Ancaman (2)

4.6K 682 135
                                    

Sekarang disinilah kamu, rumah si maniak bunuh diri di agensi, Dazai Osamu. Kamu berada di dapurnya sembari mempersiapkan makan malam. Kamu memasak kepiting dan juga membeli sake tadi.

Dazai sedang berguling-guling didepan TV-- menonton acara hiburan yang sebenarnya garing. Semuanya sudah siap, kamu membawa makanan itu di meja dan mempersiapkannya didepan Dazai. "Hoo, kau pandai memasak juga," ucapnya sambil melahap makanan yang kamu buat. Kamu hanya tersenyum kearahnya. "A-APA INI ?!" tiba-tiba Dazai berkata dengan nada yang cukup tinggi.

"Ada apa ?" tanyamu spontan.

"Ma-makanan ini luar biasa ! Kepitingnya enak sekali~~ Rasanya seperti disurga ~~~."

Wah, wah, untung saja kamu itu orang yang sabar jadi kamu hanya bisa menghela nafas melihat kelakukannya. "Kau tidak makan ?" kamu menggeleng. "Huh, tenang saja. Aku tidak akan membeberkan kelemahanmu kepada siapapun. Jadi makanlah dulu," dia berusaha meyakinkanmu, tetapi apakah ini hal yang baik dengan memberitahukan kelemahanmu padanya ?

Ketika kamu sedang berpikir tiba-tiba saja Dazai menyuapimu dengan cepat. "???!!" kamu sontak kaget dan langsung menelan makanan itu. "Tuh kan enak makanya makan dulu !" ucapnya sembari berusaha menyuapimu untuk yang kedua kalinya. "Eh, tunggu. Kalau diulang lagi ini sepertinya jadi indirect kiss ya ?" dia berusaha menggodamu.

Mukamu memerah karena baru menyadari hal itu dan kamu sadar bahwa kamu baru saja masuk dalam perangkapnya. Dia menyeringai bahagia lalu berkata, "Sepertinya jika punya istri seperti (First Name) akan enak ya~~~~~." Mukamu semakin memerah lalu dia berkata kembali, "Eh, jangan deh~~~ Aku akan mencari yang lebih baik darimu."

Jujur, mendengar perkataannya membuatmu sedikit kecewa, tetapi kamu tersenyum kearahnya dan menjawab, "Benar juga, ya. Dazai-san pasti akan menemukan orang yang lebih baik dariku dan soal menjadi istrimu pasti adalah hal yang tidak mungkin. Bahkan aku saja tidak yakin kalau aku bisa menikah dan memiliki keluarga baru." Dazai terdiam, dia memang merasa bersalah dengan apa yang dia katakan, tetapi dia hanya memalingkan wajahnya.

"Kau tidak seru," keluhnya yang mengembungkan pipinya.

"Hahahaha, maaf ya," jawabmu pendek.

"Sudahlah aku ingin minum sake setelah itu aku akan tidur," mendengar hal itu kamu langsung mengambil sake dari dapur dan memberikannya. Kamu mengambil barang-barangmu lalu berjalan kearah pintu. "Mau kemana ?" kamu langsung berhenti di ambang pintu. "Mau pulang," jawabmu singkat lalu membuka pintu apartemen Dazai.

"それじゃ, また明日ね (Sore jya, mata ashita ne / Kalau begitu sampai jumpa besok ya)," kamu menutup pintu dan kembali keapartemenmu. "Kenapa aku ingin dia tetap tinggal disini ya ?" batin Dazai.

Kamu berjalan menuju apartemenmu dengan cepat dan saat kamu ingin membuka pintu apartemenmu-- pintu itu terbuka. Kamu langsung berjaga-jaga jika ada serangan mendadak. Saat kamu memasuki apartemenmu tiba-tiba saja lampunya menyala dan pintumu terkunci. "Yo, (Full Name). Bagaimana harimu bersama mantan eksekutif dari Port Mafia itu ?"

Mendengar suaranya saja sudah membuatmu merinding. Kamu membalikkan badanmu dan melihatnya intense. "Tenang saja, (First Name)-chan aku tidak akan membunuhmu," dia berjalan kearahmu.

"Apa maumu ?"

"Jangan kasar seperti itu. Aku tidak akan menyakiti laki-laki itu."

"Dazai-san tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Jangan sentuh dia dan seluruh anggota agensi."

"Heh~~~ Kau kalau dilihat dari dekat ternyata sangat cantik. Hingga-hingga si Dazai itu bisa jatuh cinta padamu."

"Dasar bodoh, mana mungkin Dazai-san menyukaiku. Kami hanya memiliki hubungan pemimpin dan bawahan saja."

"Heh, lalu bagaimana denganmu ? Jika dia tidak menyukaimu maka bagaimana denganmu ?"

Pertanya yang dilontarkan kali ini sukses membuatmu labil. Kamu memang menyukainya akan tetapi apakah itu diperbolehkan ? Selama ini kamu mengangguminya dan tidak sadar bahwa kamu sudah jatuh cinta kepadanya.

"Kau menyukainya bukan ?" tanyanya. Dia sekarang memegang dahumu dan mendekatkan wajahnya kepadamu. Kamu langsung mendorongnya menjauh, "Apa yang kau lakukan ?!"

"Aku ingin kau menjadi milikku. Boss menyuruhku untuk membunuhmu, tetapi aku memberikanmu 2 pilihan. Menjadi milikku atau aku bunuh disini," senyum iblis mulai tergambar diwajahnya. Kamu tertawa kecil, "Menjadi milikmu ? Jangan bercanda ! Aku lebih baik mati dengan tanganku sendiri daripada menjadi milikmu."

Kali ini kamu membuatnya benar-benar marah. Dia melempar pisau kearahmu dan syukur kamu sempat menghindar. Kamu memegang pipimu-- menyadari bahwa darah mulai mengalir. "Tapi kenapa ?" Dia tertawa lepas, "Hahahaha, bodoh ! Kekuatanku itu membuatku tidak pernah lepas dari target dan aku akan memperkenalkan diriku sebelum membunuhmu agar kau dapat mengingatku !"

Dia mengeluarkan beberapa pisau dari jubahnya, "Namaku adalah Helios. Tangan kanan pemimpin di organisasi kami, Apollo. Kekuatanku adalah Right To The Point, memungkinkanku untuk dapat melakukan apapun yang kumau walau dengan menutup mataku kepada target yang akan kumusnahkan." Setelah perkenalan singkat itu dia langsung menyerangku dan tepat sekali, aku tidak bisa menghindar. Pisau itu mengikutiku kemanapun aku menghindar.

Yang satu lolos dan menusuk pintu sedangkan yang suda lain sudah tertancap di lengan dan kakiku. 'Aku bisa mati kalau begini !' pikirmu. Kamu langsung mendobrak pintu lalu berlari sekencang mungkin-- melupakan rasa sakit di lengan dan kakimu. Darah segar mengalir dari kakimu, rasanya kau bisa saja kehilangan kesadaranmu.

Kamu sampai dikota, tetapi tempat sini sudah tidak ada orangnya karena sekarang sudah tengah malam. Nafasmu tersengah-engah, badanmu melemas karena kamu baru menyadari bahwa pisau itu dilapisi racun. "(First Name)-chan~~, dimana kau ?" tanyanya.

"Dasar psikopat !" umpatmu sembari berjalan sempoyongan dan memegang lenganmu dengan kencnag agar darahnya berhenti mengalir. Kamu masuk kedalam gang kecil diujung kota untuk bersembunyi. 10 menit ? 20 ? atau 30 menit ? kamu sudah tidak menghitung berapa lama kamu menghindar dari laki-laki itu.

Bukannya kamu tidak bisa melawan, tetapi jika kamu melawan Helios diapartemen agensi maka semua orang bisa saja dalam bahaya dan juga melihat Helios membuatmu sedikit ragu untuk menyerangnya. Mengapa ? Karena saat dia memegang dagumu, tangannya bergetar.

Kamu kembali mendengar suara jeleknya itu dan ketika kamu mau berjalan lagi kamu menabrak seseorang. Kamu mengira dia adalah Helios, tetapi siapa sangka bahwa keberuntungan sedang berada dipihakmu.

"(First Name) ?! Ada apa dengan lukamu itu ?" dia terkejut melihatmu dengan luka yang baru saja kamu dapat.

"Chuuya-nii, yokatta," kamu lega bisa bertemunya diwaktu genting seperti ini. Tak berpikir lagi kamu menjatuhkan badanmu dihadapanya dan langsung ditangkap olehnya.

"Oi ?! Sepertinya aku harus membawamu pulang," Chuuya menggendongmu layaknya seorang putri kedalam mobilny lalu membawamu kembali ke Port Mafia.

~~~MEANWHILE~~~

"Kau tidak bisa melakukan bunuh diri sendirian~~ Oh yeah~~. Um, tadi suara berisik apa ya ? Tapi ya sudahlah."

Dazai tak memperdulikan apa yang terjadi dan bahkan menikmati malam jomblonya dengan menghabiskan sake 2 botol dan mendengarkan lagu favoritnya.

My Name (Dazai X Reader )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang