Bangunlah.

135 18 0
                                    

"Dokter!! Dokter!! Anakku sudah sadar" aku mendengar suara abah, isakan tangis ummah, dan suara abang yang menenangkan ummah.

Derap langkah yang ramai menghampiriku, bau obat yang sangat menyengat menyeruak masuk kehidungku. Aku belum bisa membuka mata, aku sudah berusaha. Namun membuka mata membuat kepala sungguh pusing. Bunyi mesin pendeteksi detak jantungku berbunyi dengan irama yang sama dengan detak jantungku.
Aku hanya bisa menangis, meneteskan buliran air itu. Aku belum bisa membuka mata.

"Om! Tante! Bang kiki! Bagaimana dengan keadaan Adiba! " suara seorang pemuda dengan nada yang cemas menggema di ruangan ini. Kurasa pemilik suara itu adalah Rahman. Dan ternyata benar.
"Tenanglah rahman, dia sudah sadar namun masih belum bisa memberikan respon apapun. Dia hanya bisa menangis." jelas abang.
Isak tangis Rahman terdengar jelas ditelingaku. Dan kini, tanganku tengah digenggam.
Yang bisa kurasakan genggaman tangan ini adalah abang.

"Adiba sayang, maafkan abang yang tidak bisa menjagamu. Karena abang keadaanmu menjadi seperti ini, adiba bangun sayang.. Abang rindu adek.. Maafkan hiks, maafkan abang dek.. Hiks," aku terharu mendengar ucapan tulus yang keluar dari mulut abang. Dan aku memberinya respon tangisan. "Mas ki, nanti adiba akan bangun. Tenangkanlah dirimu.. " ucap seorang wanita dengan suara yang lembut, pasti itu adalah Kak Fatimah.

Derap langkah beriringan menghampiriku di sisi kiri. "Nak, bangunlah.. Banyak orang yang sayang padamu disini. Semuanya ada disini, menunggumu sadar nak.. " suara abah yang gemetar, kurasa dia menahan tangis disini. "hiks.. Ummah sayang adiba.. Bangun nak, hiks.. " suara ummah getir dengan isakan tangis menggema diseluruh ruangan. Aku, kembali menangis.

Hingga, suara pemuda itu disisi kanan. Rahman.
Suaranya mendekat kearah telinga kananku.
"Bangunlah, banyak yang menyayangimu disini. Termasuk aku." hembusan nafasnya menyeruak membuat bulu kudukku berdiri.

Geli.
Jantungku berdebar kala dia berbisik mengatakan seperti itu. Aku, kembali menangis.

***

Kapan ya adiba bangun? Next part okay;)

Heart's Content Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang