#22

2.9K 311 86
                                    

Suara tangisan bayi terdengar jelas, kesetiap sudut rumah itu, dari arah dapur Windy saat ini tengah berlari dengan terburu-buru, sambil membawa dua botol susu, menuju ruang keluarganya.

Sesampainya disana terdegar suara dua bayi laki-laki, yang kini tengah menangis dengan kencangnya, Windy langsung membuka tutup botol susu itu, dan langsung menyerahkan satu botol pada Renee dan satu lagi pada Tesanee.

Saat salah satu dari mereka terdiam karena tengah meminum susunya, membuat bayi yang satu lagi juga ikut terdiam dari tangisanya.

"Lihatlah Aland, dia langsung berhenti menangis setelah mendengar Halu berhenti menangis, tetapi jika adiknya menangis Aland pasti akan langsung menangis juga." Ujar Renee sambil menatap salah satu bayi yang di pegangnya, yang bernama Aland itu.

"Dia seperti Sing waktu kecil, yang selalu menangis ketika mendengar Krist menangis." Sahut Tesanee.

Singto yang mendengarnya hanya terdiam, dan tersenyum lemah pada semua orang, dia sedang menunggu Krist yang baru ingin di pindahkan oleh Kyuhyun ke kamarnya.

Dia ingin menemuinya, tetapi Kyuhyun melarangnya, karena kemarin kondisi Krist belum bisa di temui.

"Sing, apa kau tidak mau menggendong mereka?" Tanya Renee pada Singto yang hanya duduk terdiam dan termenung.

"Apakah boleh?" Tanya Singto.

"Tentu boleh, diakan anakmu, siapa yang tidak memperbolehkanmu menggendongnya." Jawab Renee.

"Berikan mereka berdua pada Sing." Ujar Singto, menatap kedua anaknya dengan sayang.

Renee dan Tesanee, langsung memberikan kedua bayi dalam gendongan mereka dengan hati-hati pada Singto, sementara Singto hanya terdiam melihat wajah keduanya.

"Wajahnya mirip denganmu sementara mata dan bibirnya mirip dengan Krist." Ujar Tesanee.

"Benarkah?" Tanya Singto.

"Iya." Jawab Tesanee.

Pria itu menatap kedua anaknya yang sekarang ini berada di dalam gendongannya dengan sendu, karena menurutnya keduanya lebih mirip dengan Krist, dengan orang yang melahirkan mereka, pasti jika Krist melihat keduanya, kekasihnya itu pasti akan sangat bahagia.

.

.

.

Suasana hening dan senyap menyelimuti sebuah ruangan, hanya terdengar suara samar-samar yang di timbulkan oleh elektrokardiogram yang mengisi kekosongan ruangan tersebut.

Perlahan pintu ruangan itu terbuka, ada seseorang yang memasukinya, Singto berjalan dengan perlahan-lahan mendekati sesuatu yang terlihat seperti ranjang rumah sakit, yang terletak di ujung ruangan.

Tatapan mata pria itu tampak redup, dengan tubuh sedikit bergetar Singto melihat tubuh Krist yang berbaring lemah tidak berdaya, dengan ventilator yang membatu pernafasannya, serta selang infus yang terpasang ditanganya.

Singto semakin mendekati tempat Krist berada, dengan dua bayi yang berada di dalam gendongannya, pria itu menatap kedua anaknya dengan tersenyum lembut, pasti mereka ingin bertemu dengan ibu mereka. Pasti mereka sangat merindukan Krist.

Pria itu berdiri di depan Krist, lalu menatap Krist dan kedua anaknya dengan bergantian, "Sayang, lihatlah P' datang membawa siapa? Mereka berdua anak kita. Apa kau bisa mendengar P'? Mereka berdua merindukanmu, mereka berdua daritadi tidak berhenti menangis, dan saat P' berkata akan membawa mereka bertemu denganmu, keduanya langsung terdiam."

Singto tersenyum manis pada Krist, tetapi tidak lama kemudian senyumnya itu berubah menjadi sebuah isakan lirih, karena dia bahkan tidak tahu apakah Krist bisa mendengar apa yang dirinya katakan atau tidak.

[6]. That Was You [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang