Masa depan adalah kejutan,
Berjalan lah, meski sendirian.
Sebab, Tuhan tidak akan membiarkan
Hamba Nya berjalan tanpa kepastian.
-Dear, Mantan 2\\//
Sudah kesekian kali nya Ardita berdiri di depan pintu lalu kembali duduk di ruang tengah. Tadi siang Galih sempat memberi kabar, bahwa hari ini dia akan lebih sibuk jadi dia sempatkan saat itu memberi kabar.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, belum ada tanda-tanda Galih pulang, sementara Ratu memberi kabar bahwa Arnold pasien utama Galih sudah istirahat. Itu tanda nya Galih seharusnya sudah pulang, atau diperjalanan.
Ada cahaya yang datang dari luar, dipastikan itu mobil Galih. Dengan sigap Ardita menuju keluar, berdiri di depan teras menunggu kepulangan Galih.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, selarut ini?" Tanya Ardita sambil berjalan beriringan dengan Galih.
"Iya, ada sedikit pemeriksaan lebih lanjut." Senyum nya seperti dipaksa. "Khawatir ya?"
Ardita mengangguk cepat. "Gapapa kok, cuma pemeriksaan biasa." Itu jawaban Galih saat Ardita sudah menunggu mulutnya bersuara lagi.
"Jadi, kabar Arnold sudah membaik? Tadi pemeriksaan apa, mas?" Pertanyaan ini membuat tubuh yang lelah semakin tak terarah, seketika keinginan untuk berbicara malam ini harus diurungkan.
"Mas?" Tanya nya lagi saat Galih masih diam.
"Dia baik-baik aja, pemeriksaan biasa." Hanya itu, Galih segera menaiki anak tangga dan masuk ke kamar. Sebelum Ardita kembali ke kamar, dia ingin sesegara mungkin memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sepenting itukah sampai yang di depan mata tidak pernah terlihat nyata?
Dengan berendam di air dingin Galih merasa tubuhnya rileks, meskipun bayangan tadi selalu muncul di pikiran nya.
"Ini harus ditindak lanjut, kalau terlambat lo bisa-" Ucapan Mario selalu terngiang di telinga nya. "Bisa menerima keadaan, i don't even care Mario."
Galih hanya ingin, Tuhan selalu memberikan yang terbaik apapun itu, terutama untuk Ardita.
----------------
".....""Kasih gue waktu beberapa hari lagi, gue pasti ambil keputusan." Nada nya serius.
"....."
"Gue ga peduli apapun yang terjadi, keputusan pemeriksaan lanjut bakal gue kasih lusa. I'm fine, Mario." Pertegas Galih.
"....."
Galih menutup telpon nya sesaat Mario terus saja berbicara panjang lebar pagi ini.
"Kenapa harus ditunda pemeriksaan nya?"
Galih sedikit gelagapan, namun karna sikap dingin nya itu sanggup menutupi keterkejutan Galih dengan keberadaan Ardita.
"Pemeriksaan tahap lanjut harus dapat izin dari yang mau diperiksa, gabisa sembarangan."
"Tapi kan, kalau begitu bisa-bisa nyawa menghilang kan?" Ardita sedikit kesal, lalu menyimpan jas putih yang akan ia berikan kepada Galih. "Mas, kamu itu dokter loh. Kamu pasti tau kan konsekuensi kalau pemeriksaan ditunda?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mantan 2
Fiksi Remaja"Bisa kah kita bertemu, pada pertengahan garis waktu kita yang tidak pernah sama?" Perihal hubungan yang tidak pernah ada yang menjamin. Waktu pernah berbaik hati pada Ardita dan Arnold, memberi kali kedua yang sekiranya membuat mereka kembali. Namu...