Tak Disangka.

144 20 0
                                    

Selasa, hari yang lebih buruk daripada hari senin. Mengapa begitu? Pelajaran awal dengan banyak soal dan pembahasan tugas selama empat jam, lalu istirahat pertama selama 20 menit, dst. Sangat melelahkan.
Namun rasa lelahku sedikit berkurang akan hadirmu.

"Adiba! Mau kemana?" ucapnya saat aku kesulitan untuk melewati jalan koridor yang sedikit menanjak. Ya, karena aku masih menggunakan kursi roda. Tak ada Rahman yang membantuku karena dia sedang sibuk  di ruang guru dengan Pak Ustman.
Dan yaa beginilah, aku kesulitan tanpa ada bantuan.

Dan dia datang saat aku merasa susah. Ali.

"Eh ali, ini mau ke perpustakaan" jawabku sedikit gugup, karena lama tak berjumpa dengannya. Dan juga, mengingat tentang kemarin saat dia memberikanku kado.
Isinya adalah mukenah terusan model hadramaut, mukenah yang sangat kusuka. Aaaa <3

"Rahman kenapa ga bantu kamu?" ucapnya lagi, dan dengan mendorongku untuk menepi di sebuah kursi panjang yang kosong.
"Dia dipanggil pak Ustman li, kamu sendiri? Kok gak barengan sama kak Firo?" jawabku yang dengan refleks menanyakan kak Firo. Hadeuh.

Ali menatapku sekilas, dan menyunggingkan senyum. Senyum yang berbeda, seperti mengandung dendam didalamnya.

Lalu dia menunduk, dan menjelaskan sesuatu yang membuatku tercengang atas apa yang dia jelaskan.

"Kamu sama seperti yang lain ya dib, ngira aku sama kak Firo deket. Bahkan temen-temen lainnya ngira aku sama dia itu pacaran.." ucapnya, dia berhenti sejenak dan menghembuskan nafas. "Aku kecewa sama dia, niat awal dia baik ingin memperbaiki diri. Sebenernya aku ingin minta bantuanmu buat bimbing dia hijrah. Namun dia seperti membencimu, terlihat saat aku mengucapkan namamu ataupun saat dia liat kamu. Ntahlah dib, kemarin aku ga sengaja denger kak firo yang lagi ngobrol sama cowo. Dan dia itu.. " lanjutnya, dia mendengus kesal dan menatapku sekilas.
Aku menaikkan sebelah alis pertanda aku bingung akan apa yang dia maksud.

"Dia cuman mau manfaatin aku, secara aku adalah anggota Remaja Masjid kan? Dan temennya kak firo itu salah satu pengurus osis yang pengen jatuhin kita.. Udahlah dib, yang terpenting aku belum masuk dalam jebakannya. Alhamdulillah ya dib.. " Ali tersenyum manis, senyum yang lega.

Akupun ikut tersenyum, "alhamdulillah li, dan fitnah mengenai dirimu dan kak firo bisa hilang juga" ucapku. Ntah darimana, aku tak bisa berhenti tersenyum, dan degupan jantungku semakin cepat.

"Yaudah ayok aku bantu ke perpus" dia segera bangkit dari duduknya dan membantuku menuju perpustakaan.

Deg deg deg, masyaallah Ali :)

***

15:20 WIB. Bel pulang sudah berbunyi 20 menit yang lalu, namun abang tak kunjung menjemputku. Keluh kesal kian bertambah saat gerimis mulai meraba daerah sekitar.

Dengan kursi roda, tentunya aku tidak bisa meneduh pada halte depan sekolah yang tempatnya tinggi. Rahman sedari tadi belum menemuiku, tidak ada Ali juga. Laras dan dewi pulang duluan karena ada urusan.

"untung gerimis, kalo hujannya deres ga lucu nih." gumamku sedikit berbisik. Yaa aku tengah menunggu sendirian di depan pintu masuk sekolah menunggu sosok abang yang tak kunjung menjemputku.

Langit yang mulai gelap dengan mendung hitamnya, gerimis kecil yang setia membasahi dengan rata daerah sekitar. Seorang lelaki berbadan tinggi kurus dengan rambut ikalnya tengah memberikanku jas almamater yang dia kenakan untukku. Dan dia berdiri disamping kananku, berlagak ala pengawal setiaku.

"Rahman? Kukira kamu sudah pulang" ucapku sedikit tersipu akan sikapnya.

"Hehe, dipanggil pak ustman lagi tadi pas pulang sekolah. Maaf ya dib ga bisa bantu kamu." ucapnya seraya menatapku sekilas.

"Engg--" ucapku terpotong saat seorang lelaki berbadan kurus tinggi berdiri disamping kiri ku. Dia memberikanku tea cup hangat. Ali.
"Eh ali, makasih ya" ucapku dengan memberikannya senyuman.

Disini, dua orang lelaki yang tengah dekat denganku. Berdiri di sisi kanan dan kiri ku.
Ya rabb, mengapa begini?

*astaghfirullah >,<

Heart's Content Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang