Ummah sudah menyetujui dan sudah menyiapkan snack untuk nanti, akupun sudah men-share lokasi rumah di grup chat kelompok.
Saat menyiapkan snack untuk teman-teman nanti, terdengar suara motor Abah.
“Assalamu’alaykum.. diba temenmu dateng nak” salam Abah, aku dan Ummah pun menjawa salam Abah dan mencium tangan Abah. Aku menengok kearah ruang tamu, dan terkejut seketika. Aku setengah berbisik pada Abah, “kok hanya Tariq bah? Abah kok boncengin Tariq?” bisikku pada Abah.
Abah terkekeh dan menggelengkan kepala, tanpa menjawabku sama sekali beliau langsung melengos begitu saja keruang tamu dengan membawa beberapa toples snack yang belum aku bawa keruang tamu. Lalu Ummah mendekat kearahku, “Tariq itu pemuda yang aktif setiap minggu hadir di kajian tempat abahmu biasa ngisi dib, anaknya ramah makanya bisa akrab sama Abahmu” ucap Ummah. Aku hanya ber-ooh panjang lalu berlari cepat keatas. Terlihat Tariq dan Abah berbincang santai, Tariq sekilas melihat kearahku, tersenyum tipis lalu memfokuskan dirinya pada Abah kembali.
Aku segera bersiap-siap untuk segera turun kebawah karena suda terdengar suara motor yang memasuki pekarangan rumah.“Diba, teman-temanmu sudah dibawah” ucap Ummah dari balik pintu. Akupun segera keluar kamar dan berlari kebawah. Teman-teman sedang asyik tertawa dengan menikmati snack yang sudah mulai menipis, cepat sekali pikirku.
“Assalamu’alaykum temen-temen, maaf ya udah bikin nunggu..” aku hanya menyengir kuda dan ikut duduk disana. Shofiyah mendekat kearahku “Aku baru tau kalau keluargamu agamis banget dib, sudah kuduga sih tapi ngga nyangka aja seagamis ini, ummah mu apalagi dib, masyaAllah banget..” ucap Shofiyah, teman-teman lainpun berkata demikian pula. Aku membalas mereka hanya dengan senyuman tulus saja.Kamipun mulai berdiskusi mengenai tugas kelompok, aku mengusulkan bukit yang biasa aku kunjungi. Dan respon teman-teman setuju,akupun turut senang karena pendapatku disetujui oleh teman-teman.
“Ayo main kesana dulu, besok kita mulai ambil video disana” ucap Shofiyah langsung berdiri dan membawa tasnya.
“Kita bertiga mau rapat napelam nih, ga ikut gapapa ya shof” ucap Ibnu menunjuk dirinya, Wisnu, dan Lala. Napelam adalah club di sekolah yang dimana club itu adalah komunitas anak pecinta alam. Wisnu dan Lala mengangguk.
“Yaudah deh ngga papa, mau langsung kesana kalian?” jawab Shofiyah. Llau mereka bertiga berdiri dengan membawa tasnya masing-masing.
“Iya shof, sudai 5 menit yang lalu sih rapatnya.. dib, kita pulang dulu ya” ucap Lala.
Mereka pun pulang duluan, berpamitan pada Ummah dan Abah. Sedangkan aku, Shofiyah, dan Tariq pun ikut berpamitan untuk pergi ke Bukit.Tariq memakai motor Abah, sedangkan aku dibonceng Shofiyah. Dalam perjalanan, aku menghubungi Khanza. Semoga ia bisa ikut menemani.
Dan, ponselku berbunyi. Nama Khanza tertera disana, dia menelfon.“Iya za, wa’alaykumussalam”
“Aku sudah disini sama Ali dan Rahman dib, cepet kesini ya”
“Hah? Kok bisa ad-”
“Bye dib Assalamu’alaykum” Kebiasaan Khanza, yasudahlah.Memakan waktu 5 menit di perjalanan, akhirnya sudah sampai ditempat tujuan.
Khanza langsung berlari memelukku, diikuti dengan Rahman dan juga Ali yang berjalan dibelakang Khanza.“Liburan lama kok ga ke bukit sini sama sekali sih dib..” ucap Khanza teus memandangku
“Dirumah aja aku za, maaf yaa..” jawabku dengan senyum terbaikku
“hmm.. mereka siapa dib?” Khanza menengok 2 orang yang sedari tadi dibelakangku.
Khanza mendekat kearah Shofiyah dan berjabat tangan, Shofiyah membalasnya dengan sangat ramah.
“Ini Shofiyah dan Tariq, teman sekelasku za dan teman sekolah Rahman juga Ali” jawabku, dan Khanza mengangguk sembari ber-oh panjang.
“Yuk, spot terbaik yang kamu katakan dimana dib” ucap Shofiyah. Akupun meminta teman-teman mengikutiku dan juga Khanza. Kami mendaki kearah puncak bukit.
Cukup lama diperjalanan karna kami berjalan santai sembari bercerita ringan.“Ini spotnya” ucapku dengan membentangkan kedua tanganku. Aku menghirup udara dalam-dalam. Walaupun sudah siang, karena bukit ini masih banyak pepohonan yang besar dan rindang sehingga udara tetap sejuk dan tidak panas sama sekali.
Yang kulihat, Khanza bercengkrama asik dengan Shofiyah, Ali dan Rahman yang bercanda ria, dan Tariq yang sibuk mengambil gambar sekitar dengan kamera kesayangannya kurasa, karena sejak awal masuk sekolah kamera itu selalu ia bawa kemanapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Content
SpiritualMengulas berbagai curahan hati seorang gadis yang bernama Adiba Hasna Assyarifah. Berisi mengenai kegiatan sehari-hari yang dilalui Adiba. . . . . Yuk baca! Add to your library dan jangan pelit kasih bintang :* [Mohon maaf tidak bisa ditamatkan]