"Terus mau kamu apa?" Arnold berdiri saat perbincangan saat itu sudah semakin memanas.
"Aku ga minta lebih ya sama kamu, tolong pikirin lagi soal masa depan kamu."
"Kenapa? Kamu ga percaya?"
"Dari dulu aku ga pernah suka perihal kamu jadi pembalap, bahkan saat dulu kamu selalu ngelampiasin apapun lewat balap liar. Kamu gatau kondisi hati aku seperti apa, tolong pikirin lagi. Ar, gimana masa depan kita kalau kamu jadi pembalap?"
"Terus mau kamu apa? Aku jadi dokter? Kaya keinginan kamu? Aku ga bisa. Tolong gausah maksain keadaan yang jelas aku ga mampu buat itu. Apa pernah aku maksa kamu untuk berenti dari kegiatan kamu itu? Kuliah kamu yang mengharuskan kita jarang ketemu."
"Dan itu buat masa depan aku Arnold." Ardita melemah saat itu.
"Ini hak aku loh ya, hak aku buat milih masa depan aku." Arnold sedikit menaikan nada bicaranya.
"Hak kamu? Jadi aku bukan bagian dari masa depan kamu? Lalu kamu anggap aku apa hah?"
"Kamu membicarakan keberadaan ta? Apa pernah aku dianggap ada sama ayah kamu buat milih masa depan kamu?!"
"Karna ayah mau yang terbaik buat aku, ayah mau orang yang bis-"
"Bisa bikin bangga ayah kamu di depan orang-orang dengan jabatan? Oke. Aku bukan yang terbaik kan buat kamu?"
"Ar, kenapa jalan kita ga pernah sama?"
"Karna kalau sama, kita gaakan ada di tempat ini buat ngomongin keinginan kamu yang sangat-sangat tinggi itu. See you on top Ardita, always be happy." Arnold mengusap pundak Ardita yang saat itu masih mencerna kalimat Arnold.
"Break up?"
"Hm, last!" Arnold berjalan meninggalkan Ardita yang masih mematung di tempat.
Dan kepergian Arnold untuk yang ketiga kali nya, Ardita tidak pernah percaya atas apapun yang terjadi saat ini.
Setelah semuanya kembali, Arnold dan Ardita memang tidak pernah berjalan satu arah. Bahkan mereka sering berdebat apapun itu. Ardita yang ingin Arnold mengerti bahwa masa depan tidak semudah itu untuk dijalankan dengan kesenangan. Segala nya perlu perjuangan, bahkan pengorbanan.
Arnold, yang tidak bisa lagi menerima jalan pikiran Ardita. Di mata dia selama ini, kebebasan adalah kebahagian hakiki yang dapat membawanya pada masa depan.
Perihal perjalanan mereka yang tak lagi searah. Ibarat waktu selalu bertolak belakang, entah bagaimana cara mereka untuk bertemu lagi. Tempat yang akan mereka pijaki pun sudah berbeda, dan keinginan yang akan dijalani pun sudah tak lagi saling mendukung.
"Bisa kita ketemu lagi Ar, di pertengahan garis waktu kita yang ga pernah sama?" Ardita meneteskan air mata yang sudah tidak bisa ditahan lagi.
Jadi, pikiran aku berubah wkwk.
Soal gaada sequel, abis aku tuh greget buat ga lanjut lagi.
Aku terjebak nostalgia guys:((
Jadi ada apa sama mereka? Aduh udah putus, nyambung, putus lagi. Mau nya terakhir apaa? :)Jangan lupa tinggalkan Jejak ya:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mantan 2
Teen Fiction"Bisa kah kita bertemu, pada pertengahan garis waktu kita yang tidak pernah sama?" Perihal hubungan yang tidak pernah ada yang menjamin. Waktu pernah berbaik hati pada Ardita dan Arnold, memberi kali kedua yang sekiranya membuat mereka kembali. Namu...