#9

4.5K 386 97
                                    

Dengan diam-diam Krist mencuri pandang ke arah Singto, yang kini masih mendekapnya dengan erat, sungguh Krist merasa nyaman berada dalam dekapan Singto.

Namun saat Singto beralih menatapnya, Krist langsung membuang wajahnya ke arah lain, rasanya saat ini wajahnya memanas, dan jantungnya berdegup kencang tak beraturan kini.

"Kenapa hujannya tidak kunjung berhenti." Keluh Krist, sambil mengintip ke arah luar gua, dalam bahu Singto.

"Tidak tahu, biasanya disini jarang hujan." Kata Singto.

"Benarkah?" Tanya Krist.

"Emmm."

"Sampai kapan kita akan terus berpelukan?" Tanya Krist.

"Kenapa? Jika kau tidak mau aku peluk, aku akan melepaskan pelukannya." Jawab Singto, sambil mengendurkan pelukan mereka, namun Krist terus mendekapnya dengan erat.

"Jangan lepaskan, aku kedinginan." Ucap Krist.

"Tidak akan." Kata Singto, seraya mengusap punggung telanjang Krist dengan pelan.

Krist menatap ke arah Singto, dan mulai mengamati setiap jengkal wajah pria tampan itu. Senyum terukir di bibir Krist, saat mengingat Singto tadi menciumnya.

"Kenapa kau memandangku seperti itu?" Tanya Singto.

"Tidak." Jawab Krist.

"Aku tahu jika aku ini tampan, tapi tidak perlu kau sampai menatapku seperti itu." Goda Singto.

"Tidak, kata siapa kau tampan? Terlalu percaya diri kau itu." Cetus Krist.

"Benarkah?" Tanya Singto.

"Tentu saja." Jawab Krist sambil menjulurkan lidahnya ke arah Singto, meledek pria tampan itu.

Singto hanya tersenyum, kemudian menatap bibir Krist yang beberapa saat lalu baru saja di sesapnya itu, bibir pria manis itu terlihat seperti menggodanya, apalagi saat ini Krist tengah memanyunkan bibirnya, membuat Singto mendekatkan wajahnya lagi, lalu mencium bibir Krist lagi.

Tetapi kali ini lebih berani dan lebih intens daripada tadi, pria tampan itu memanggut bibir Krist, dan kemudian mengulumnya, menggigit bibir Krist menggunakan bibirnya sendiri, Krist sesekali mengerang di sela-sela ciuman keduanya.

Namun pria manis itu menikmatinya, buktinya saja Krist melingkarkan tangannya pada leher Singto, dan menekan kepala pria tampan itu kearahnya, untuk memperdalam ciuman mereka.

Mata Singto tertuju pada leher putih milik Krist, yang terlihat seperti tengah mengundangnya untuk mencobanya, bibir pria tampan itu mulai menuruni dagu Krist, untuk menuju pada leher pria manis tersebut.

Sementara Krist menggeliat kegelian, saat merasakan bibir Singto, mulai memberikan simulasi tidak pantas pada lehernya, Krist merasakan kulitnya basah dan panas, ulah dari lidah dan bibir Singto yang terus menjelajahi setiap jengkal leher Krist.

Sedangkan tangan Singto entah kapan sudah berada di nipple milik Krist, dan menggoda dua tonjolan kecil itu, hingga mulai menegang.

Semua yang di lakukan Singto pada tubuhnya itu membuat Krist meremang, dan tidak bisa berhenti mendesah, atas gejolak aneh yang belum pernah di rasakannya selama ini.

Rasanya seluruh tubuhnya menjadi lemas, dan seperti ada sesuatu yang mengambil alih tubuhnya saat ini, seperti ada sesuatu yang membakar dirinya, ada rasa panas yang menyebar keseluruh tubuhnya.

"Eughhh..." Rintih Krist, saat Singto menggantikan tangannya dengan mulutnya untuk membelai salah satu nipplenya.

Tangan Krist menarik rambut Singto, untuk semakin menekankannya pada nipplenya sendiri, sementara Singto sibuk mengisapnya seperti seorang bayi yang tengah kelaparan.

[6]. That Was You [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang