Sehun mengatakan kalau memang irene memiliki waktu, meminta agar bisa menikah dengannya. Irene terdiam sempat mengatakan ya, lalu berteriak kaget tak percaya dengan yang di katakan sehun. Ia dengan terbata-bata ingin tau kenapa harus menikah dengan sehun."Pernikahan... Kenapa aku menikah? Kenapa kita harus menikah? Kenapa kau dan aku harus seperti itu? " ucap irene bingung.
"Sudahlah.. Pura-pura saja tadi aku tak bilang begitu. Aku tadi tidak sungguh-sungguh lupakan saja.. Aku mau tidur dulu" ucap sehun lalu berdiri dari tempat duduknya.
"Seprainya masih ada di kamar lamamu. Aku mencuci sarung bantalnya" kata sehun, irene pikir tak perlu.
"Tidak.. Maksudku aku sekarang mau pamit pulang lagi. Tadi aku kan sudah bilang, aku tadi keluar jalan-jalan sekarang aku harus pulang.. Jadi terimakasih birnya" kata irene bergegas pergi, sehun bingung karna melihat jam sudah pukul 3 dini hari.
Irene keluar dari apartemen mencari dari ponselnya untuk memesan taksi. Lalu mengeluh pada dirinya sendiri yang tak punya tempat tujuan satu pun.
Pesan dari sehun masuk dan irene pum membacanya.
"Aku kirim pesan karna kau tidak akan dapat taksi jam segini, kata sandi rumahku masih sama seperti dulu".
Irene akhirnya kembali masuk ke apartemen sehun dan masuk kamarnya setelah membaca pesan dari sehun. Di dalam kamar ia kembali mengingat saat sehun mengatakan 'kalau kau ada waktu.. Mau kah kau menikah denganku? '.
"Padahal dia benar-benar mengajakku menikah dengannya". kata irene lalu mendengar suara pintu kamar sehun terkunci. Mulutnya kembali melongo dengan wajah kesal.
"Kenapa dia selalu... Aku lah seharusnya yang mengunci pintu. Apa dia ini lagi main-main atau apa? Kau bilang menikah? Kita saja baru bertemu dan bisa-bisanya dia mengunci pintu kamarnya setelah menanyakan pertanyaan seperti itu padaku? " ucap irene kesal, lalu memasang alarm kalau besok akan berangkat naik kereta pertama.
Pagi harinya...
Sehun keluar dari kamar langsung menelpon bagian keamanan, untuk melaporkan tetangga yang sedang renovasi tanpa memberitau. Karna suaranya sangat mengganggu. Tapi sehun sadar kalau itu bukan suara dari kontruksi, lalu melihat kamar irene yang terbuka irene sedang tertidur pulas dan mendengkur lalu menutup pintunya.
"Aku cuma menumpang tidur di sini sampai kereta bawah tanah besok mulai beroperasi. Aku pasti sudah tak ada di sini saat kau bangun nanti, jadi selamat tinggal"
Sehun seperti membaca pesan yang di kirimkan irene, lalu berusaha untuk menganggap tak mendengar dengkuran irene.
🍍🍍🍍
Joy menelpon seulgi karna irene tak mengangkat telpon bahkan tak membalas pesan darinya di atap gedung sambil merokok. Ia pikir kalau irene sedang rapat, saat itu beberapa pria datang dan joy buru-buru menutup telponnya.
"Asisten joy.. Apa kau keluar cari angin? " sapa menejer choi, joy membenarkan.
"Kau harus merokok bersama kami" ajak menejer choi. Teman yang lain merasa tak perlu bercanda seperti itu. Joy memilih kembali ke ruangan, menejer choi pikir tak masalah mengejek joy karna jabatannya sebagai asisten.
Seulgi seperti mencoba menelpon irene tapi tak di angkat. Lalu duduk di sofa berwarna pink, si pegawai mengaku penasaran karna seulgi yang tidak datang hari ini. Lalu memberitau sofa yang di dudukinya itu tinggal beberapa lagi jadi harus segera membelinya.
"Apa kau serius? Jangan sampai terjual aku kan ingin membelinya buat rumahku kalau sudah menikah nanti. Apa tahun depan masih ada lagi sofanya? " ucap seulgi.
