Duapuluhtiga

2.6K 141 4
                                        

Kita sudah dewasa bukan,
Setiap permasalahan tidak harus diselingi dengan tidak bertemu kan.
Namun, ada kalanya dewasa itulah yang membuatku sulit mempertahankan,
Ini benar sungguhan atau aku hanya dipermainkan?
-Dear, Mantan 2

\\//

Ardita merogoh saku nya, mengambil ponsel di dalam sana. Ini adalah jadwal dimana dia harus ke Rumah Galih. Meskipun, langkah nya kian hari kian lemah dan tidak lagi mampu menopang badan nya.

Ardita kini sudah mulai lepas beban dari masa kuliah nya, hanya menunggu satu pekan lagi wisuda nya. Dan, itu tanda nya juga dengan hari pertunangan nya. Itu sebab nya, Ardita tidak ingin mempermasalahkan apapun lagi kepada Galih.

"Ardita?" Itu suara Cathrin yang menghentikan langkah Ardita saat merapihkan cup cake kesukaan Ashilla.

"Iya?" Ardita menjawab tanpa menoleh.

"Di kamar kamu banyak banget bunga, di atas meja juga banyak coklat. Galih serajin itu mengirim paket bunga?"

Ardita menoleh dengan cepat, "Bunda yakin hanya liat bunga itu berserakan kan? Ga liat kartu ucapan nya?"

"Bunda baca." Jawabnya pelan, "Tapi bukan nama Galih."

"That's right, itu Bunda tau." Ardita mengambil tas kecil nya, lalu menghampiri Cathrin. "Aku hanya nerima bunga itu kok, bukan berarti nerima pengirim nya. Galih sedang sibuk, jadi belum sempat main lagi ke rumah. Aku pergi ke rumah Galih dulu, Assalamualaikum Bunda!!" Seolah Ardita tahu apa yang ada di pikiran Cathrin saat itu.

Bukan kah jaman sekarang, bualan palsu itu sudah menjadi tradisi agar sedikit menenangkan? Bukan nya Ardita berniat berbohong, dia hanya tidak ingin Bunda nya tahu bagaimana Galih saat ini.

----------

Kini Ardita berada di ruang keluarga, tepat bersama Maura. Dan itupun hanya berdua. Jangan tanyakan dimana Ashilla, dia kini masih setia menemani Nabila belajar di halaman depan.

"Ini Cup cake buatan kamu?" Ardita hanya mengangguk cepat sambil tersenyum, hari ini dia tidak banyak bicara.

"Acara pertunangan kamu sudah disiapkan sampai mana?" Ardita hanya menggeleng pelan.

"Lho? Kok belum? Kenapa?"

"Mas Galih kan sibuk, Ma. Aku ga mau ganggu."

"Apa perlu Mama yang bilang sama Galih?" Tanya Maura.

"Gapapa kok, ini hanya pertunangan saja Ma. Ga perlu mewah dan direncanakan sebegitu mewahnya."

Ardita masih ingat jelas saat Galih mengatakan hal itu, seolah ini adalah acara kecil yang seadanya saja. Padahal Galih dulu antusias, sebelum ada Nabila mungkin.

Tiba-tiba Ashilla datang, membawa beberapa kotak pizza dengan dorongan kecil yang biasa digunakan nya untuk bermain.

"Shil? Ini dari siapa?"

"Mama buka ya pizza nya, aku laper. Kata ka Galih tadi gaboleh dimakan di jalan, biar di rumah aja."

Galih?

Dear, Mantan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang