TUJUH

132 15 0
                                    

Teman2 ku sayang, ini sedikit ku ubah alurnya dan sedikit membenarkan tulisannya.

Jadi jangan lupa vote dan koment. Ku sayang kalian ❤️❤️❤️

****

Mesa terbangun dari tidurnya menuju kamar mandi, wajahnya tanpak segar lalu keluar kamar melihat isi apartemen yang sudah bersih.

"Selain pinter masak dia juga bisa bersih-bersih" batin mesa. Dia menoleh ke arah meja makan yang di tutupi tudung saji melihat nasi goreng dan  tumis kangkung serta susu. Ini menu kesukaannya.

Setelah sarapan mesa mengambil kunci mobil menjemput seli pacarnya, mesa mendengar radio dengan tenang menyimak beberapa informasi.

"Pagi sayang, maaf nunggu lama" ucap seli saat memasuki mobil sport merah mesa lalu mencium pipi mesa.

"Gak kok, aku juga baru nyampek" ucap meaa tersenyum menarik pedal gas.

Mesa dan seli bergandengan saat turun dari parkiran sekolah, banyak sekali siswi berteriak histeris diam-diam mengagumi ada juga yang memanggil nama mesa. Sudah biasa bagi mesa mengalami hal seperti ini karena mesa si tukang bully termasuk cowok most wanted.

Mesa memasuki kelas menduduki kursi bersama seli dan sempat menopeh ke arah bangku tara yang masih kosong. "Masih kosong? Kemanana dia?" mesa bergedik bahu untuk apa dia memikirkan dugong.

"Oi masih pagi udah galut-galutan, mata gue masih segar buaaaagaaaaar" pekik devin reflek menutup mata. Seli hanya berdecak sebal ke arah devin lali kembali menempel kepada mesa.

"Sirik aja lo, makanya cari pacar" koment seli.

"Kalau gue maunya sama lo gimana?" tanya devin enteng.

"Dasar tukang tikung" devin tertawa mendengar ucapan mesa.

Tidak terasa bel sekolah sudah berbunyi membuat seli pindah ke tempat duduknya, mesa kembali menoleh ke arah bangku tara tapi masih kosong, kemana dia?

Guru kesenian memasuki kelas IPA 1 saat memulai pelajaran tanpak seorang gadis ngosngosan memasuki kelas, keringatnya bercucuran mengatur nafas agar stabil.

"Kenapa kamu telat tara?" tanya pak fajri.

"Huuuffff maaf pak, tadi angkutannya nunggu penuh penumpang" ucap tara masih mengatur nafas dan untungnya pak fajri menyuruhnya duduk.

Tara merasa risih di perhatikan mesa mana baju sekolahnya basah lagi habis lari-lari, lebih baik dia memperhatikan pak fajri yang menjelaskan materi tentang musik. 15 menit menjelaskan, pak fajri menyuruh mereka ke ruang musik.

"Lo merasa nggak kalau mesa merhatiin lo" bisik dina sahabat tara selama 3 tahun terakhir. Tara hanya mengangguk lesu.

"Btw, tumben lo telat masuk biasanya subuh udah nongol" tara menggaruk kepala tak gatal.

"Ohhh itu gue mau belajar mandiri nggak pingin nyusahin pak joko terus, kasihan pak joko harus antarin gue tiap hari" ucap tara bohong, dia belum siap menjelaskan kepada dina yang sebenarnya. Untung saja dina percaya.

Ruang musik tidak seberapa jauh dari kelas IPA 1 hanya selang beberapa kelas dan terletak dekat ruang tik, di sekolah ini fasilitasnya cukup memadai hanya anak yang mampu dan berprestasi bisa sekolah disini termasuk tara yang mendapatkan beasiswa tersebut walaupun kedua orangtuanya mampu.

"Jadi kalian memilih pasangan kalian sendiri boleh perempuan dan laki-laki dan boleh sesama jenis" murid yang mendengar ucapan pak fajri tertawa geli lalu segera mencari pasangan.

"Neng ratna sama abang putra aja"

"Isss ogah"

"Dina lo sama gue aja, gue kan pinter musik"

"Kepedean lo"

Tara tersenyum geli mendengar komentar pedas dina saat diajak duet berdua dengan uud, Dan ntah mengapa tara bisa berpasangan dengan  farel.

Pak fajri mengintruksi agar setiap pasangan harus memilih alat musik, farel memilih gitar. Jadi mereka harus menyanyikan sebuah lagu di depan dan pertama mengacungkan tangan adalah mesa yang tentu saja berpasangan dengan seli.

Mesa memetik gitar, senyap semua menikmati suara merdu seli dan mesa. Tara sampai berdecak kagum menikmati suara mesa, aduh kenapa tatapan mesa ke arahnya. Gr banget sih gue , mungkin mesa liatin dinding atau meja kali yaaa...

Semua bertepuk tangan membuat tara tersadar dari lamunannya lalu ntah mengapa farel mengacungkan tangan, jelas semua mata meragukan tara.

"Gue yakin suara si dugong pecah" ledek seli. Semua murid tertawa mendengar ocehannya tapi tara tidak ambil hati.

"Jangan sirik lo mana tau suara dia lebih bagus daripada lo" bela dina.

"Pecah kalek ni gedung dengar suara si bekantan"

Tara menahan nafas saat farel memetik gitar, badannya lemas. Mungkin ini saatnya dia memberitahu kepada dunia bahwa dia tidak lemah seperti yang dipikirkan.

Lepas semua yang ku inginkan
Tak akan ku ulangi
Maafkan jika kau ku sayangi dan bila ku menanti....

Mesa menahan nafas entah kenapa detak jantungnya berdegup kencang mendengar suara merdu tara, senyap tidak ada yang berkutik semua benar-benar menikamati suara tara. Mereka baru menyadari bahwa tara memiliki suara bagus hingga petikan gitar selasai di sambung tepukan tangan riuh termasuk tepukan tangan mesa yang ntah mengapa menyatu sendiri.

"Terimakasih" ucap tara tersenyum bangga lalu di sambut farel menggenggam tangannya, membuat seisi kelas riuh.

"Cieeeeeeeeeeeeeeeeeee"

"Bau-bau Pdkt ni" mendengar coletehan itu, tara tersenyum malu. Beda dengan mesa yang tidak suka melihat tara tersenyum bahagia.

crazy vs calm (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang