Empat

4.1K 170 8
                                    

Tuhan sudah mengirimkan orang baru,
Lalu kenapa kamu masih terpaku pada masa lalu?

-Dear, Mantan 2


\\//

Sudah 3 hari berlalu, setelah kejadian Ardita dan Galih selepas mereka sampai di Bandung. Ardita hanya cukup tahu kalau selama 3 hari ini Galih tidak menampakkan diri di hadapan nya, dia tidak mau berpikir lebih karna Galih punya kehidupan nya sendiri. Toh dia hanya senior yang kebetulan bertemu di Cafe dan ternyata berasal dari kota yang sama.

Setelah pulang dari kampus jam 4 sore tadi, Ardita lebih memilih mampir lebih dulu ke sebuah tempat es krim yang lumayan jauh dari kost an Ardita.

Sore itu hujan turun sangat deras, Ardita beruntung karna hujan itu turun saat dia sudah sampai di tempat yang dia tuju.

Ardita duduk di pojok kanan, tempat itu dekat dengan jendela luar. Ini mempermudah nya mengetahui keadaan di luar.

"Mau pesan apa teh?" Ardita tidak kaget dengan penggilan itu, karena memang dia sering datang kesini. Dan orang di tempat itu seringkali memanggilnya teteh, katanya itu panggilan akrab mereka yang sopan.

"Satu cup rasa coklat ya."

"Yang super atau medium?"

"Super aja, aku lagi bad mood soalnya." Ardita sedikit tertawa saat menyebut kan ukuran super. Ini hal biasa yang di lakukan Ardita jika mood nya sedang tidak bersahabat.

"Tunggu sebentar ya teh." Pelayan itu berlalu setelah Ardita mengangguk dan tersenyum tipis.

Ardita menoleh ke sebelah kanan, dia mengedarkan pandangan ke arah jalanan Bandung yang kini diguyur hujan. Ada terbesit rasa rindu yang kini sedang memeluk nya, padahal kota ini bukan tempat dimana Ardita dan Arnold pernah bersama.

Mungkin benar, kalau rindu tidak mengenal tempat. Ia hanya tau rasa tanpa peduli logika.

"Teh, ini pesanan nya."

"Oh iya."

Ardita kini memainkan ponselnya, membuka instagram yang jarang ia buka. Terlebih lagi, Arnold sudah tidak aktif lagi dalam instagram. Terakhir yang dia katakan bahwa dia lupa password untuk log in ke instagram nya.

Ardita membuat snapgram untuk pertama kalinya lagi, karena di tempat itu dia hanya sendirian. Lebih baik Ardita iseng melihat viewers yang baru saja melihat snapgram nya.

Kali ini dia terpaku, saat nama yang muncul sebagai viewers nya itu adalah orang yang baru saja meninggalkannya minggu lalu dan tak pernah ada kabar lagi.

Ardita senang bukan main, dia berulang kali mengetik pesan namun dihapus lagi. Sedikit keraguan mencegahnya agar tidak menulis pesan untuk Arnold. Firasat itu muncul bersamaan dan di sambut oleh sebuah unggahan foto, dimana Arnold terlihat akan memulai aksi nya di arena balap. Dan satu wanita yang sedang berbisik pada nya.

Yang membuat Ardita rapuh lagi adalah caption yang tertera pada unggahan tersebut.

Karna hidup ga harus berbicara soal prioritas. Untuk apa? Jika prioritas tidak pernah menerima rutinitas.

Dear, Mantan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang