"Dibaaaaababibububab dubidubidab dabubibab" kekonyolan di siang hari yang sangat terik memekakkan telingaku. Namaku, dimain-mainkan oleh abangku.
"bang, diba tau suara abang merdu. Lebih merdu lagi jika abang menutup mulut! Suasana semakin panas tau gak! " ucapku dengan ketusnya. Dan, aku mendapat timpukan bantal tepat dikepalaku.
Perang bantal antara aku dan abangpun terjadi.Semenit.. Ahahaha!
Dua menit.. Rasakan pembalasanku dek!
Tiga menit.. Abang curaannngg!!
Empat menit.. Diba mulai kalah bungg!! Ahahahaaa
Lima menit.. Yeyyy abang menang!! Hahaahaha"KIKIIIII!! DIBAAAAA!! TURUNNN, CEPATLAH BERGEGAS, KITA AKAN PERGI!!! " teriak Abah dari bawah yang membuatku dan abang terkejut dan segera kebawah.
Keseruan perang bantal membuat kami lupa bahwa Abah dan Ummah mengajak kami untuk makan siang di luar.
"Bentar bang! Tunggu diba! " ucapku mengehentikan langkah abang yang hendak keluar dari kamarku.
Sesegera mungkin aku mengganti khimarku dengan khimar yang berukuran lebih panjang.Inginku segera memakai niqob seperti ummah, namun aku menunggu kelulusan datang dan memakainya. Aku tak ingin mempermainkan kain kecil penutup muka itu.
"Dah dah, dah cantik banget kok adeknya abang" ucap abang dan mengekor dibelakangku.
"Kalian ini, perang bantal ya? " ucap ummah terkekeh.
Abang membenahi pecinya yang sedikit miring karena ulahku melempari bantal terhadapnya."ya biasa mah, yang memulai abang dulu" ucapku dengan menatap sinis pada abang.
"sudah sudah, ayo segera berangkat. " ucap Abah dan mendahului kami dengan segera kearah mobil.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Content
SpiritualMengulas berbagai curahan hati seorang gadis yang bernama Adiba Hasna Assyarifah. Berisi mengenai kegiatan sehari-hari yang dilalui Adiba. . . . . Yuk baca! Add to your library dan jangan pelit kasih bintang :* [Mohon maaf tidak bisa ditamatkan]