"Adiba sudah kenyang mah.. " ucapku dengan kekeh menolak suapan yang diberikan ummah terhadapku.
Ya, sedari kemarin keadaanku berangsur membaik. Perban di kepalaku pun sudah dilepas, alat bantu yang menempel ditubuhku pun sudah tiada. Hanya menyisakan infus dan perban yang melilit tangan kiri dan kaki kananku."Ayolah diba, makan sesuap saja" ucap ummah memberikanku sesuap nasi dengan lauk sayur sup. Namun aku tetap tak ingin membuka mulut. Infus yang mengalir ditubuhku ini saja sudah membuatku sangat kenyang.
Ceklek--
Dia tersenyum kearahku dan ummah. Ya, hanya ada aku dan ummah disini. Abah bekerja, abang pun. Kak Fatimah sudah pulang pagi tadi.
"Assalamu'alaikum.. " ucapnya yang masih diambang pintu. Dia masih mengenakan seragam almamater jurusannya lengkap dengan ransel hitamnya.
"Wa'alaikumussalam.." jawabku dan ummah. "kebetulan ada Rahman, tolong jagakan Adiba sebentar.. Tante mau nebus obat sekalian beli makan di depan. " dan ummah meninggalkanku berdua diruangan serba biru ini.
Rahman terlihat canggung, dan--tatapan kita bertemu. Segera kualihkan pandanganku ke sembarang arah. *astagfirullah kita berkhalawat gini.. Ya allah ampuni hamba..*Rahman menghampiri kearah sisi kanan ranjang, dan duduk disampingku. "Alhamdulillah keadaanmu berangsur membaik ya diba, lalu kapan kamu pulang?" tanyanya yang terlihat jelas bahwa dia sedang gugup. "Hari jumat aku bisa pulang kok man, tapi aku baru masuk sekolah hari seninnya hehe.. " jawabku terkekeh dengan menatapnya. "kamu cemas ya saat aku tidak ada disekolah? " aku meliriknya dengan senyum jahilku, dan Rahman kaget.
"duduk di shaf depan dipojok kanan, membaca quran dengan isakan tangis yang menggebu. Aku tak percaya bahwa Rahman yang terlihat gagah dengan wibawanya itu ternyata bisa rapuh." aku terkekeh melihat raut wajahnya yang semakin merah merona.
"apalagi saat kamu berbisik me--" ucapku terputus kala Rahman berdiri dengan raut wajahnya yang sungguh merah. Kurasa dia sangat malu. "Cukup adiba!! Aku.. Hm, aku mau pulang dulu.. Su-sudah sore.. " dengan gelagatnya yang grogi tingkat dewa, aku terkekeh mekihat tingkahnya. Dan dia terdiam, ingat bahwa dia harus menjaga adiba sebelum ummahnya pulang.
"Hmm kukira kamu akan cepat keluar dan meninggalkanku sendiri man, ternyata kamu masih ingat pesan ummah.. " aku terkekeh geli saat melihatnya meletakkan ransel dan duduk kembali.
Tiba-tiba Rahman menatapku dengan tatapan dan senyumannya yang berhasil membuat jantungku berdebar tak karuan. *astaga ya allah astagfirullah, aku melihatnya sekilas dan langsung megalihkan pandangan. Begitu juga dengan rahman yang kembali menunduk*
"Dib.. Anu, aku.. Aku.. Ingin mengatakan bahwa.. Aku.. " Rahman menggaruk tengkuknya, dan aku semakin tak karuan dengan degup jantungkunyangbtak normal ini.
***
Hayoooo, Rahman mau ngomong apa tuh ke dibaaaa xD
Tunggu kelanjutannya ya gaesss
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Content
SpiritualMengulas berbagai curahan hati seorang gadis yang bernama Adiba Hasna Assyarifah. Berisi mengenai kegiatan sehari-hari yang dilalui Adiba. . . . . Yuk baca! Add to your library dan jangan pelit kasih bintang :* [Mohon maaf tidak bisa ditamatkan]