panggil dina. Tara diam termenung menangis diam tanpa menoleh sedikitpun. Dina mendekati tara dan duduk disampingnya memeluk tubuh tara, dia tahu tara butuh waktu tapi jangan selama ini.

"gue tahu lo belum siap temui dia, tapi setidaknya lo hargai kedatangan dia" sergah dina memberi cerama.

"ra. waktu diam-diaman lo udah habis, gue nggak mau lihat lo gini terus. Lo harus hilangin rasa nyesel lo karena nggak akan membawa hasil kedepannya, gue nggak mau tau besok lo harus sekolah" sergah dina menekan ucapannya lalu menyuruh tara istirahat. Dina ikut berbaring beristirahat karena dia sudah kantuk bosan melihat tara termenung nggak jelas, mending tidur bobok cantik.

crazy vs calm (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang