Tigapuluhtiga

2.5K 119 10
                                        

Sebelum nya aku mau bilang maap, ternyata di part 22 itu banyak bgt typo, yaampun:((
Semoga kalian ngerti ya, yg harusnya aku ketik Galih malah aku ketik jadi Arnold:(
Maap dengan sangat, karna Arnold begitu membayang dipikiran aku wkwk.

SELAMAT MEMBACA!

****

Untuk beberapa waktu lalu, saat masih bersama.
Aku hanya bisa menyisihkan waktu kurang dari 24 jam untuk mu. Tenang lah, tidak akan lebih dari itu.
Setelah itu, aku akan pulang.
Bermain dengan mu itu melelahkan,
Sekaligus membuat siapapun ketagihan.
-Dear, Mantan 2

\\//

Hamparan luas nya langit hari itu menjadi pemandangan dua orang yang sama-sama dibingungkan, raga mereka tertaut namun entah tentang hati mereka.

Sejenak mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, mengapa Tuhan mengantar kan mereka berdua kesini? Sedangkan hati mereka terletak di tempat yang berbeda.

"Kenapa aku bawa kamu kesini, itu kan pertanyaan mu sekarang?"

"Mungkin, memang ada alasan nya?"

"Ada, kalau kamu mau dengar."

Canggung, itu yang mendominasi mereka berdua saat ini. Ardita berpikir keras perihal kalimat yang ia lontarkan sejak bersama Galih, adakah letak kesalahan disana?

"Aku mau dengar." Ardita mengubah posisi duduk nya, menatap ke arah Galih saat ini.

"Di sini sepi, mangkannya aku bawa kamu kesini."

Ardita tertawa kecil, merasa ambigu sendiri. "Memang kalau sepi kenapa?"

"Kamu ambigu ya?" Galih tetap enggan menatap Ardita, dia masih setia menatap langit di atas sana.

"Maaf, aku rusak keseriusannya deh." Ardita sedikit merasa bersalah, lalu menarik lengan Galih sambil terus menatap Galih.

"Di sini sepi, seenggaknya meski kurang dari 24 jam aku bisa di sini berdua sama kamu. Aku seneng kamu ketawa, artinya kamu nyimak setiap ucapan ku."

"Selama ini aku terlalu kurang ya?"

Galih enggan menjawab nya, Ardita tidak kurang bagi nya. Hanya saja, Ardita bukan orang yang tepat untuk membalas rasa nya.

"Bagi mu, Arnold itu apa?"

Ardita mendadak kaku, lalu seolah bersikap enggan menjawab dan seolah-olah tidak mendengar.

"Aku tau kamu denger, tapi kamu pura-pura ga denger." Galih kini berani menoleh, "Kalau kamu ragu jawab nya karna aku suami kamu, anggap saja aku sahabat mu. Supaya ga ada keraguan diantara kita."

Hening, masih sama. Tidak ada percakapan lagi setelah itu, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Sampai, 30 menit berlalu.

"Langit."

"Dia langit untuk ku, kemana pun, kapan pun, akan selalu ada langit dimana pun aku berpijak."

Galih tersenyum, "Tapi kamu lupa satu hal, kenapa?"

Ardita menoleh, "Apa?"

Dear, Mantan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang