Sudah bel istirahat kedua, setelah sholat dhuhur aku memilih untuk kembali ke kelas, cuaca dingin seakan membunuhku. Atau mungkin aku yang terlalu lemah.
“Diba, aku ambilin surat dispen aja ya?” ucap Tariq kearahku, sedari aku masuk kelas tadi ia tak berhenti bicara, terlihat cemas.
“Buat apa riq?” jawabku yang sibuk memandang awan abu pekat dan hujan yang sangat deras.
“Wajahmu tetap pucat, ngga ada perubahan” katanya.
“Aku masih kuat riq, gausah gapapa” jawabku yang tetap memandang lurus kearah luar jendela.
Tariq hanya membuang nafas panjang, akupun melihat kearahnya, ia sedang sibuk dengan buku super tebal yang sedari kemarin ia bawa. Aku tak peduli, biar sudah.Tiba-tiba...
“Diba, salam kenal. Aku Shofiyah, maaf ya baru menyapamu.. Aku malu soalnya, hehe..” ucap gadis yang duduk didepanku. MasyaAllah, dia cantik dan senyumannya manis sekali,ditambah dengan bulu matanya yang panjang dan lentik.
“Salam kenal balik Shofiyah, aku juga minta maaf.. karena akupun juga malu, sini salaman dulu” jawabku dan segera meraih tangannya.
Lalu, teman-teman lain pun melihat kearahku dan Shofiyah. Dan semuanya, satu sama lain mulai berkenalan. Waktu istirahat kedua yang panjang dimanfaatkan untuk berkenalan lebih dekat. Atas inisiatif Shofiyah, satu per satu maju kedepan untuk berbagi cerita mengenai hobi masing-masing.
Shofiyah cukup cerdas dan berani walaupun ia mengatakan bahwa dirinya malu. Tapi nyatanya ia sangat berani unjuk diri didepan kelas, memandu kegiatan pengenalan lebih dekat ini.----
Hujan masih mengguyur kota ini, deras dan dingin sekali.
“Dewi, kamu nginep lagi?” tanyaku pada Dewi. Dewi pun duduk disampingku “Sebentar lagi aku dijemput sama Tante Ima, tapi nganterin kamu dulu dib” jawab Dewi.
“Yah tapi aku udah dijemput sama Abah nanti dew”
“Abahmu ada undangan dadakan, kamu dititipin sama aku haha”
“Yah, abah mah gitu”*tin tin
Sebuah mobil merah mini berhenti tepat didepan halte tempat aku dan Dewi menunggu. Dewi menggandengku untuk masuk ke mobil, akupun menurut.
“Jadi aku ngga menginap dirumahmu lagi dib, ada Tante Ima” ucap Dewi. Aku hanya mengangguk seraya tersenyum.
--
“Terimakasih banyak ya Dewi, hati-hati dijala ya”
Mobil Tante Ima pun melaju meninggalkan pekarangan rumah. Aku segera masuk sebelum badanku menggigil lagi.
Rumah sangat sepi, kurasa Ummah juga turut ikut. Yah, sendirian lagi.Aku memilih untuk rebahan dikamar, bersembunyi dibalik selimut tebal super hangat milikku. Dan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Notif pesan masuk bertubi-tubi berbunyi.
“Assalamu’alaykum dek Diba”
“Ini Kak Gilbran”
“Save ya, aku dapet nomor kamu dari Dewi”Aku hanya membacanya, untuk apa Dewi memberikan nomorku pada Kak Gilbran. Simpan tidak ya? Malas sekali. Nomor Tariq aja belum aku simpan.
Aku meletakkan ponselku lagi, mulai memejamkan mata. Namun ponselku berdering lama,tanda ada telefon masuk. Tanpa melihat siapa yang menelfon,a aku langsung mengangkatnya.“Assalamu’alaykum, kenapa?”
“Wa’alaykumussalam, nak ini Abah.. Diba mau camilan atau minuman apa? Stok snack habis kata Ummah”
Aku kaget dan melihat layar ponsel,bukan nomor Abah tapi suara ini milik Abah. “Snack seperti biasanya aja sudah bah, emm Abah pakai ponsel siapa?”
“Loh, nomornya Tariq ngga kamu simpan dib? Katanya temen sekelas”
“Aishh abah mah, nanti aja diba simpan, Abah sama Ummah cepat pulang ya.. Hati-hati dijalan”
“Oalah iya sudah nak, Abah tutup dulu, Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh”
Belum sempat terjawab, seperti biasa Abah menutup terlebih dahulu sambungan telefonnya. Kebiasaan Abah.----
Pukul 06.01, suasana sekolah masih sangat sepi. Kali ini aku sudah siap dengan jaket tebal yang membalut badanku.
“Assalamu’alaykum Pak Tono” dengan riangnya akumenyapa Pak Tono yang sedang bebrberes merapikan alat kebersihan.
“Eh neng Diba, tumben neng” jawab Pak Tono dengan senyum tulusnya.
“Mau ke rooftop pak, mari pak”
“Iya neng, monggo”Aku mulai berjalan cepat menuju rooftop,lumayan sekalian olahraga pagi pikirku.
Belum ada sinar mentari, masih tertutup awan kelabu. Udaranya dingin terasa pada telapak tanganku.
Harum, tanah basah yang terguyur air hujan bercampur dengan khas aksa embun yang masih tebal. Seperti gerimis yang benar-benar kecil dan lembut, bisa basah pula.“HATCHIUUU!!!!”
Suara bersin lelaki membuyarkan semua, kaget bukan main. Terdengar dari arah utara, tempat banyak kursi dan meja untuk bersantai. Seorang lelaki dengan jaket yang tidak asing bagiku.
Seperti...“Tariq?”
“Eh dib”Tariq hanya menoleh sekilas, ia memandang kearah bawah. Cukup lama. Sepertinya dia datang lebih pagi dari biasanya, niat sekali.
Aku segera kembali ke kelas karna cuaca semakin dingin. Sekali lagi aku memandang kearah Tariq, ia masih dalam posisi yang sama. Terlihat sendu sekali.----
“Shofiyah, kerja kelompoknya dimana?” tanyaku. Ya, ada tugas dari Bu Nely untuk membuat video dokumentasi, kelompokku mendapat tema perbukitan. Cukup cocok, aku bisa mengusulkan bukit yang sering kukunjungi dikala senja. Barangkali aku juga bisa bertemu Khanza.
“Oh iya dib, sebentar kita kumpulkan anggota dulu” ucap Shofiyah, berwibawa sekali dia memang sebagai ketua, hanya diawal saja dia malu, namun aslinya sangat berani dan berkarisma, ditambah lagi dengan parasnya. Dan yang baru aku tau dari Shofiyah adalah, ternyata dia cukup populer saat awal masuk SMK dulu, haha aku kurang update memang.
“Permisi teman-teman, anggota kelompokku kumpul disini bentar dong” ucapnya dan seketika seisi kelas langsung hening.
“Okey.. aku, diba, lala, tariq, wisnu, sama ibnu ya.. Aku ngusulin sih kerumahnya Diba aja gimana?” ucap Shofiyah yang membuatku langsung terkejut. “Kenapa dib? Keberatan kah?” sambung Lala. “Engga la, kaget aja soalnya jarang ada temen-temen yang main kerumah, hehe.. boleh banget kok kerumahku” jawabku spontan dengan rasa canggung.
Shofiyah meminta sekali lagi persetujuan semua anggota untuk kerja kelompok dirumahku. Kebetulan sekali rumahku dekat dengan bukit itu, sekalian nanti survey kesana, pikirku.
“Okey, jadi besok pagi jam 8 aja ya dirumahnya Diba?” ucap Shofiyah dan mendapat respon anggukan dari teman-teman. Okelah, aku akan mempersiapkan untuk besok.---
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Content
SpiritualMengulas berbagai curahan hati seorang gadis yang bernama Adiba Hasna Assyarifah. Berisi mengenai kegiatan sehari-hari yang dilalui Adiba. . . . . Yuk baca! Add to your library dan jangan pelit kasih bintang :* [Mohon maaf tidak bisa ditamatkan]