#20

3.2K 330 123
                                    

Singto melangkahkan kakinya menuju kamar Krist, pasti kekasihnya sudah menunggunya disana. Karena Singto pergi bersama dengan kawanannya barusan, ada sesuatu yang harus dilakukan olehnya.

Langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu kamar Krist, dan tanganya langsung membuka kenop pintu kamar itu, saat Singto memasukinya terlihatlah Krist yang kini tengah menatapnya dengan cemberut.

Wajah pria itu kini terlihat pucat, dan matanya juga terlihat sayu. Pria manis itu memegangi kepalanya, sambil mengerjap-ngerjapkan matanya, ke arah Singto, karena pandanganya mulai mengabur.

"P' dari mana?" Tanya Krist ingin tahu.

"Dari hutan." Jawab Singto.

"Benarkah, kenapa wajah P' murung?" Tanya Krist.

"Tidak ada apa-apa." Jawab Singto sambil menghampiri Krist, dan berdiri di depan pria manis itu, Krist langsung memeluk perut Singto dan menyandarkan kepalanya di dada pria itu, dengan lemah.

"P'Sing..." Panggil Krist.

"Apa?" Tanya Singto.

"Aku mau melihat P', memakan rusa." Jawab Krist, dengan mata warna matanya yang kini mulai  berkilat-kilat kebiruan.

"Tidak, itu berbahaya untukmu." Tolak Singto, dengan permintaan Krist, yang semakin lama semakin aneh saja menurutnya.

"Aku ingin melihatnya." Tuntut Krist.

"Tidak boleh." Tolak Singto.

"P'Sing tidak sayang aku." Sungut Krist.

"Bukan seperti itu." Bantah Singto.

"Lalu apa?" Tanya Krist.

"Kau terlalu lemah untuk pergi kesana, apa kau tidak ingat tadi kau sudah lima kali pingsan." Ingatkan Singto pada Krist, sambil mengelus-elus rambut kekasihnya itu.

Daritadi pagi Krist tidak berhenti muntah-muntah, dan langsung pingsan saat keluar kamar mandi, lalu ketika tersadar Krist memegangi kepalanya dengan kesakitan, kemudian pingsan lagi tidak lama setelahnya.

Semua itu berulang hingga lima kali dari pagi sampai siang ini, membuat Singto merasa sangat cemas pada keadaan Krist, yang terlihat semakin kurus dan lemah saat ini.

"Aku tidak apa-apa P." Jelas Krist dengan wajah memelas andalannya, berharap Singto mau menuruti permintaannya.

"Tidak bisa, sayang." Ujar Singto.

"P' jahat. Aku kesal pada P', pergi sana." Usir Krist dengan bersungut-sungut pada Singto.

"Jangan bersikap seperti ini." Ingatkan Singto, tetapi kekasihnya justru menangis, menganggap jika Singto memarahinya.

Membuat Singto yang melihatnya menjadi sebuah salah, "jangan menangis, yang lain saja ya." Bujuk Singto.

"Aku cuma mau itu saja, tidak yang lain. Hanya mau itu, titik." Tuntut Krist, sambil mengambil sebuah bantal dan langsung memukuli Singto dengan bantal itu pelan, Singto tidak bisa merasakan apapun dari pukulan Krist padanya.

"Krist, sayang. Jangan seperti ini." Ujar Singto, mencoba menahan tangan Krist.

"Aku tidak perduli." Sahut Krist, dengan meyerngit dan mulai memegagi perutnya.

"Yang lain saja, ya." Bujuk Singto.

"Agrhhh... Sakit.. sakit P'.. aahhhh.. sakit.. hikss.. hikss.." Pekik Krist kesakitan, seraya memegangi perutnya dengan erat.

Pria manis itu menggigit bibirnya sendiri, dan memejamkan matanya, yang kini di penuhi oleh lelehan air mata, karena tidak bisa menahan rasa sakit dari apa yang dirasakannya kini.

[6]. That Was You [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang