Setelah 3 hari pulang, dan sekarang adalah back to school.
Satu minggu koma karena aku yang tertabrak mobil, satu minggu pemulihan, dan hari Jumat dirumah.
Tiga hari, keluarga besar berkumpul untuk melakukan tasyakuran atas kepulanganku. Sangat ramai.Dan sekarang, hari senin.
Dengan semangat membara, walaupun menggunakan kursi roda karena keadaan kakiku yang belum pulih.
Keadaanku kian membaik saat melihat suasana sekolah yang sudah lama kurindu."Adiba bener tidak apa-apa kedalam sendiri? " ucap kak Fatimah terhadapku. Aku membalasnya dengan senyuman termanisku, meyakinkannya. "Abang anter sampai kelas ya? " ucap abang khawatir.
Tiba-tiba dengan sangat tiba-tiba.
"Diba biar sama aku aja bang," dia mendorong kursi rodaku dengan pelan.
"serahkan semuanya pada Rahman, " sambungnya dengan senyuman. Dan abang mengiyakan begitu pula kak Fatimah."Jaga dengan baik," ucap abang menepuk pundak Rahman. "dek, baik-baik ya.. " sambung abng. Dan aku mencium punggung tangannya dan kak Fatimah lalu mengucapkan salam.
Rahman segera membantuku menuju kelas.
Saat aku dan dia melewati koridor utama, dan lagi aku menemukannya tengah duduk berdua. Ali dan kak Firo.Rahman berhenti tepat didepan mereka, membuatku sedikit kesal.
"Eh adiba bener masuk, maaf ya dib aku hanya sekali menjengukmu. Oh iya, ini buat kamu." ucap Ali dan memberikanku sebuah kotak berwarna merah berukuran cukup besar. Aku merasa sedikit senang karena Ali berbuat demikian, namun tatapan yang kuterima dari kak Firo sungguh tak mengenakkan hati. Bagaimana tidak? Kak Firo menatapku dengan tatapan sinis dan wajah yang cemberut. Dan dia melesat pergi, meninggalkan kita semua.Aku terheran akan sikapnya, "lah? Kok pergi?" ucapku.
"Cemburu tuh li" ucap Rahman terkekeh.
Ali menggaruk tengkuknya, "hhh kak Firo memang sensi banget, padahal aku hanya menganggapnya sebagai teman saja. Meski banyak yang mengatakan bahwa dia menyukaiku. " ucap Ali.Hah teman? Dan Ali pun sudah tau kalau dia suka padanya? Namun respon Ali? Berarti Ali tidak memiliki perasaan yang sama dengan kak Firo?. Aku melamun menatap lurus kedepan.
"Lah? Berarti lu gantungin tuh cewe?" ucap Rahman yang sudah duduk disamping Ali.
"Lah gua harus gimana, kalau suka kan ga bisa dipaksa. Lagian gua ga terobsesi dengan pacaran, kan lu yang udah ceramahin gua." jawab Ali. Kamipun tertawa bersama.
Hmm, pengakuan dari Ali. Membuat rasa negatif ku terhadapnya telah memudar. Namun, hatiku sudah kututup. Akan kubuka lagi dikemudian hari, ntah aku masih menyukaimu atau tidak, Al.
Lalu, Laras dan Dewi menghampiri kami bertiga.
Mereka berdua sama seperti Ali, memberikanku sebuah kotak kado yang ukurannya tak kalah besar. Hingga aku kesulitan membawanya.
Dengan senda gurau, kulewati hari senin di sekolah bersama orang-orang yang kusayang.Mengenaimu, Ali.
Ntahlah tentang rasa dalam diam ini yang kutujukan padamu.
Aku bimbang, memang benar bimbang. Sulit untuk menebak akan sifat yang kau miliki.
Dan, akupun kesulitan untuk menebak apa yang ada di dalam hati ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Content
SpiritualMengulas berbagai curahan hati seorang gadis yang bernama Adiba Hasna Assyarifah. Berisi mengenai kegiatan sehari-hari yang dilalui Adiba. . . . . Yuk baca! Add to your library dan jangan pelit kasih bintang :* [Mohon maaf tidak bisa ditamatkan]