N E W

133 10 0
                                    

Kembali lagi dengan saya sebagi author yang ngeselin dan ga jelas pake banget.
Oke guys jadi Heart's Content akan segera di tamatkan, tapi mungkin bagiannya akan nmbah sedikit agak lumayan mungkin banyak /heleh.
Yasudah, mari kita simak sama-
sama~
Happy reading guys ♡

*******

"Dib! Masuk kelas mana?" ucap Dewi mengagetkanku dari belakang.
"Tetep B1 dew, alhamdulillah.. " jawabku sumringah, namun tidak dengan Dewi, ia senyum sekilas lalu menatap papan pengumuman didepannya dengan tatapan yang sendu. Lantas aku memegang pundaknya, ia pun menoleh kearahku dengan wajah yang sedih.
"Kenapa?" tanyaku.
Dewi menunjuk kearah papan pengumuman itu, yang ternyata Dewi berada dikelas B3, prestasinya menurun.
"Tak apa dew, tetap semangat ya, nanti kita pasti akan sering bertemu lagi" kutepuk pundaknya untuk memberikan semangat.

---

"Assalamu'alaykum.." aku mulai masuk dikelas baruku. Ya, 11 B1. Aku sudah naik kelas, lho.
Meja-meja penuh, apalagi bagian depan, aku menghabiskan banyak waktu mengobrol dengan Dewi hingga bel masuk, jadinya tidak tersisa meja depan, ya sudahlah tak apa.

Aku melihat seisi kelas, dan aku tak mengenal satupun siswa/i. Pfft.
Nasibku juga duduk dideret paling kanan dekat jendela, dan satu meja tersisa disampingku.
Kebiasaanku, aku mulai menghitung jumlah murid dikelas dn kucocokkan dengan daftar nama yang ada di papan pengumuman tadi. Dan jumlahnya pas, lalu bangku ini?
--
"Selamat pagi anak-anak!"
Lamunanku buyar, aku tak peduli sudah dengan bangku yang tersisa disampingku ini. Bangku diruangan ini yang sudah menyatu antara meja dan kursi, jadi terlihat individu, aku kurang nyaman, tapi ya sudahlah.

Aku segera memfokuskan pikiranku pada guru yang sedari tadi berdiri didepan.
Bu Natalia, ternyata wali kelasku. Dan, disampingnya. Aku tebak dia murid baru dan akan duduk disamping mejaku. Sudah aku duga!
Penampilannya yang memakai peci dan seragam yang begitu rapi, dia pasti pindahan dari SMK islam yang tergabung dengan pondok pesantren. Ah, sok menjadi peramal aku ini.

"Assalamu'alaykum, perkenalkan saya Tariq Muhammad pindahan dari SMK Al-Azhar, salam kenal semua"
--
Seisi kelas langsung gaduh, apalagi para wanita. Yang menjadi penyebab gaduh ya apalagi kalau bukan perihal paras. Tariq ganteng ya? Kalau cantik kan bukan pria, hehe.
Dan, seperti yang sudah aku duga dari awal. Dia duduk disampingku, walau bangku ini tiap anak satu, namun jaraknya lumayan dekat namun tidak terlalu dekat. Ish gimana sih, ya gitu deh!
Aku melihatnya sekilas, dan dia menolah sembari tersenyum. Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku kepada Bu Natalia.

*Bel istirahat

Aku segera membuka ponselku, mencari nama Dewi dan mulai mengetikkan pesan untuknya. Inginnya mengajak dia pergi ke kantin atau taman sekolah. Tapi ternyata dia sedang mengembalikan paket ke perpustakaan.
Kelas sudah sepi dan kosong, tapi disebelahku masih ada orang. Siapa lagi kalau bukan Tariq. Dia sedang menuliskan sesuatu di buku, buku yang terlihat seperti buku agenda.

"Assalamu'alaykum" aku terbuyar dari lamunan, Tariq mengucapkan salam yang berhasil membuyarkan lamunanku. "Wa'alaykumussalam" jawabku spontan. Aku enggan menatapnya, tak mau ada sesuatu yang akan muncul *kalian pasti tau.
"Nama kamu siapa?" ia bertanya tanpa menatapku, dia masih menulis pada bukunya.
"Namaku A-" ucapanku terpotong karna aku melihat Ali dan Rahman berada di ambang pintu kelas.
"Adibaa!" mereka berdua melambai-lambaikan tangan kearahku, aku tersenyum kecil, setelah liburan mereka terlihat sangat akrab dan konyol haha.
Mereka berdua masuk dan ternyata dibelakang mereka ada Laras. Laras tersenyum kearahku dan melambaikan tangannya pula.
"Apa kabar dib?" ucap mereka bertiga kompak. Aku menjawab dengan riang "Alhamdulillah, baik!" namun tatapan mereka bertiga tertuju pada Tariq.
Tariq tetap menulis, aku melihat kearahnya pula.
Merasa dirinya menjadi sorotan, lantas dia menutup bukunya dan melihat kearahku, aku mengalihkan pndangan ke jendela.
"Oh namamu Adiba?" lalu dia berbicara lagi "kalian teman-temannya Adiba?" ia bertanya pada ketiga kawanku.
Ali, Rahman, dan Laras pun mengangguk dan tersenyum. Satu per satu mereka mulai berkenalan.

Heart's Content Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang