Sebuah Janji

4K 482 125
                                    

Semenjak pertarungan besar yang terjadi itu, (First Name) dan Dazai dirawat dirumah sakit yang sama. Kamu belum membuka mata dari hari itu, tetapi jantungmu tetap berdetak. Dazai sudah energetik seperti biasanya setelah 2 hari dan dia yang selalu ada bersamamu, menemanimu.

Dazai biasanya akan duduk disamping kasurmu sembari membaca buku kesukaannya. Dia juga sering mengajakmu bicara walau dia tahu kamu tidak dapar menjawabnya-- entah kamu mendengar suaranya atau tidak.

Anggota agensi lain bergantian menjengukmu tiap harinya juga membawakan beberapa hadiah. Mungkin bunga ataupun makanan kecil.

Hari ini giliran Yosano dan Ranpo yang menjengukmu. Yosano bisa saja dengan mudahnya menyembuhkanmu dengan kekuatannya, tetapi masalah kali ini berbeda. Ada beberapa racun yang masuk ke tubuhmu ketika Castor menyerang dan membuat luka terbuka dibadanmu.

"Dazai, kau sebaiknya berjalan-jalan keluar. Aku akan menjaganya disini," tawar Yosano ramah. Dazai tak bergeming seketika-- tatapannya kosong. Yosano mengerti perasaan Dazai.

Orang yang selalu menantikan Sang Puteri Tidurnya untuk bangun sampai-sampai melupakan tentang dirinya sendiri. Dengan nada yang lembut Yosano memanggil Dazai dan orang itu akhirnya menyadarinya.

Senyum sandiwara terpasang diwajahnya hingga membuat Ranpo mulai kesal.

"Dazai ! Kau boleh saja memikirkan (First Name) tapi pikirkan juga keadaanmu ! Apa kau pikir jika (First Name) melihat keadaanmu sekarang ini maka dia akan senang ?!" baru kali ini Ranpo membentak seseorang hingga membuat Dazai sendiri sontak kaget.

Dazai terkekeh dan berkata, "Kau benar, Ranpo-san. Kalau begitu aku akan berjalan-jalan sebentar." Dazai beranjak pergi keluar. Tiba-tiba saja Yosano memanggil Dazai, membuatnya terhenti diambang pintu.

"Kau lebih baik istirahat dirumahmu hari ini. Kau harus menjaga kesehatanmu," ucap Yosano dengan nada sedikit memerintah. Dazai dengan seringai diwajahnya menjawab, "Ha'i, Yosano-sensei~~."

Ranpo menghela nafas panjang lalu duduk ditempat yang sebelumnya Dazai duduki. "Anak itu sama saja semuanya," Ranpo menggerutu kesal membuat Yosano terkekeh melihatnya.

Sekarang Dazai hanya duduk di taman belakang rumah sakit sembari melihat anak-anak yang sedang bermain. Pikirannya diisi oleh keadaanmu sekarang ini. Walaupun dia berusaha berpikir positive, akan tetapi pikiran negative selalu memenuhinya.

Bagaimana kalau kamu tidak akan bangun ? Bagaimana kalau keadaanmu memburuk ? Bagaimana jika Dazai tidak bisa melihatmu tersenyum lagi ?

Bagaimana jika Dazai tidak bisa memenuhi janjinya untuk selalu bersama denganmu ?


Kini perasaan Dazai sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Semua kacau, tetapi dia tidak ingin orang lain melihatnya seperti ini. Dan dia pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Menyembunyikan dirinya sendiri ditempat gelap dan sunyi hingga semuanya dapat menjadi lebih baik seperti semula.

Dia tertidur setelah meminum 3 botol sake tanpa hentinya. Hanya untuk menghilangkan rasa pedih dihatinya. Kepalanya terasa sangat pusing dan bahkan badannya terasa memanas dan lemas.

Ponselnya berdering kencang membuatnya bangun dari tidur lelapnya.

"Dazai ! (First Name) kabur ! Dia juga meninggalkan surat untukmu ! Lukanya terbuka !" mendengar hal itu Dazai segera mengambil coat dan berlari melawan angin malam. Dia tak dapat berpikir rasional kali ini, yang hanya ia pikirkan adalah untuk menemukanmu. Hanya dirimu.

"DIMANA (FIRST NAME) ?!" Dazai mendobrak pintu kamar rumah sakit. Kunikida sudah berada disana sembari melihat Dazai yang terengah-engah diambang pintu.

My Name (Dazai X Reader )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang