Hai hai hai gaes~ sekian lama ga update :") maapkan author yang ngeselin ini.
Mood udah ada nih, yuk lanjut!!
***
Semenjak kejadian di perpustakaan itu, aku menjadi sering bertemu dengannya. Sedikit risih karena dia selalu muncul begitu saja.
Dan keadaanku kian membaik, hanya saja perban dikaki ku membalut dengan setianya. *apaan sih
--kringg kring
"dib, kantin yuk" ucap dewi yang langsung menarik lenganku. Ia lupa akan kakiku yang masih terbalut perban.
"-aww shhh" rintihku kesakitan saat dewi dengan semangatnya menarikku. Dewi pun terkejut, dan menepuk jidatnya kala ia mengingat bahwa perban putih tebal itu masih membalut kakiku.
"astagfirullah maaf ya dibaaaaa" dewi menggeser meja ku dan membantuku berjalan. Hmm setidaknya rasa nyeri perlahan menghilang."Heyyy" aku dan dewi terlonjak kaget saat berada di ambang pintu kelas. Bagaimana tidak, seorang cowo sok ganteng dan sok keren itu mengagetkanku dan dewi.
Aku menggerutu kesal tapi tidak dengan dewi."Aaaaa kak gilbran ngagetin dewi ajahhh, mau nyamperin dewi yahhhh" ucap dewi dengan centilnya.
Aku semakin kesal, pasalnya perutku sudah meraung-raung minta makan namun malah ada si cowo nyebelin itu.Kak Gilbran senyum-senyum sendiri, dan membuat para wanita terkesima dan sesekali menjerit-jerit. Alay ih, laper gini ke kantin sendiri aja deh.
Aku melengos pergi dan mengabaikkan semuanya. Dewi masih berdiri didepan kak Gilbran. Padahal tadi dia yang memaksa untuk ke kantin. Hhh, dasar!
**Kantin**
"Ihh diba, tadi aku nyariin kamu.. Terus kata cici kamu ke kantin sendirian" ucap dewi yang langsung menyambar jus jeruk ku.
"abisnya kamu jadi kayak uler kepanasan di depan kak gilbran!" jawabku ketus."abis ga biasanya kayak gitu, dan biasanya tuh dia dingin dan jual mahal dibaaa.. Kan seneng jadinya dia gitu ihhh" dewi menggebrak gebrak meja yang membuat tatapan seisi kantin mengarah pada meja kami. Dasar yah kalau udah di mabuk cinta jadinya kaya gini.
---
"Hai dib.. Makan baksonya yang kenyang yaa" kepalaku serasa disentuh oleh tangan yang cukup besar.
"ih!!" aku segera menepis tangan itu, ya karna itu tidak sopan karna dia bukan makhram ku. Dan pemilik tangan itu adalah dia lagi! Kak gilbran.
"hmm.. galak banget ya dedek diba ini" ucapnya seraya duduk disampingku, cukup dekat. Hingga aku berdiri, dan mengajak dewi untuk pergi juga.
Dewi yang sedari tadi melongo melihat ku dan kak gilbran kini hanya mematung.
***
"Dib.. Diba.. Kok bisa.. " dewi mengucapkan kata itu berpuluh-puluh kali selama jam kosong.
Ya, guru-guru sedang mengadakan rapatkan. Tentu saja jam pelajaran akan kosong. Mungkin yang lain mendapatkan tugas, namun kelasu tidak."Ih apaan sih dew, kak gilbran tuh sksd tau gak!!" jawabku malas. "dah ah dew aku mau ke masjid aja, bentar lagi juga pulang kan" aku segera keluar kelas dengan membawa tas ranselku.
*** Masjid ***
"subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallahu allahu akbar"
Aku berdiam diri didalam masjid, dengan counter ditangan aku tak berhenti berdzikir.Dan tiba-tiba suara itu berhasil membuatku terkejut.
"Dib!"
Aku segera menengok ke arah sumber suara itu.
Deg.Aku hanya tersenyum, Ali membawa tumpukan kertas yang terlihat begitu berat.
Brug!"duh berat dib" Ali menaruh lembaran-lembaran itu di depanku. Dan dia tersenyum tepat didepan wajahku.
"Astagfirullah, ali jarakmu terlalu dekat.. Tidak enak dilihat sama yang lainnya" jawabku sebiasa mungkin untuk menutupi salah tingkahku. Dan mungkin wajahku sudah seperti tomat!
Ali tersenyum sekali lagi dengan langkah meninggalkanku, ia menuju ke arah basecamp."Ya allah, kenapa ali selalu berbuat seperti itu.. Astagfirullah.."
----
Tunggu next partnya ya gaes~ saia galau gegara dia yang telah pergi tiba2 hadir kembali /plak (´∀`)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Content
SpiritualMengulas berbagai curahan hati seorang gadis yang bernama Adiba Hasna Assyarifah. Berisi mengenai kegiatan sehari-hari yang dilalui Adiba. . . . . Yuk baca! Add to your library dan jangan pelit kasih bintang :* [Mohon maaf tidak bisa ditamatkan]