Dua Puluh Satu

32 1 0
                                    

Ki-Joon terus memandangi ibunya yang sedang sibuk merangkai bunga-bunga yang ada dihadapannya.Pernikahan Dong-Joon dan Chae-Won tak lebih dari seminggu lagi,namun ia tak melihat ada kesibukan dirumah ini.Apakah semua orang memang tidak menyukai wanita itu?

Ki-Joon melihat ayahnya turun dari atas dan menghampiri ibunya."Kau akan ketempat Ki-Joon hari ini?"Tanyanya seraya duduk disofa yang ada disamping tempat ibu Ki-Joon duduk.

"Mm..Aku akan merangkaikan bunga untuk membuatnya lebih baik."

"Bagaimana dengan pernikahan Dong-Joon?"Tanya ayahnya hingga membuat ibu Ki-Joon yang sedang sibuk merangkai berhenti dan memandang ayahnya.

"Tak bisakah kau membatalkannya?Buatlah skandal sebesar-besarnya..Aku tak melarang Dong-Joon menikahi wanita manapun asal jangan dia.Wanita itu bahkan pernah mengancamku,apakah aku harus menjadikan wanita iblis itu sebagai menantuku?"Ucapnya begitu menggebu-gebu.

Ki-Joon memandangi wajah ayahnya yang terlihat begitu gusar.Apakah wanita itu memang benar-benar jahat?

Kurasa kakakmu bukan orang yang membunuhmu.

Mungkinkah yang Yoon-Hee katakan benar?Ki-Joon langsung beranjak dari tempatnya untuk mencari kamar Dong-Joon.Ia memasuki kembali kamar-kamar yang tak sempat ia masuki waktu itu.

Langkah Ki-Joon terhenti saat ia berhasil masuk kekamar Dong-Joon.

Kamar itu terlihat begitu luas dengan meja kerja dan kasur besar yang terletak ditengah-tengah ruangan.Banyak buku-buku yang tersusun dirak-rak yang ada disekeliling ruangan itu.Ki-Joon berjalan perlahan mengamati foto-foto yang terpampang dimeja yang ada didekat tempat tidurnya.Ia melihat fotonya bersama kakaknya.Mereka berdua sedang memegang sebuah ikan besar dengan wajah yang terlihat begitu gembira.

Mengapa ia terlihat begitu bahagia disana?Padahal orang yang membunuhnya ada disampingnya.

Ki-Joon mendengar suara pintu kamar itu terbuka.Dan benar saja.Dong-Joon yang masuk melewati tubuh Ki-Joon dan langsung merebahkan dirinya ditempat tidurnya.

Wajahnya terlihat begitu buruk,ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan memandangi langit-langit kamarnya lesu.

Lima belas menit berlalu..Namun Dong-Joon masih tak bergerak dari tempatnya juga.Hingga akhirnya tangannya tergerak untuk mengambil ponsel yang ada disaku jasnya.Ia memandangi ponsel itu selama beberapa saat.Sebelum tangannya mengetik sesuatu dan menempelkan ponsel itu ketelinganya.

"Bisakah kita bertemu hari ini?Entalah,ada sesuatu yang menganggu pikiranku..Mungkinkah kau...Ah..Tidak..Aku akan menjemputmu nanti..Sampai jumpa."Dong-Joon menutup telepon itu dan melemparkannya kesampingnya.Ia mengangkat sebelah tangannya untuk menutup matanya dengan pergelangan tangannya.

"Apa yang harus aku lakukan?"Gumamnya begitu putus asa.

Sky TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang