empatpuluhsatu

97 5 0
                                    

"selli" panggil mesa menahan pergelangan tangan selli lalu berbalik berhadapan, selli sesunggukan tersu menangis memaki mesa.

"gue nggak sanggup lo milih dia" sergah selli terguncang membuat mesa menarik nasaf gusar menaruh kedua tangan di bahu selli. Dia tahu ini sakit tapi jika bertahan akan menambah rasa sakit yang lebih dalam karena perasaannya kepada selli beralih ke tara.

"maafin gue sel, gue bodoh nggak jelasin dari awal ke elo, malah mentingin diri gue sendiri bertingkah sesuka hati dan membuat lo sakit hati" mesa menahan perkataanya.

"perasaan gue udah beda sel, percuma gue pertahanin hubungan tapi gue mikirin orang lain" sambung mesa. Hati selli tertohok, jadi selama ini lo Cuma nganggap gue sebagai pelampiasan...

"cukup mes, gue tahu perubahan sikap lo ke gue dan itu memperjelas kalau lo emang nggak ada perasaan sama sekali ke gue, tapi satu gue pinta ke elo gue pingin malam ini kita dinner anggap aja sebagai perpisahan" ucap selli.

"sorry gue mau ngajak tara dinner" jawab mesa yang telah merencanakan malam dinnernya dengan tara sekalian ingin meminta maaf memperbaiki hubungan.

"besok malam" tawar selli lagi. Mesa terdiam berpikir sejenak lalu mengiyakan ajakan selli, tidak ada salahnya kan kalau mesa menyenangi hati selli.

"ok, gue jemput" selli tersenyum lalu memeluk mesa membuat mesa tidak tahu harus bagaimana antara membalas pelukan selli atau tidak. Tunggu dia melupakan sesuatu, dia sudah meninggalkan tara di dalam gedung. Pasti tara mencarinya, mesa melepaskan pelukan selli meminta maaf dan pergi mencari tara.

Tara tidak ada dimana-mana, mesa khawatir pergi kemana tara tidak mungkin tara pulang sendiri dan meninggalkannya. Mesa kembali merutuki diri sendiri lalai dengan selli. Mesa menelfon tara tapi di angkat, mesa mengirim pesan bertanya dimana tara tapi hanya di lihat. Mesa menyisir rambut dengan jemari khawatir dengan keadaan tara, pasti tara melihat semuanya.

Mesa menuju parkiran mobil dan melihat tara bersama seorang lelaki yang sangat di kenalnya, mesa melihat lelaki itu menyentuh pundak tara dan memberi jas menutupi tubuh tara. Emosi mesa naik, marah mmelihat tara di sentuh orang lain. Dia sudah menegaskan jangan pernah sentuh apa yang dia suka.

"jangan pernah sentuh apa yang gue suka" ucap mesa dingin melepas genggaman arga. Tara terkejut melihat kedatangan mesa, mesa maju selangkah menatap sepupunya itu. Arga menaikkan alis bingung dengan tingkah mesa.

"lo sadar dengan ucapan lo barusan?" tanya arga santai membuat rahang mesa mengeras.

"gue tekanin ke elo sekali lagi jangan pernah sentuh apa yang gue suka" mesa menekan kalimat agar arga mengerti dengan ucapannya. Arga tertawa sinis memasukkan tangan ke dalam saku celana lalu berdecak lidah.

"lo sendiri yang bilang ke gue kalau pernikahan kalian hanya sementara dan lo bilang kalau gue mau ambil silahkan karena tara bukan tipe lo"

"gue tarik balik omongan gue" mesa menatap tajam.

"menarik omongan nggak segampang lo kira" arga balas menatap tajam mesa.

"mungkin dulu emang gue bilang gitu tapi sekarang pernikahan gue sama dia selamanya dan nggak ada satupun yang bisa ngambil tara dari gue, ingat satu lagi kalau tara itu memang tipe gue" ucap mesa menarik pergelangan tangan tara melempar jas milik arga ke tanah berlalu meninggalkan arga yang emsoi menginjak jasnya.

"bangsat lo mes" ucap arga melempar jasnya ke sembarang tempat.

Mesa membawa tara masuk kedalam mobil tanpa banayk bertanya karena tara tahu mesa marah padanya, tapi dia juga marah dengan mesa. Marah bukan kata tepat tapi CEMBURU kata yang sangat tepat untuk tara saat ini, dia merasakan dejavu.

Setelah berdiaman tanpa banyak bertanya kemana mesa membawanya pergi, mobil sport mesah berhenti tepat di hadapan restoran berbintang lima. Alis tara terangkat seolah bertanya apa maksud mesa membawanya kesini, tapi mesa mengacuhkan wajah bingungnya malah keluar membuka pintu mobil.

"sekarang lo turun dari mobil atau gue bakal kunci lo di dalam" ancam mesa melihat tara tidak sedikit pun beranjak dari mobil, tara melongos kesal menerima uluran tangan mesa lalu menggamit tangannya. Dasar modusss....

Mesa tersenyum melihat respon tara yang sangat cepat peka untung saja mesa masih bisa menahan emosinya tidak membuat pipinya lebam, mesa menarik kursi menyuruh tara duduk. Tara semakin bingung melihat sikap mesa malam ini, sebenarnya apa sih yang di pikirkan mesa sehingga membuatnya pusing tidak bisa menebak.

Pelayan datang membawa beberapa makanan lalu tersenyum meninggalkan meja, mesa berdeham meraih tangan tara tapi tara menghindar dengan cara menagmbil sendok untuk mencicipi makanan mahal ini. Mesa dongkol setengah mati.

"gue nggak mau merusak suasana jadi gue mohon sama lo atas kepekaan lo ke gue" ucap mesa jujur membuat aktivitas tara berhenti menoleh memberi tatapan meremehkan.

"ra gue serius dengan ucapan gue, gue mau memperbaiki semuanya. Beri gue satu kesempatan yang nggak bakal gue langgar. Gue mau lo percaya" tara terdiam menatap datar ke arah mesa.

"mes, gue takut untuk percaya ke orang" bantah tara tidak enak hati. Mesa meraih tangan tara meremasnya untuk memberi kepercayaan.

"i am promise" sebenarnya tara tidak percaya tapi apa salahnya dia memberi kepercayaan kepada orang lain toh dia tidak harus menyusahkan dina.

"gue percaya mes" ucap tara membuat mesa tersenyum lebar ingin memeluk tara tapi tidak bisa karena ada yang menghalangi. Dasar meja, kenapa sih lo tu mesti di tengah...

Sejenak mereka saling melempar senyum bertanya mengenai hal apa saja membuat hati tara senang, ntah bagaimana dia menceritakan kepada dina besok. Mesa tidak lepas memandang wajah tara saat dia tersenyum sambil memakan ala francis.

"lo cantik malam ini" ucap mesa membuat pipi tara merah.

"sama, lo juga cantik"

"kok cantik sih. Kan gue cowok" bantah mesa tidak terima berpura-pura marah.

"cantik itu relatif, jadi apa salahnya kalau gue bilang cantik. Lagian gue baru ngomong setengah"

"yaaahhh, lo sih ngomong suka gantung gitu, gue nggak suka lihat lo ngomong gantung karena takut gue di gantungin" tara tertawa pelan mendengar ungkapan mesa lalu menatap mesa tersenyum sambil menopang dagu. Alis mesa terangkat seolah mengatakan "kenapa?"

"mes, satu hal yang mau gue ungkapin ke elo" mesa ikut bertopang dagu penasaran.

"apa?"

"menurut gue, lo terlihat....."

"ganteng, jelaslah tiap hari juga gue selalu ganteng" potong mesa membuat tara tersenyum geli.

"gr lo tingkat dewa padahal gue mau bilang lo terlihat seperti banci malam ini" mesa melotot memijat dahinya tidak habis pikir dengan lelucon tara tapi tara tertawa.

"lo? Gue benci sama lo ra"

"gue tau lo benci sama gue" tara menghela nafas kecewa.

"benar-benar cinta" sambung mesa membuat tara blushing.

"udah cukup blushingnya, pulang yuk. Gue rindu lo berada di dapur" ucap mesa. Tara mendelik sebal mengutuk mesa dalam hati.

"lo kira gue babu"

"jangan marah dong yang, ntar cantiknya hilang"

"basi"

"basi-basi gini gue mampu buat lo blushingkan" tara tidak menanggapi malah berdiri meninggalkan mesa yang menahannya agar mereka berjalan ke parkiran bersama tapi tara tidak mau karena dia malu dengan gombalan mesa.

crazy vs calm (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang