Pagi. (2)

130 18 0
                                    

Ditengah-tengah keasyikanku menginjaki daun kering itu.
Aku mendengar pekikan mengaduh dengan keras dari arah koridor utama sekolah.
Dan disusul dengan suara berat khas lelaki yang tak asing di telingaku.

"makanya hati-hati kalau jalan pir.. Sini kubantu berdiri" lelaki itu memberikan tangannya untuk penopang wanita itu berdiri. "sakit yi, kayaknya kesleo deh. Hiks hiks" rintihan wanita itu terdengar asli tak dibuat-buat.

Pir? Yi? Ahaha. Rupanya mereka berdua sudah memiliki panggilan sayang. Hhh, apalah daya--

Lama aku memperhatikan mereka dari celah ventilasi tembok koridor utama yang mengarah jelas terhadap mereka berdua.
Ali, dan kak Firo. Bahkan mereka sepagi ini sudah bersama, kurasa mereka sangat cocok.
Dan, alhamdulillah. Rasa nyeri pada uluh hati ini sudah menghilang saat melihatmu bersamanya.

"Adiba, ngapain kamu berdiri disitu. Melamun lagi, ga kesambet kan?! " Rahman--dia mengagetkanku dengan suara besar dan beratnya. Hhh, untung aku tidak jantungan mendengar suara besarnya itu.

"Ah kamu ini, bilang-bilang lah kalau mau datang, jangan tiba-tiba mengagetkanku seperti itu! " jawabku ketus. Dan Rahman hanya terkekeh.
Aku? Ngapain aku masih berdiri disini. Mending aku mengekor saja dibelakang Rahman. Akupun ikut terkekeh dengannya.

"Diba, habis melamun aneh disitu sekarang kamu tertawa sendiri? Sebaiknya aku harus mengirimmu ke rumah sakit ji--" segera kulempar dia dengan buku yang sedang kubawa. Dan diapun membawa bukuku seraya berlari meninggalkanku sendiri.
--hey itu buku ku!!!

Lama mengenal Rahman, pribadi aslinya menjengkelkan juga. Aisshh.

Heart's Content Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang