TIGABELAS

99 15 0
                                    

Tara hari ini terlambat masih dengan alasan yang sama taoi guru menolak penjelasannya dan menghukum tara berkeliling 20 kali, tara tidak menolak atau membantah. Dia menuruti dan segera berlari di bawah terik matahri dengan pasang mata menatapnya. Tara menyemangati diri sendiri untuk menyelesaikan hukumannya, tapi masih di puataran 12 dia sudah tidak sanggup lagi. Tara menyeka keringat di dahi lalu melanjutkan hukuman.

"Jangan dipaksa kalau nggak sanggup" sergah farel memberi sebotol air yang langsung di teguk tara. Huwaaaaa penyelamat datang.

"Muka lo pucat, biar gue tuntasin hukuman li" sebelum tara membantah farel sudah berkeliling lapangan tersenyum kearahnya hingga putaran selesai.

"Selesai. Sekarang lo masuk kelas"

"Rel. Makasih ya" ucap tara tersenyum tulus membuat farel tercengang. Tara berlalu meninggalkan farel menuju kelas.

"Mimpi apa gue semalam di senyumin sama tara?" farel tertawa geli.

Jam istirahat berbunti lebih baik tara tidur di kelas menghilangkan rasa lelah, perutnya keram saat benar2 terlelap. Seseorang menyiramnya dengan air, tara terbangun dengan wajah datar menunjukkan ekspresi tidak suka menatap pacar si tukang bully yang menertawakannha.

"Segar kan? Sekarang lo pindah kursi ke belakang, biar nggak ketahuan sama guru kalau lo tukang tidur di kelas" tara menyerngit.

"Mulai sekarang gue duduk di sini dan lo pindah" tunjuk mesa di sebelahnya seli terkikik memberi jempol ke arah mesa. Tara bangkit meninggalkan kelas dia benar2 tidak tahan dengan perlakuan mesa. Mengapa gue nggak lawan? Dan kenapa mesti gue jadi sasarannya? Derai airmata turun membasahi wajah.

"Ini tisu buat lo, gue sebagai sahabat nggak bisa lindungi lo dengan baik" tara menerima uluran tisu dan menatap dina tersenyum menyeka airmata lalu memeluk erat, tara menangis menumpahkan seluruh unek2nya di bahu dina.

"Badan lo panas gue anterin pulang ya, lagian gue hari ini bawak mobil. Bokap tiri hadiain kemarin sebagai kado ultah" tara tersenyum mengiyakan. Dima membawa tara pulang.

"Din gue nggak tinggal di rumah lagi" sergah tara.

"Jadi?"

"gue tinggal di apartemen"

"Kenapa nggak ngasih tau, tau gitu gue selalu aja ke apart lo daripada ke rumah lo yang jauh itu" Tara hanya tersenyum kecil memberi tahu alamat apartemen mesa, sekarang mereka berada di apartemen bertinglat 120. Sebentar dina tahu ini apartemen siapa?

"Lo tinggal di apartemen mesa?" langkah tara berhenti dia lupa bahwa dina mengetahui seluk beluk mesa karena dia pernah jadi penggemar berat si tukang bully itu.

"Lo harus jelasin ke gue sekarang" bantah dina segera mendudukkan tara yang sudah bingung harus memulai darimana, memang tidak sepantasnya dia merahasiakan ke dina tapi sekarang dia harus menceritakannya.

"Gue nikah sama mesa"

"WHAT THE FUCK? LO DI HAMILIN SAMA MESA SEHINGGA LO NIKAH SAMA DIA? JADI SEKARANG LO HAMILIN ANAK DIA? GUE NGGAK PERCAYA ATAS PERBUATAN MESA YANG BENAR2 KETERLALUAN. OH TUHAN DOSA APA SEHINGGA TUHAN MEMBERI COBAAN SEBESAR INI" pekik dina histeris membuat tara mengatup telinga, pikiran dina terlalu berlebihan. Hello dia sama sekali tidak pernah sentuhan dengan mesa sedikitpun, dia masih pelajar waras.

"Ngaco aja kerja lo. Pikiran itu jangan berlebihan, gue di jodohin sama bonyok dengan alasan biar dia bisa jagain gue saat di bully" jelas tara membuat dina menertawakan dirinya sendiri.

"Hahaha emang bonyok lo nggak tahu apa kalau yang bully lo itu mesa?"

"Bonyok gue lupa" dina mengerucut heran melihat tara yang akan tidur di sofa.

"Lo ngapain tidur di sini?" tanya dina.

"Gue emang tidur disini, kamar di apartemen ini cuma satu jadi mesa nyuruh gue tidur di luar. Lo tau sendiri penikahan gue hanya sementara dan saat kita lulus nanti gue bakal pisah" enatah mengapa saat mengatakan itu perasaan tara sakit.

"Gue nggak bakal percaya kalau lo janda di usia muda"

"Jadi dia nggak ngasih lo tidur di kamar, tega bener tu orang emang gak punya hati. Gue beruntung deh di posisi gue sekarang yang adem ayem tanpa nama mesa" sambung dina.

"lo bisa bilang ke gue kalau mesa berbuat jahat sama dan lo bisa tinggal di apartemen gue" tara hanya tersenyum menanggapi.

crazy vs calm (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang