Irene mengucapkan selamat malam dan akan masuk kamar. Saat itu sehun menahan pintu kamar Irene sebelum tertutup. Irene kaget karna Sehun berani mendekatinya.
"Malam ini... Apa... Kau mau... Tidur bersama? " ucap Sehun. Irene sempat melongo akhirnya di jawab dengan anggukan kepala.
Sehun duduk sendirian di dalam kamar sambil mengajak bermain vivi. Irene datang dengan membawakan buah jeruk keduanya duduk bersama sambil makan jeruk. Sehun pikir semenjak pernikahan mereka ini pertama kalinya ada di kamar Irene. Irene pikir benar juga dengan wajah sedikit gugup.
"Kalau aku tau bakal begini, maka aku sudah pasti membersihkan kamar" ucap Irene.
"Tidak perlu ini sudah nyaman, ini sangat sepertimu. Baunya juga sepertimu" ucap Sehun.
"Apa... Aku.. Bau? " pikir Irene. Sehun menjelaskan bukan seperti itu maksudnya. Lalu, melihat buku di atas meja berjudul " To Room 19 " seperti ingin mengalihkan pembicaraan.
"Itu buku yg ku sukai semasa kuliah. Aku baru-baru ini membacanya lagi" jelas Irene. Sehun ingin tau tentang apa buku itu.
"Ada pasangan suami istri. Mereka pasangan sempurna, bahkan di mata orang lain. Mereka juga puas dengan kehidupan mereka. Keluarga yg bahagia dan harmonis" cerita Irene.
"Tapi... Sang istri tiba-tiba ingin punya kamar sendiri pada suatu hari..jadi sang suami menyediakam ruangan untuknya di lantai dua. Kemudian mereka menamainya 'Kamar Ibu'. Tapi, tak lama setelah itu, anak-anak mulai memasuki kamar itu. Karna keluarga yg keluar masuk kamar itu..., maka kamar itu pun menjadi ruang keluarga biasa" cerita Irene.
"Jadi, apa yg di lakukan sang Istri? " tanya Sehun.
"Jadi sang Istri pun menyewa kamar di hotel yg jauh dari rumah tanpa memberitau siapapun. Seiring waktu, selama beberapa jam maka dia tinggal sendirian di situ. Dia tidak melakukan apapun dan merasa senang hanya dengan berada di dalam kamar itu. Karna kamar itu adalah ruang di mana dia bisa sendirian dengan nyaman" cerita Irene.
"Menikah juga berarti bahwa waktu dan ruangmu untuk sendirian sudah tak ada lagi. Tidak bersama orang lain... Memang bisa membuatmu merasa bahagia. Aku paham itu... Isi ceritanya bagus" komentar Sehun.
Irene pikir menurutnya itu cerita sedih. Karna waktu membaca buku itu memikirkan dirinya sendiri. Dan teringat dengan Sehun yg pernah bilang hal yg hanya bisa dia tanggung dalam hidup ini. Hanyalah rumah ini, vivi dan dirinya jadi itu sebabnya Sehun tidak akan menikah.
"Pada saat itu, kata-katamu berbicara kepadaku. Aku juga hanya bertanggung jawab atas kamar ini. Tapi jika kau hidup seperti itu... Bukan kah kau akan kesepian? Pernahkah terlintas kau mungkin akan kesepian? " tanya Irene.
"Entahlah... Menurutku aku tak pernah merasa akan kesepian. Dari pada menoleransi orang lain... Menurutku sendirian itu lebih baik. Begitulah aku hidup sekarang" kata Sehun.
"Aku ingin bertanya padanya?" gumam Irene dengan mengingat saat Sehun berkata "Dalam hidup ini, satu cinta saja sudah cukup".
"Jika satu-satunya cinta dalam hidupmu telah pergi dari dunia ini. Dan memang kalau demikian... Akankah dia bisa memulai cinta lagi" gumam Irene.
Sehun menatap Irene lalu bertanya apakah mereka sudah bisa tidur sekarang karna sudah larut malam. Irene mengangguk, Sehun melihat di atas kasur kalau hanya ada satu bantal. Dan akan mengambil bantal di kamarnya. Irene pun mengangguk memberikan jalan untuk Sehun.
Irene mulai gugup lalu mencium bau di bajunya dan sengaja menyemprotkan pengharum ruangan dengan memastikan kalau semuanya jadi harum. Ia dengan gugup duduk di atas tempat tidurnya dan mulai berpikir kalau lebih baik mabuk saja.
