Enam

3.3K 157 12
                                    

Semua orang memang harus berjuang,
Tapi jika usaha saja kamu tidak memberi peluang.
Maaf, aku berhenti menemani mu menunggu siang.

-Dear Mantan 2

\\//

Galih kini masih berdiri di depan pintu kamar yang sedari tadi tidak dibuka, mungkin dia sudah berdiri sekitar setengah jam yang lalu. Berulang kali dia mengetuk pintu itu, tapi tidak ada sahutan dari dalam.

Suara langkah kaki yang berasal dari belakang perlahan mendekat ke arah Galih, tapi dia tidak peduli itu. Dia hanya terus-menerus memanggil nama si pemilik kamar itu dan mengetuk nya secara pelan.

"Ka Galih?"

"Iya." Jawab nya dingin. Galih itu dingin, sangat dingin jika di hadapan orang lain.

"Emm.. Itu.." Angel berusaha menetralkan detak jantung nya, siapa yang tidak salah tingkah saat Galih kini menatapnya intens.

"Mahasiswa ga diajarin ngomong?"

"Engga gitu ka, itu apa tuh. Ya ampun maaf, susah banget mau ngomong tuh. Kaka gausah liatin saya gitu." Angel masih menunduk, demi berbicara lancar dia berusaha memalingkan pandangan dari arah Galih.

Galih otomatis menatap keluar, memberi ruang agar Angel tidak dibuat gugup lagi.

"Ardita dari tadi pagi udah keluar, bawa mobil. Gatau mobil siapa."

"Penampilan nya lo bisa liat dia bakal kemana?"

"Dia pake jeans panjang hitam, dan kaos abu lengan panjang. Terus kerudung nya senada sama warna baju nya, bawa ransel kecil."

"Jam berapa?"

"Setengah 6."

Galih menoleh memberi seulas senyum yang sangat tipis, "Makasih."

Angel masih diam tak bergeming, baru kali ini senior dingin yang sangat misterius senyum seperti itu. Kalau aja Angel ada di posisi Ardita, dia pasti rajin bangun pagi, kuliah bahkan bukain pintu kalau doi nya kaya gini.

Galih langsung kembali masuk ke mobil, pergi entah kemana tujuan nya saat ini. Yang jelas dia hanya mencari Ardita.

<<<<>>>>

"Halo."

"Iya, ada apa kay?"

"Duh Ay, lo bisa bantuin gue?" Suara nya terburu-buru.

"Kenapa?"

"Gini, nanti gue kirim lokasi lewat whatsapp. Nah bantuin gue cari daerah penginapan terdekat dari lokasi yang gue kirim." Jelas Ardita.

"Lo mau nyari siapa?"

"Ini bukan waktunya tanya jawab, gue jelasin kalau urusannya udah kelar. Intinya lo pantengin itu whatsapp lo, nanti gue kirim lokasi." Ardita langsung mematikan panggilannya, lalu menepi di bahu jalan.

Beberapa menit berlalu, Ardita masih menatap ponselnya. Padahal sedari tadi, pesan dan beberapa panggilan dari Galih sudah memenuhi ponselnya.

Dear, Mantan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang